"Belajar yang rajin, gak usah pacar-pacaran dulu, gak usah naksir-naksiran dulu sama temen sekelas. Dengerin gurunya baik-baik. Istirahat langsung ke kantin" Gafka berucap runtut dengan tangan yang mengelus sayang rambut adiknya itu.
Mereka baru saja sampai di sekolah pagi itu. Turun dari mobil yang dikendarai Gafka, dan berjalan beriringan menuju ke arah lobi setelah pintu masuk.
Feyara mengangguk dan tersenyum. "Kakak mau langsung ke kelas?"
"Nggak" Gafka berucap dengan gelengan kepala. "Ada kumpul sama anak osis pagi ini"
Gadis berkacamata itu mengangguk-angguk mengerti, melambaikan tangannya juga tersenyum manis dan setelahnya berjalan menuju ke kelas. Melawan arah dari sang kakak.
"Hari ini ulangan bahasa" ucap Salsa ketika Feyara sampai di kelas dan barusan beberapa detik duduk di kelasnya.
"SERIUS?" Bukan hanya Feyara yang melotot ke arah sahabatnya itu. Bahkan semua teman sekelasnya yang awalnya sedang sibuk masing-masing, seketika menoleh kaget ke arah Salsa.
"Gak deng, boong"
Salsa menjawab dengan nada bercanda dan cengiran di wajahnya.
"Sialan" Feyara mendengus dan menghempaskan tasnya kasar. Mengeluarkan susu kotak yang ia bawa dari rumah dan meminumnya.
Badannya ia putar menghadap ke arah Salsa yang duduk di bangku sebelahnya, ketika ia dipanggil namanya.
"Eum, anterin toilet Ra" ucap Salsa seraya bangkit dan melihat ke arah ponselnya tidak tenang.
Feyara menyerngitkan dahinya masih sedang meminum susu kotak itu. "Ngapain?"
"Ket— ya toilet ya pipis lah" Salsa melihat dan men-scroll layar ponselnya lagi berkali-kali. "Ayo lah buru"
Feyara yang sebenarnya masih bingung karena raut wajah gadis di depannya, pada akhirnya bangkit dan menemani.
"Lo tunggu disini aja deh, gue ke sana sendiri" ini masih jauh dari lorong toilet. Dan biasanya Salsa akan menyuruh Feyara untuk menemani sampai depan pintu toilet. Tidak seperti kali ini.
"Lah sampe sono sekalian lah"
"Ah gak usah, gue aja sendiri. Mau lari. Keburu ada guru"
"Ya tapi k—"
"Lo tunggu sini pokoknya. Jangan kemana-mana. Byee" Salsa yang langsung lari secepat kilat namun masih beberapa kali melihat ke arah ponselnya, bukan berbelok ke arah kiri untuk menuju toilet. Melainkan ke arah yang berlawanan.
Feyara berdecak kesal melihat sahabatnya itu yang seperti atau memang menutupi sesuatu darinya. Ia hanya menghedikkan bahu acuh. Feelingnya berkata bahwa Salsa akan menemui suatu guru, namun tak ada yang tau bahwa untuk kesekian kalinya, feeling gadis yang memiliki nama lengkap Feyara Lisa Devanno itu salah.
Ia yang sudah hampir sampai pada langkah kedua menghampiri Salsa, berhenti melihat seseorang dan sesuatu yang entah mengapa membuat kakinya lemas.
Pembicaraan mereka memang tak sampai ke arah gadis itu, tapi apa yang mereka lakukan terlihat jelas dan terpotret oleh bola mata coklat mudanya.
Kakaknya,
Alkhalifi Gafka Devanno,
Memberikan sebuah coklat ke seorang gadis?
Seorang Gafka?
Most wanted sekolah?
Coklat?
Cewek?
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Complex
RomanceNamanya Feyara Lisa Devanno. Tapi gadis itu lebih suka dirinya dipanggil Ara. Anak bungsu dan perempuan satu-satunya yang sangat disayang oleh ayah dan bundanya, bahkan tak terkecuali kakaknya laki-laki, Alkhalifi Gafka Devanno. Dengan selisih umur...