#4 Dirimu

22 4 0
                                    

Jalan yang kulewati dulu.
Entah kemana.
Hilang lenyap, apakah ditelan bumi?
Alasku bahkan berdebu.
Dimanakah dirimu?

Dengan payah kukayuh sepeda tuaku.
Meniti jembatan tua.
Rasanya ingin mati saja.
Tapi kuurungkan, kamu akan murka.
Terasa peluhku menetes, kuingat hujan kemarin.
"Jangan hujan-hujan, bisa sakit." Itu katamu dahulu.
Sakitnya memang menusuk.

Apakah aku tidak waras?
Itu kataku pada dunia.
Sepertinya iya.
Aku merindukanmu.
Tertanda, anakmu.

Sebuah IlustrasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang