O3. takut

624 149 14
                                    

Aku menutup pintu kamarku setelah mengantar kak Saerom dan David ke kamar mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menutup pintu kamarku setelah mengantar kak Saerom dan David ke kamar mereka. Hari yang melelahkan.

Berbaring diatas ranjang. Baru saja aku ingin mengatupkan kedua kelopak mataku.

Ting.

Aku meraih ponsel diatas nakas.

'Bisa pergi ke belakang rumahmu?'

Aku terduduk. Mengamati pesan itu penuh minat. Dia datang.

'Ya. Wait a minutes'
Sent.

Aku segera pergi ke taman belakang rumahku. Mengamati penjuru sisi.

"Dimana?" teriakku.

"Disini." ujarnya dibalik pagar rumah. Aku menghampiri.

"Selena." ujarnya memanggilku.

"Hm." gumamku menekuk lutut dibalik tubuhnya. Dibatasi pagar 2,5 meter yang berhias semak gantung.

"Tadi ada apa?" tanyanya.

Aku mengerutkan kening. What does he say?

"Bisa diperjelas?" balasku menenggelamkan wajah dibalik lutut.

"Maaf jika lancang. Aku dengar suara keributan didalam rumahmu." jawabnya ragu.

DAMN. Dia mendengarnya. Apa yang dia pikirkan tentang keluargaku sekarang?

"Nope. Everything okay." balasku.

Aku mengedarkan pandangar kearah pintu. Takut-takut ada ayah atau kak Saerom.

"Baiklah. Aku membawa kotak untukmu lagi." serunya.

Buk.

Sebuah kotak seperti kemarin. Masih berwarna putih dengan polkadot orange.

"Kotak dari mana?" tanyaku meraih benda itu.

"Mengambil ditoko." jawabnya.

"Sudah bayar?" tanganku mulai membuka.

"Toko milik mama. Hehe." jawabnya. Ia terkekeh. Aku juga.

'Hai Selenaㅡ Ini kotak kedua. Hm.. Jangan pernah merasa sendiri lagi, ya. Aku ada kok kalo mau cerita. Tinggal kirim surat. Tapi juga lampirkan uang, hehehe... Sungguh. Aku tidak bercanda. Lumayan lah uangnya buat beli kotak lagi untukmu.

concise: senja dan bulan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang