Arumi hari ini seperti seorang buronan, sedari pagi dia bersikap hati-hati takut orang-orang mengenalinya gara-gara pemberitaan mengenai dirinya dia dan Ryota. Pagi tadi Arumi pergi lebih pagi dari biasanya, dan sekarang waktunya dia harus segera pulang ke apatemennya. Tapi sayangnya setiap sore adalah saatnya orang-orang berlalu lalang dengan ramai tak seperti tadi pagi.
Arumi mengintip sedikit dijendela toko. Ah bisa gila aku pikir Arumi. Dia merapatkan jaketnya, bersiap untuk pergi meninggalkan toko.
"Hei, apa yang kau lakukan?" Tepuk nyonya Kim dipundak Arumi.
"Oh astaga!" Gumam Arumi seakan hendak terloncat.
"Kau kenapa?" Tanya nyonya Kim sambil memperhatikan Arumi.
"Ah, tidak tidak." Jawab Arumi terbata-bata.
"Kau tidak pulang?" Tanya nyonya Kim.
"Ah, iya. Baiklah nyonya Kim aku pulang dulu." Jawab Arumi menghindari perdebatan dengan atasannya itu. Dia melangkah keluar toko dengan perasaan khawatir. Arumi melirik sekitarnya dan menundukkan kepalanya.
"Rumi-san!" Teriak seseorang membuat Arumi terdiam membeku ditempatnya.
"Mampus aku! Ya Allah, selamatkan aku." Gumam Arumi dalam hati.
"Rumi-san, ini aku Ryota." Kata seseorang itu sekarang berada dihadapan Arumi.
"Ah, Astagfirullah ya Allah, jantungku." Sahut Arumi membuka matanya, sambil memegangi dadanya yang diserang debaran jantung.
"As apa? Tadi kau bilang apa?" Tanya Ryota.
"Ah lupakan. Kau mau apa?" Kata Arumi.
"Aku mau menjelaskan sesuatu padamu.." Namun saat itu juga kalimat Ryota terpotong karena teriakan beberapa orang yang mengejarnya.
"Ah itu Ryota!!" Ucap orang-orang itu dan berlari kearah Ryota dan Arumi.
"Kenapa wartawan itu ada disini!" Ucap Ryota.
"Ah bisa gila aku!" Gerutu Arumi, dia menarik baju Ryota dan menyeretnya mengikutinya berlari menghindari kejaran para wartawan yang memburu mereka.
Arumi dan Ryota berlari secepat mungkin, kemudian Arumi menemukan café kecil dan mereka masuk kesana. Arumi mengenal pemilik café itu, karena mereka sama-sama berasal dari Indonesia. Setidaknya Teh Yuri bisa menyembunyikan mereka sementara pikirnya.
"Kau bawa aku kemana?" Tanya Ryota.
"Diam!" Arumi dan Ryota memasuki café, "Teteh, tolongin neng." Arumi langsung menyambar tangan Yuri yang sedang melayani pengunjung café.
"Loh neng, kunaon?" Tanya Yuri kaget dengan kedatangan dua orang itu.
"Teh, ada yang ngejar neng dari tadi. Aduh tolongin neng teh."
"Saha? Ini saha?" Yuri menunjuk kearah Ryota.
"Dia ngomong apa?" Tanya Ryota bingung mendengar percakapan Arumi dan Yuri.
"Ssstttt!" Sahut Arumi, sambil menempelkan telunjuknya ke bibir. "Nanti neng jelasin teh, tapi tolongin umpetin dulu ini teh. Aduh." Kata Arumi memelas pada Yuri.
"Duh, sok sok atuh. Sana ngumpet didapur." Jawab Yuri sambil menunjuk pintu dapur.
"Ayok cepet." Tarik Arumi lagi pada Ryota.
Ryota mengikuti langkah Arumi menuju dapur. Disana Arumi mengintip dibalik pintu. Dia melihat beberapa orang yang mengejar mereka berlarian menjauh dari café. Hal itu terlihat dari jendela café dan teriakan orang-orang itu yang menyebut-nyebut nama Ryota.
Setelah merasa orang-orang yang mengejar mereka pergi, Arumi langsung terduduk seketika dibalik pintu. Kakinya tiba-tiba terasa lemas akan kejadian tadi, Ryota yang melihat Arumi langsung merasa khawatir.
"Rumi-san, kau baik-baik saja?" Tanya Ryota.
"Ah, semua ini gara-gara kau. Astagfirullah astagfirullah."
"Apa? As? Apa?" Tanya Ryota Lagi.
"Ah, nanti saja ku jelaskan." Jawab Arumi bangkit dan menuju keluar dari dapur.
Ryota mengikutinya, "Rumi-san kau baik-baik saja?" Tanya Ryota lagi.
"Iya, aku baik-baik saja," Jawab Arumi singkat, "Teh, makasih udah bantuin neng. Ya Allah kalau gak ada teteh gatau lagi neng mah." Kata Arumi menghampiri Yuri.
"Iya gak apa-apa neng, sok duduk dulu," kata Yuri sambil menggandeng tangan Arumi ketempat duduk, "kenapa atuh neng dikejar-kejar gitu?" Tanya Yuri.
"Panjang teh ceritanya, neng dikira pacaran sama dia." Jawab Arumi menunjuk Ryota yang duduk disebelahnya.
"Nama kamu siapa?" Tanya Yuri menggunakan bahasa Jepang bertanya pada Ryota.
"Ah, aku Ryota." Jawab Ryota sambil tersenyum dan membungkuk.
"Oh iya, sebentar-sebentar ku buatkan minuman dulu. Nanti kita lanjutkan lagi." Kata Yuri seketika meninggalkan Ryota dan Arumi.
"Rumi-san, kau tadi berbicara bahasa apa?" Tanya Ryota.
"Indonesia." Jawab Arumi singkat.
"Kau orang Indonesia?" Tanya Ryota lagi yang hanya dibalas dengan anggukan mengiyakan Arumi.
"Ah, kau harus bertanggung jawab atas kejadian ini. aku tidak mau terus dikejar-kejar begini." Gerutu Arumi pada Ryota.
"Malah sebaliknya, aku ingin kau menjadi pacarku." Jawab Ryota sambil tersenyum.
"APA??!" Teriak Arumi.
YOU ARE READING
Sun and Moon
Lãng mạn(Cerita ini update setiap hari kamis. Selamat membaca!) "Jodoh itu ditangan Tuhan, dan aku menyerahkan semuanya." Laila Arumi gadis asal Indonesia yang melarikan diri dari tanah airnya ke negara sakura demi mengejar impiannya sebagai fashion design...