One "prologue"

86 6 0
                                    


"Dari mana saja kau?." Wanita parubaya tersebut menyenderkan tubuhnya di dinding sambil melipat kedua tangannya di dada.

Lawan bicaranya hanya menunduk dan diam seribu bahasa. Ia sangat hapal dengan sikap ibunya yang pemarah. Seharusnya ia tidak keluar sore ini, pasti ibu tidak akan marah. Dia menyesal telah membuat ibunya marah. Bodoh. Dia terus menyumpah dirinya badoh. Bagaimana bisa dia pergi keluar sedanglan ibunya sibuk menjaga toko dan adiknya yang masih kecil di rumah sendirian.

Awalnya dia tidak ingin pergi. Tapi ia harus membeli alat untuk menyempurnakan robot yang akan dia ciptakan. Tapi melihat adiknya yang tidak rewel membuatnya memberanikan diri pergi dan meninggalkan adiknya sendirian di rumah hampir dua jam.

Sekarang apalah yang ia lakukan. Ibunya tidak akan mengerti. Dan adiknya tidak mungkin membelanya.
"Sudah sekarang masuk dan bersihkan rumah. Ibu mau ke toko dulu." Ucap ibu itu lalu mulai melangkah pergi. "Bersihkan rumah kalau tidak kau tidak kuberi makan." Teriak wanita parubaya tersebut dari kejauhan.

Lelaki yang berumur 14 tahun itu memasuki rumah dan mengintip kamar adiknya. "Ternyata sudah tidur." Ucapnya lalu menutup pintu dengan hati-hati

"Kak Apple."

Ya dia bernama Apple, dia lelaki jenius dan penurut. Seorang anak pendiam dan jarang bersoaialisasi. Menurutnya bersosialisasi dengan anak seusianya membosankan dan mengganggu konsentrasinya dalam belajar. Apple memang terkesan gila ilmu, dan tamak kerja keras. Prestasi tidak akan membuatnya berhenti bergerak, dia akan selalu bergerak maju demi tercapainya cita-citanya. Itulah jati dirinya.

Apple membuka pintu dan menemukan adiknya yang duduk bersila di kasurnya.

"Potatos tidak tidur?."

"Aku hanya pura-pura tidur Kak." Ucapnya berbinar. "Kakak tau kan maksudku?." lanjutnya sambil menunjukkan deretan giginya.

"Adik pintar." Ucap Apple sambil mencubit pipi adiknya yang berumur lima tahun.

"Mana hadiah untukku?." ucap Potatos menegadahkan tangan.

Apple membuka kantong kresek dan mengeluarkan kue Dorayaki kesukaan Potatos. "Untuk hari ini satu saja ya."

Potatos menerimanya dan langsung memakan Dorayaki tersebeut dengan lahap. "Terima Kasih Kak Apple." ucapnya kurang jelas, karena ia sambil mengunyah Dorayaki

"Sama-sama." ucap Apple lalu beranjak pergi ke kamarnya.

Sesampai di kamarnya yang berantakan dia langsung mengotak atikkan robot yang hampir sempurna itu.

°
°
°

Hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke-14, tidak ada kue ulang tahun, lilin atau bahkan ucapan selamat. Apa lagi pesta ulang tahun. Tahun sebelumnya aku diberi hadiah berupa tas, sepatu dan laptop dari Ibu dan Ayah. Dan... Bagaimana dengan kali ini?

Tidak. Aku tidak minta hadiah dari mereka, cukup ucapan selamat saja. Tapi sampai sekarang mereka belum memberiku ucapan selamat.

"Sudah jam berapa sekarang?." ucapku bermonolog sambil melihat jam yang melingkar di pergelangan tanganku. "Astaga. Jam 4 sore."

Aku segera menyingkirkan sapu, kemoceng dan pel di sembarang tempat. Lalu mengambil tas di loker dan sengera ke luar area sekolah. Aku tidak kabur. Tugasku membersihkan kelas sudah selesai walaupun tidak terlalu rapi, yang penting hukumanku selesai. Yap aku dihukum hanya kerena aku tidak sengaja membakar ramuan asam sitrat, di laboraturium dan yuhuu... aku dihukum. Aha, seharusnya aku tidak dihukum. Keasalahan murid itu hal yang wajar, tanpa kesalahan, kita tidak bisa menilai kemampuan kita. Benar 'kan. Tapi sudah lah. Lain kali aku tidak akan mengulanginya lagi.

Sekarang aku berada di stasiun bus. Menunggu. Satu kata itulah yang aku benci selama ini. Seharusnya aku tidak membencinya toh dia hanya satu kata, hanya kata, untuk apa disalahkan?

Cukup lama aku menunggu dan tidak ada tanda-tanda kedatangan bus. Hup aku menghembuskan nafas berat, akan lelah.

"Permisi Dek, apakah kau juga menunggu bus?." ucap wanita parubaya padaku, spontan aku menatap matanya sambil tersenyum.

"Iya." jawabku.

Wanita itu menghampiriku dan duduk berjejeran denganku. "Siapa namamu?."

"Peach." ucapku. Itu saja. Aku tidak perlu mengetahui namanya.

Wanita itu menunduk mengerti. Tiba-tiba saja agin berhembus dan sesuatu benda masuk kedalam mata kiriku. Aku segera mengucak mata kiriku dan ini aneh...

Aku menoleh ke kiri yang mana di tempati wanita parubaya itu. Aku menatap matanya tajam. Walau dia tidak mentap mataku. Dan aku menutup mata kiriku dengan tangan kiriku dan... Apa yang aku lihat?

Di dalam mata wanita parubaya itu nampak masa depannya yang suram, suaminya bunuh diri dan anaknya sakit-sakitan.

Aku terkejut dengan pemandangan itu, aku sengera menurunkan tanganku dan mengatur nafasku. Ini rasanya mustahil. Apa itu hanya imajinasiku saja.

"Kenapa Dek?." tanyanya yang menyadari kalau aku terlihat gelisah.

Kemudian aku mentap matanya, kami saling bertatapan. Aku segera menutup mataku seperti yang kulakukan tadi. Dan aku tidak melihat apapun dimatanya. "Tidak apa-apa."

Wanita itu menunduk dan mengalihkan pandangan. Tidak berapa lama bus yang kami tunggu akhirnya datang, dan kamipun langsung memasuki bus dan pulang ke tujuan masing-masing.

*



Tbc🐻

Assalamualaikum teman-teman. Jadi gini friends, aku kan lagi libur. Horeeeeeeeee

Nah mumpung libur, ya udah aku nulis aja, buat ngisi waktu luang. Heheh.

Whatt!!! yakin nih? My Little Magic World aja gak ada kemajuan. Terus Mystery 12 pm, ceritanya sampai gitu aja huh. Terus tambah ini lagi?

Hehe. Iya Author tau dua cerita yang di sebut itu udah hampir basi, habisnya topiknya menurutku terlalu berat guys. Hihihi, dan jugaaaa in sya Allah Author usahakan dua cerita itu sampai tamat dan ditambah ini. In sya Allah tamat. Tenang aja. Selama my henphone tidak bermasalah. Hehe.

Author juga sibuk, #sok sibuk banget ya# iya Author sibuk buat persiapan UN. Ok doakan Author terus ya guys. Aku cinta kalian💕💕

Salam
AinulF🐝

FantasticWhere stories live. Discover now