3

74 5 0
                                    


-----

Dear, Riantama
Surat ini masih tentang rasa penasaranku yang sangat ingin tahu perihal perempuan itu. Baru kali ini aku bingung apa yang ingin aku tulis dan aku sampaikan padamu. Fikiranku terus saja terusik dengan adegan tiga hari lalu. Lebih tepatnya aku terganggu. Aku tau ini urusanku dengan segala pemikiran anehku dan menjadi urusanku dengan segala perasaan yang bahkan aku rasa itu tak sama dengan yang kamu rasa.

Sekian untuk surat kali ini, semoga harimu menyenangkan.

Lv, 'J
Your Secret Admirer

-----

Aku berjalan menyusuri koridor dengan Diana dan Fany. Bel pulang sekolah telah berbunyi 5 menit yang lalu. Aku berjalan didepan, sedang mereka berdua berjalan dibelakangku. Bukankah aku seperti seorang ratu dengan dua dayangnya yang mengikuti ku? Haha.

Mataku yang tangah sibuk membaca komentar-komentar netizen yang maha benar itu, kini teralihkan oleh seseorang yang berdiri di depan loker 2812. Spontan aku pun berhenti. Mereka berdua yang ada dibelakangku pun otomatis menabrak tubuhku. Hampir saja terjadi jatuh masal. Kedua temanku ini spontan memukul pundakku secara bersamaan dan brutal. Aku pun berlari berusaha menghindari mereka. Aku berbalik menghadap keduanya dengan satu tangan berada di pinggangku.

"Lo berdua apaan sih"

"ELO YANG APAAN"

"dih, kok ngegas sih"

"ELO YANG MULAI DULUAN, JIHAN BEGO"

Fyi, mereka berdua berbicara secara bersamaan dan dengan cara teriak. Kalian tau akibatnya? Kami jadi bahan tontonan siswa siswi yang lewat. Udah kaya artis belum? Haha.

"kalian bisa gak sih, gak usah teriak-teriak. Gak malu apa jadi bahan tontonan?"

"ENGGAK"

"yaudah deh, gue duluan. Bye.. Bye.. " aku melambaikan tangan dan berbalik untuk segera berlari meninggalkan mereka.

Merasa cukup jauh, aku memelankan langkahku. Aku bersenandung pelan sambil melihat-lihat sekitar. Seperti biasa, tak ada yang menarik. Aku sudah cukup bosan dengan suasana sekolah yang seperti itu-itu saja.

Ah, tunggu. Setidaknya dari sekian banyak mataku memandang sesuatu di sekolah ini, ada satu yang tak pernah aku bosan menatapnya. Aku tersenyum.

Tiba-tiba langkahku terhenti karena tatapan yang seolah menghujamku. Aku terkejut, sungguh. Mata kami saling bertatapan. Aku bahkan tak mampu untuk mengedipkan mataku. Astaga, mimpi apa aku semalam? Ah, aku tak memimpikan apa-apa.

Ia menyudahi tatapan kami, lalu berjalan menjauh. Astaga, aku bahkan tersengal hanya dengan sebuah tatapan? Apa aku gila?

Mataku tak sengaja mengarah ke sebuah loker yang ia tinggalkan. Entah mengapa, aku tertarik untuk mendekati loker itu. Tapi, masih siswa siswi yang berlalu lalang. Aku menyenderkan tubuhku pada dinding. Melipat kedua tanganku didepan dada.

Aku menunggu 15 menit lamanya. Hingga akhirnya aku berani untuk mendekati loker itu. Lagi, aku menyentuh pegangan besi dingin itu. Oh, astaga. Terbuka. Ini tidak terkunci.

Aku terpaku menatap isinya yang banyak terdapat banyak surat-suratku yang dalam keadaan segel terbuka. Sepertinya ini adalah surat-suratku selama sebulan ini. Haha. Aku tersenyum, itu menandakan bahwa ia membacanya bukan? Aku menyakini ya.

Aku memiringkan kepalaku saat melihat ada sebuah amplop berwarna coklat diatas tumpukan surat-suratku. Aku penasaran, apa ada yang mengiriminya surat selain aku? Hatiku dugun-dugun.

Oh, astaga. Sudah berapa kali aku menyebut ini. Ini surat yang ditujukan untukku. Aku tak akan membukanya sekarang. Aku akan membacanya dirumah nanti, jadi aku masukkan amplop coklat itu kedalam tasku.

Tertulis jelas disana
'for J my secret admirer '.

*********

Jangan lupa untuk tekan bintang dan komennya. Jadilah pembaca yang baik dengan menghargai karya orang lain.

Salam hangat💜


SURATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang