Part 2 - Kucing Kesayangan

2 0 0
                                    

•Razvan POV•

Sinar matahari menerobos masuk ke jendela kayu kamar klasik itu, suara burung menjadi pengganti jam walker fajar itu. Terlihat manusia berbaju besi sedang berlatih dengan pedang runcing masing-masing dan tak lupa dayang yang sibuk menyiapkan perlengkapan pagi untuk tuan mereka, semua orang terlihat sibuk dengan aktivitas pribadinya.
Aku menggeliat meregangkan otot tubuh ku dan langsung bangun melakukan ritual pagi kuseperti hari biasa, ku lirik dari jendela pemandangan para prajurit berlatih pedang yang pertama ku nikmati. Dan sepertinya aku tertarik untuk bergabung dengan mereka.

Tok..tok..tok..
"Permisi pangeran, pangeran dipanggil untuk sarapan di meja makan sekarang"ucapnya yang sekarang berada dihadapanku sambil tersenyum dan agak menundukkan badannya menghormatiku.

"Baiklah, aku segera kesana." Kupikir sebaiknya aku mengisi perutku yang kosong ini sebelum ikut berlatih menggunakan pedang.
Setelah sarapan bersama selesai, akupun berlatih menggunakan pedang mengasah seberapa dalam pengetahuan ku mengenai benda itu.

"Pangeran, ini minuman untuk pangeran."ucap seorang dayang yang meletakkan minuman untukku dan berlalu kembali ke dapur.
Akupun hanya meminumnya sebentar lalu melanjutkan kegiatanku. Awalnya aku tidak tertarik untuk berlatih pedang karena aku lebih menyukai panah sekali bidik "Duarr" jantung musuh ku dapatkan. Namun setelah melihat keahlian pedang ayahanda dalam melawan musuh saat peperangan kemarin, aku jadi tertarik untuk bisa seperti beliau.
Hingga saat ini aku mulai melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan para prajurit itu.
Akupun tidak malu-malu meminta para prajurit untuk menilai seberapa besar kemampuanku menggunakan pedang itu. Prajurit itu juga menuntunku jika ada hal yang kurang dalam permainan pedangku, hingga tak sadar ada seorang yang dari kejauhan sedang melihatku berlatih pedang sambil tersenyum, ya..itu ayahanda, yang membuatku ingin menjadi seperti dirinya, raja yang baik dan juga hebat.
Suara yang memanggil namaku dari kejauhan sambil menyatukan kedua telapak tangannya dan berjalan ke arahku sambil tersenyum.

"Hebat Razvan, hebat" ucapnya yang membuatku melihat ke arahnya dan tersenyum sebentar sebelum melanjutkan latihan pedangku.

Ayahku pun tahu jika sebenarnya aku tidak menyukai pedang dan lebih menyukai panah, tetapi saat melihatku menggunakan pedang ayahanda ikut senang karena putranya yang biasa hanya memegang panah kini beralih memegang pedang.

"Ada apa ayah?" Tanyaku yang pura-pura tidak megerti maksud ayahku berkata "hebat".

"Tidak apa Razvan, aku hanya senang kau mau berlatih pedang..itu bagus untuk melatihmu menjadi raja disaat kau menghadapi peperangan nanti, teruskanlah Razvan sampai kau benar-benar mahir dalam menggunakan pedang itu." Sambil menunjuk pedang yang ku pegang.

"Baiklah ayah, aku mulai sekarang akan berlatih pedang tetapi juga tetap menggunakan panah." Ucapku dengan senyum yang membuat ayahanda juga tersenyum dan menepuk bahuku lalu meninggalkanku. Aku pun kembali melanjutkan latihan pedangku hingga sinar matahari menyorot wajahku yang telah banyak berkeringat.

Sinar matahari kian lama kian naik dan aku pun akhirnya menyelesaikan latihanku dan segera mengerjakan pekerjaan yang lain setelah membersihkan tubuhku yang kotor ini. Kini aku berada di ruangan yang menjadi tempat merebahkan diri untuk sejenak beristirahat siang melemaskan otot tubuhku yang tadi kaku saat berlatih.

"Huhh...ternyata berlatih pedang membuatku lelah." Aku mengangkat telapak tanganku menaruhnya di belakang kepala ku sambil meletakkan tubuhku terlentang di atas tempat tidurku.
Lelah, itu yang kurasakan sekarang..belum lagi tiba-tiba aku teringat syarat dari ayahanda untuk menjadi raja.

"Argghhh...kenapa harus ada persyaratan seperti itu, membuatku bingung bagaimana agar aku bisa menemukan jodohku tanpa bantuan kedua orang tua ku."ucapku gusar sambil mengusap-usap kasar rambutku.

Akhirnya akupun memilih melupakan sejenak masalah itu dan melakukan kegiatan rutin ku di siang hari dengan meletakkan tubuhku di kasur nyaman milikku.
Sejenak ku letakkan tubuhku hingga ternyata bulan pun sudah naik menggantikan posisi matahari tadi siang, "ya, ini sudah malam" aku tidak menyangka akan tidur selama ini. Aku menggeliat sebentar dan langsung berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

"Ngghhh...ternyata aku tidur lama sekali hingga tidak tahu waktu, sebaiknya aku membersihkan diriku dulu." Sambil berjalan ke kamar mandi dengan sesekali menguap efek baru saja bangun tidur.

***
"Mari kita mulai makan." Ucap ibunda sambil menyendokkan se-centong nasi ke piring ayahanda dan setelah itu baru aku mengambilnya.
Ibunda memang sangat menyayangi ayahanda, terbukti saat waktu itu ayahanda sakit ibunda merawatnya dengan baik sampai ayahanda sembuh total dan bisa melakukan kegiatan nya lagi.

"Mmm..Razvan, bagaimana syarat yang ayah berikan untukmu. Apakah kau sudah mulai memikirkan cara untuk menemukan jodohmu dengan tepat? Tanya ayahanda disela-sela makan yang membuatku tersedak dan ibunda segera menyodorkan minum untukku.

"Belum ayah, mungkin akan ada saat nya nanti aku memikirkan syarat itu dengan matang."

"Baiklah..semoga kau bisa menemukan yang terbaik untuk masa depanmu nanti." Ucap ayah sambil meneruskan makannya yang berhenti sejenak tadi.

Disamping ayah, ibunda yang melihat percakapan antara aku dan ayahanda hanya bisa tersenyum bingung..mungkin ibunda tidak yakin jika aku bisa menemukan jodoh yang benar-benar baik untukku, tapi aku yakin bisa menemukan jodoh yang baik untuk masa depan ku dan masa depan kerajaan ini.

"Ayahanda, ibunda..aku ke kamar dulu..aku sudah selesai makan."ucapku yang memang sudah menyelesaikan makanku dan berlalu menuju kamarku.

"Hmmm...hmmm..hmm.." karena bosan aku bersenandung sepanjang berjalan menuju kamarku hingga para prajurit yang menjaga setiap ruangan melihatku dan melemparkan senyuman, tapi aku tak peduli..aku pun tak memperhatikan mereka, aku terus berjalan hingga sampai lah ke pintu yang menjadi penghalang antara luar dengan tempat tidurku lalu kubuka pintu itu dan memasukinya langsung menuju ke meja serbaguna ku untuk memikirkan syarat ayahanda.

"Tok..tok..tok.." suara ketukan itu datang hingga aku harus berdiri lagi membukakan pintu.

Cklek..

"Ada apa?" Tanyaku pada salah satu dayang yang kini wajahnya terlihat takut entah apa yang membuatnya takut aku tidak tahu.

"Pangeran, itu..emm..kucing pangeran tiba-tiba hilang!" Ucapnya yang sekarang menjadi gugup dan berkeringat.

"Apaaa..bagaimana bisa kucingku hilang, apa kalian tidak menjaganya..padahal aku belum memberi makan kucing itu tapi kalian sudah menghilangkannya ck.." aku berlalu langsung ke tempat kucingku semula berada dan benar saja setelah sampai disana kucing kesayanganku tidak ada.

Ya, aku memiliki kucing kesayangan tetapi hanya satu dan belum ada kucing dari kerajaan lain yang cocok untuk kujadikan pasangannya. Mungkin orang lain berfikir ini aneh, seorang putra mahkota bisa menyayangi kucing sampai mau menjodohkannya.

"Sebaiknya aku cari dulu kucingku." Gumamku yang tidak didengar siapapun.

"Dimana terakhir kali kalian melihat kucingku." Tanyaku pada dayang-dayang yang ada disana.

"Terakhir kali melihat baru saja dia masih ada disini pangeran, tapi setelah ditinggal sebentar menyiapkan makanan untuknya dan kembali lagi kucing tuan sudah tidak ada."

"Baiklah kalau begitu ayo bantu aku mencarinya." Perintahku yang langsung bersama-sama mencari kucing kesayanganku. Tempat demi tempat ku telusuri bersama dayang-dayang dan tinggal satu tempat yang belum kudatangi..

"Mmm.. mungkin kucing itu ada di teras depan kerajaan" langsung aku menuju ke teras kerajaan dan benar saja, kucingku berada disitu bersama kucing lain yang menurutku mereka bisa disatukan dan akhirnya aku langsung mengambil kucingku dan kucing itu lalu memasukkannya ke tempat yang semestinya yaitu kandang, setelah itu aku langsung memberi mereka makan yang memang makanan sehari-hari kucingku.

Setelah akhirnya kucingku sudah ditemukan dan aku kembali lagi ke kamar untuk memikirkan apa yang harus aku lakukan untuk bisa menemukan jodohku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Second RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang