1st Impression

182 21 0
                                    


   Rabu pagi yang cerah, menimbulkan rasa semangat untuk memulai hari yang baru di semester 2. Seperti biasa bangun pukul 4 untuk bersiap siap sekolah. Tidak lupa mematikan alarm terlebih dahulu, lalu mandi, merapikan tempat tidur, serta sarapan.

———

   Sesampainya di sekolah, aku pun merasakan sesuatu yang aneh —orang orang sibuk dengan obrolannya sendiri —tidak menyapa yang baru masuk sepertiku,melainkan membicarakan sesuatu yang terlihat asyik. 'Ada apa dengan mereka?'

   Saat isi kelas lebih ku cermati lagi, disudut belakang kelas terlihat seorang gadis cantik nan manis yang asing bagiku. Walaupun dia cantik, penampilan lebih detailnya terlihat kurang terawat. Rambut yang terlihat acak - acakan, kenakan dasi yang tak rapih, kancing kemeja atas yang terbuka, sedikit tidak enak untuk dipandang. Tanpa kusadari, ternyata sedari tadi ia juga sedang mengamatiku. Buru buru ku palingkan pandanganku ke arah lain dan kembali berjalan—mencari bangku yang masih kosong.

   Akhirnya aku segera menempati tempat duduk yang masih kosong, diseberang—tidak jauh dari posisi gadis itu. Tidak disengaja sebenarnya, karena sudah banyak yang menempati bagian depan.

"Soo Jin-ah!" panggil seseorang dari arah pintu.

"Min Jung-ah, annyeong! Kukira siapa, ternyata kau."

Min Jung hanya terkekeh.

   Setelah melewati libur yang panjang, akhirnya aku bertemu lagi dengan sahabatku, Park Min Jung. Dia adalah anak yang manis dan ramah. Dia juga anak yang populer di sekolah kami, juga pintar. Sangat berbanding terbalik denganku, hanya gadis yang biasa biasa saja. Akupun bingung, mengapa dia mau berteman denganku sejak tahun pertama di SMP hingga sekarang dan mengikutiku untuk sekolah disini. Padahal ia pasti akan diterima bila mendaftar di sekolah favorit di Seoul. Beruntungnya diriku.

   Sudah kutebak, pasti ia akan mengambil tempat tepat disampingku.
Lama berbincang, tiba tiba Min Jung memberi tahuku sesuatu diluar dugaanku.

"Kau lihat anak baru itu? Dia adalah anak yang dijauhi oleh semua orang di sekolahnya dulu, sampai memengaruhi nilainya dan akhirnya dia dipindahkan kesini oleh kakaknya." katanya.

"Dari mana kau tahu semua itu?" tanyaku dengan sirat penasaran.

"Saudaraku satu sekolah dengannya sebelum ia dipindahkan kesini. Katanya ia hanya memiliki satu teman disana, sampai ia mendengar kabar bahwa temannya meninggal karena dibunuh, sifat dan penampilannya berubah 180°." jelasnya panjang lebar.

"Mengapa harus berlebihan? Dia kan bisa berteman dengan yang lainnya juga?" tanyaku lagi.

"Ya, berlebihan memang. Sebab itu ia dijauhi oleh semuanya karena sifatnya yang berlebihan itu. Menjadi aneh seperti monster" bisiknya, takut takut dia mendengar omongan Min Jung.

———

   Sekarang aku sudah bisa menyimpulkan, bahwa bukan hanya aku dan Min Jung, teman temanku pun juga sibuk membicarakannya, membuat gosip yang aku yakini akan terdengar hingga satu sekolah tahu mengenai dirinya. Aku sama sekali tidak ada pemikiran untuk menjauhi atau menjaga jarak dengannya, entah kenapa. Justru, itu membuatku menjadi penasaran, penasaran untuk mendekatinya dan menemukan jalan keluar untuk masalahnya. Dan tentunya, menjadi seorang teman.

———

“Anybody can sympathize with the sufferings of a friend, but it requires a very fine nature to sympathize with a friend’s success.”
– Oscar Wilde

ANXIETYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang