Cinta

26 4 0
                                    

Hembusan angin menerpa tubuh Raini. Hanya dingin yang menyelimuti perasaannya. Akankah keadaan ini berubah, akankah berakhir dengan bahagia, akankah hujan ini mengembalikan cintanya.
Ia duduk termenung seorang diri di kursi taman itu. Dari jauh tampak Gabriel melihat adiknya miris. Entah apa yang akan dilakukannya sekarang. "Dunianya sudah hancur sekarang" batin Gabriel.
....
....
Setiap hari Raini hanya terdiam, tidak lagi ceria seperti dulu. Hanya kursi taman dan jendela kamar tempat yang selalu dia datangi setiap hari.
....
....
Raini melangkahkan kakinya perlahan, seperti biasa hari ini dia ingin pergi ke taman. Saat melewati kamar Gabriel, Raini teringat jika beberapa hari ini dia seperti mengabaikan kakaknya itu. "Ya tuhan.. apa2an sih aku ini. Nggak ada gunanya aku kaya gini" ucapnya dalam hati.
Took took..
Raini mengetuk pintu kamar kakaknya. "Kak.." panggil Raini "masuk aja dek.. pintunya nggak di kunci" jawab Gabriel. Raini masuk dan melihat Gabriel yang sedang bersiap2 untuk pergi bekerja. "Kak.." ucap Raini lirih. Gabriel berbalik "eh loh kenapa kamu nangis.. udah2 jangan nangis.." ucap Gabriel menenangkan. "Maaf udah bikin kakak khawatir, aku sering banget nyusahin kakak" ucap Raini tertunduk. Gabriel menarik Raini dalam pelukannya "kamu ini ngomong apa sih.. kamu nggak pernah ngerepotin kakak, udah yaah jangan nangis lagi. Mulai sekarang kamu harus janji kamu nggak boleh sedih lagi" ucap Gabriel "janji" jawab Raini singkat.
...
...
Seminggu sudah sejak Rio meninggalkan Raini. Raini mulai belajar menjalani hari2 seperti biasa, dia tidak ingin membuat kakaknya khawatir dengan keadaannya. Raini selalu menyibukan diri dengan berbagai macam aktivitas rumah tangga. Seperti hari ini, Raini sedang membersihkan rumah dan mengemasi barang2nya yang sudah tidak terpakai. Dia membersihkan setiap sudut rumah dari kamar sampai ke dapur dan kamar mandi. Setelah beberapa lama akhirnya hanya tinggal membersihkan halaman, Raini keluar untuk membersihkan halaman. "Raini..." suara seorang wanita menghentikan kegiatan Raini. Raini berbalik "maa.. mama.." ucap Raini terbata. Raini mempersilahkan mama Rio untuk masuk ke dalam dan duduk di ruang tamu. "mama mau minum apa?" Tanya Raini. "Nggak usah naak, mama kesini karna mama ingin bicara sama kamu" jelas mama Rio. "Ada apa ma?" Tanya Raini bingung. Mama Rio menarik nafas dalam dan mulai berbicara "Raini.. mama tau Rio udah nyakitin kamu. Tapi nak Rio sudah menyadari kesalahannya dan dia juga menyesal atas perbuatannya" ucap mama Rio sedih "hari itu dia pulang dalam keadaan mabuk, dia terus manggil2 nama kamu Raaini. Dia nggak mau makan nggak pernah pergi ke kantor bahkan nggak bicara sama sekali, dia hanya diam di kamar sambil megangin foto kamu, sampai akhirnya tadi malam dia mau turun dari kamar dan makan malam sama mama. Tapi dia ngomong satu hal yang buat mama sedih. Dia mau pergi jauh dari kamu nak.. kalau dia ada disini dia takut kamu terluka lagi karna dia" tangis mama Rio pecah di hadapan Raini.

Deggg

Sesak dada Raini mendengar ucapan mama Rio. Bukankah dia sendiri yang mengatakan bahwa dia ingin Rio pergi dari hidupnya. Tapi kenapa hatinya sakit mendengar bahwa Rio akan pergi jauh darinya. Raini tidak mengerti mengapa dia tidak rela jika Rio benar2 pergi. "Raini.. kamu masih istrinya.. kamu berhak untuk minta dia tetap tinggal nak. Mama mohon kalau kamu masih mencintai Rio tolong bawa Rio kembali ke sisi kamu jangan biarkan hidupnya hancur". Ucap mama Rio memohon. "Rio berangkat dari bandara jam 4 sore ini" sambung mama Rio kemudian pergi meninggalkan Raini yang masih kebingungan.
.....
.....
Jam 03.30 Gabriel pulang ke rumah
"Pergi dek.. kejar dia.. kamu masih punya waktu.." ucap Gabriel.
Raini pergi untuk mengejar Rio, Raini naik taksi tetapi jalan menuju bandara macet. Waktu terus berjalan sementara Raini masih terjebak di jalan itu. Akhirnya Raini memutuskan untuk berlari. Raini terus berlari dan berharap Rio belum pergi. Raini sampai di bandara dengan nafas tersengal. Dia mencari keberadaan Rio tapi dia tidak menemukannya. "Riiioo..." teriak Raini yang sudah lemas dan jatuh terduduk sambil menangis. Dia tidak peduli orang2 melihatnya heran. Raini berjalan pulang dengan perasaan hancur, dia merasa bersalah dengan ucapannya tempo hari pada Rio. "Aku terlambat.." ucapnya lirih. Lagi2 hujan turun saat itu. Tetapi hujan itu tidak mampu menutupi air mata Raini. Raini duduk di kursi taman dekat rumahnya, dia tidak langsung pulang. Dia tidak ingin Gabriel melihatnya seperti itu.
"Riiio......" teriak Raini menggema di tengah hujan.
Seseorang memeluk Raini dari belakang. Raini sangat letih sampai dia tidak mampu untuk melepaskan diri. "Aku nggak akan pergi kalo kamu ingin aku tetap disini"
Deggg
Suara itu menghentikan rontaan Raini. Raini berbalik dan langsung tenggelam dalam pelukan Rio suaminya. Mereka hanyut dalam suasana haru nan romantis di bawah guyuran hujan. "Kamu maafin aku kan?" Tanya Rio melepas pelukannya. "Bodoh... harusnya kamu tau kalo aku nggak mungkin ingin kamu pergi. Aku hanya marah" ucap Raini memukul pelan dada Rio. "Jadi.. kita mulai dari awal lagi. Oke" ucapa Rio lalu memeluk kembali istrinya.
.....
.....
Mereka pulang dengan perasaan bahagia. Gabriel dan mama Rio senang melihat Rio dan Raini kembali.
....
....
Raini berdiri di depan jendela kamarnya memandangi hujan yang masih turun dengan derasnya. Rio memeluknya dari belakang "jangan katakan cinta pada hujan itu, katakan cinta hanya untuk aku, jangan juga harapkan pelangi darinya. Karena kamu hanya milik ku" bisik Rio yang membuat Raini tersipu. "Aku menyukai hujan ini tapi aku tidak akan terhanyut di dalamnya. Hujan ini pernah memisahkan kita tapi kemudian ia menyatukan kita kembali" ucap Raini seraya berbalik menatap wajah Rio. "Siapa yang menyangka setelah kalah dalam cinta hujan membawa kita dalam kisah cinta yang sama" mereka berpelukan.

Cinta Dan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang