Mau tidak mau, Revan harus temani Vina sejenak. Tak terasa Revan tertidur dengan menyenderkan kepalanya ke kasur yang di tiduri Vina.
***
" Eh, ngapain lo ada disini?!"
Lalu Revan spontan bangun, tidak menyadari dirinya tertidur menemani Vina.
" Tolong elo lah, ngapain lagi."
" Modus ya lo."
" Lo gila yak. Tadi lo pingsan bego! Masih baik lo ditolong cowo seganteng gue. Kalo gak udah taurasa lo."
" Hah? Gua pingsan?"
"Hm" jawab Revan singkat.
" Yaudah sana lo pergi. Mksh udh bantu gw."
" Tanpa lo suruh juga gue mau pergi. "
" Jangan lupa panggilin Sindi sama kinta, suruh ke uks."
" Iye, kalo gue inget si." jawab Revan terkikik sendiri.
"Apa!!"
" gak"***
Akhirnya bel pulang di bunyikan,, seperti janji sindi dan kinta akan mengajak Vina pergi berbelanja. " Bang! Gua pulang sama Sindi Kinta. " Kata Vina meminta izin.
" Yaudah, ati-ati lo dek."
Kata Alfin dengan menyodorkan tangannya, dia ingin tangannya itu di cium oleh adiknya,Vina. " Aelah. Gue harus cium tangan lo nih?".
" Iya lah, gue kan abang lo. "
Tanpa harus menjawab, Vina menuruti permintaan abang nya. Lalu setelah itu Alfin sudah tidak terlihat oleh kelopak mata Vina, tandanya ia sudah melesat jauh dari pandangannya. Masih di sekolah, Vina menunggu dua sahabatnya itu. Berharap mereka tidak ingkar janji pada Vina. Setelah lama menunggu, akhirnya mereka datang.
" Gila lo! Abis buat bangunan lo. Lama banget. "
" Aelah, maaf sayang, gue tadi ada urusan, iya gak kin.?"
" Yoi. Udah gausah cemberut gitu kali. Yuk gaes cabut. "
***
Terik matahari sudah semakin tenggelam, kini bergantilah senja. Vina dan dua sahabatnya itu pun berniat untuk segera pulang kerumah masing-masing.
" Assalamualaikum, " Ucap salam dari Vina,
" Wa'alaikumsalam," terdengar jawaban dari dalam hanya jawaban dari Alfin. Lalu mama Vina sedang apa, pikir Vina.
" Lah, bang. Mama kemana? "
" Biasa arisan noh ame temen nya. " jawab Alfin dengan memainkan laptopnya di ruang tengah.
" Eh.! Dek. Elo tadi pagi di hukum yak? Sama si Revan temen kelas lo itu?"
Vina langsung menghentikan langkah kakinya, lalu spontan berhenti dengan raut wajah yang ketakutan. Karena jika Alfin tau yang sebenarnya bahwa Vina sangat membenci Revan, di sisi lain Revan berteman dekat dengan Alfin. Entah bagaimana jika semuanya terbongkar.
Mau tidak mau Vina harus jujur dengan Alfin, dan Vina harus menyembunyikan dari Revan, bahwa Alfin adalah Kaka Vina.
" Oy! "
" Iye, "
" Emang elu sebelum berangkat sekolah bucin yak, sama si Revan? "
" Oy bang! Kalo ngomong noh ati-ati. Nyentuh aja kagak, bucin! Hihhh jijik gue. "
" Hahah, iya kali aja dek. "
" Bang. Kalo lu udah tau gue satu kelas ama si Revan. Plis lah jangan kasih tau dia kalo gue adiknya Elo. "
" Lah.. Kenapa?? Dia suka elo yak? "
" Pala lu botak! Mending gue di sukai ama monyet dari pada ama dia. Hii! "
" Elu kenape sih, benci banget kyaknya sama si Revan. Nih yah, dia tuh Cakep dek, banyak nohh cewe-cewe ngejar. Ini malah elo benci sama cowok yang ganteng nya hampir mirip ama gue, hahahha. "
Jelas Alfin panjang kali lebar. Benar apa yang di katakan Alfin, Revan memang cowo yang di incar para cewe, tapi dalam hati Vina, dia adalah cowo paly boy di sekolah nya. Sikapnya yang setiap saat menggoda para wanita di sekolahnya, membuat rasa kebencian itu muncul pada diri Vina.
***
Seperti biasa pagi hari yang menyambut kedatangan keluarga April. Anak-anaknya kini sibuk menyiapkan diri untuk pergi ke sekolah nya itu. Sarapan sebagai makanan setiap pagi yang ia lakukan.
Hay gaeess, maaf banget barangkali ceritanya kurang menarik.🙏🙏
Author bakal buat Part selanjut nya. Maksh 😘😍😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girls, This Is My Dear
Teen FictionRevan terlihat dari kejauhan semakin mendekat kepada Vina, dia terus memandangi wajah cantiknya, walaupun vina adalah seorang yang terkenal Bad Gilrs di sekolahnya. Kelakuannya yang sudah terkenal sejak Vina masuk ke SMA Merah Putih. Dan sikapnya ya...