III. Laki Laki Brengs*k

46 2 0
                                    


Aku melangkahkan kakiku keluar dari gerbong kereta, pikiranku sudah campur aduk, aku benar benar bimbang. Air mataku tak henti hentinya mengucur deras, sebisa mungkin aku mengusap air mataku


'Apa aku harus kembali kestasiun itu' pikirku


Tak lama ada seorang laki laki bertanya padaku mengapa aku menangis. Aku hanya diam tak menjawab tetapi laki laki itu justru semakin penasaran


"ponsel saya hilang mas"

Dia terkejut mendengar pernyataan dari ku. Dia langsung memberikan ponselnya padaku untuk menghubungi ponselku. Langsung saja ku lacak keberadaan ponselku melalui gmailku, dan benar saja pencuri itu masih ada distasiun tadi

"kamu mau kemana neng?"

"saya mau kestasiun tanah abang mas, mau cari handphone saya." kataku sambil menunggu kereta yang menuju tanah abang

"yauda abang temenin ya neng."

Katanya sambil mengusap pundakku, dia mencoba menenangkanku dengan ucapannya. Dia menemaniku menunggu kereta menuju tanah abang

.

Situasi yang ramai membuat aku kembali berdesak desakan untuk menuju stasiun itu, dia mengamaninku dengan merangkulku. Didalam kereta dia merangkulku sekali menenangkan ku yang tak henti hentinya menangis.

Sesampainya kami distasiun tanah Abang. Alangkah kecewanya aku mendapatkan balasan yang sangat pasrah dari pihak KRL nya

"itu mah sudah hal biasa mba disini, uda banyak kasus kecopetan dan itu sangat susah ditemukan pelakunya."


Apa dia tidak berusaha sama sekali untuk menemukan dompetku

Dengan CCTV salah satunya?


Aku benar benar kesal dengan pihak KRL, dia sama sekali tidak ada upaya untuk melacak maupun mencari keberadaan pencurinya. Kalau dia selalu pasrah seperti ini, para pencopet tentu pasti akan dengan mudah mencuri mencuri dan mencuri barang barang para penumpang kereta.

.

Aku memutuskan kembali pulang kerumah dengan pria itu. Dia menemaniku untuk kembali pulang kearah bekasi. Untungnya tujuan kami sama, jadi kami melangsungkan saja mencari kereta yang kearah Mangarai

Kala menunggu kereta, dia terus saja merangkulku sesekali mngusap wajahku yang sudah dibanjiri air mata. Jujur saja aku tidak suka jika ada seseorang menyentuhku sembarangan apalagi menyentuh wajahku. Kalian tahu, dipermukaan tangan pasti terdapat banyak kuman dan bayangkan jika kuman itu masuk kedalam pori-pori wajah tentulah akan menyebabkan jerawat.

"udah cantik gak usah dipikirin lagi, anggap aja itu pembawa keberuntungan."


Cantik?

Apa dia berusaha merayuku?


Kereta pun datang dan langsung diserbu oleh ratusan orang yang sedang menunggunya itu, dia mencengkram pergelangan tanganku begitu kencang hingga membuatku merasa kesakitan. Aku tau maksud dia baik mencarikanku tempat duduk tapi dia menarik tanganku begitu keras itu yang tidak kusuka. Aku pun tidak mendapatkan tempat duduk pada gerbong itu, dan dia masih terus saja merangkulku.

Hingga pada akhirnya keramaian membuatku terus berdesak desakan. Tiba tiba dia memelukku dengan kedua tangannya dan mengatakan padaku untuk memegang tangannya. Saat itu aku benar benar tidak suka kondisi itu, apa dia kira aku tidak punya inisiatif, aku masih bisa memegang tiang tanpa harus memegang dia!

Aku hanya melihat kearah luar jendela dengan tatapan kosong, pikiranku masih campur aduk. Aku masih sedih dengan kejadian tadi ditambah kesal karena kurangnya inisiatif dari pihak KRL. Tiba tiba saja aku merasakan sebuah tangan menyentuh pinggangku dan menariknya dalam. Siapa lagi pelakunya selain laki laki yang ada disampingku ini. Aku langsung menepis tangannya dengan tangan kiriku yang tidak kukaitkan pada tiang gerbong


"maaf mas jangan seperti ini." kata ku pelan sambil menyingkirkan tangannya itu


Dia menarik tangannya dari pinggangku dan alangkah terkejutnya aku, dia justru menurunkan tangannya kearah pahaku. Aku benar benar jijik dengan laki laki disampingku ini. Tepisan kedua langsung saja aku berikan pada dia.

Jika kalian bertanya mengapa aku tidak teriak? Jawabannya karena aku masih punya perasaan. Dan aku berpikir jika aku teriak, bisa bisa dia abis dipukuli orang orang yang ada didalam gerbong. Dia memang bermaksud baik, tapi dia brengs*k!!

Kala aku menepisnya, dia masih saja mencari cara untuk dekat denganku. Dia selalu senang mencari cara agar bisa menyentuhku. Dia selalu memegang pergelangan tanganku serasa aku ingin kabur darinya. Dia meraba raba tangan kiriku tepat pada jam yang aku pakai. Aku benar benar tidak tahan dengan sikapnya. Memangnya dia siapa?


"MAAF MAS TAPI SAYA TIDAK SUKA SEPERTI INI!! MAAF TAPI SAYA INGIN TURUN!"


Tepat pada stasiun yang ingin kuturuni, aku langsung melangkahkan kakiku keluar gerbong kereta. Tapi sial dia masih saja mengikutiku.

"mas, makasih banyak tapi saya bisa pulang sendiri. Mas silahkan cari kereta lain."


brengs*k 


Langsung saja aku berlari meninggalkan laki laki itu. Aku benar benar tidak ingin naik kereta lagi karena laki laki brengsek ini. Untunglah, yang ku pikirkan adalah saat dia akan mengancamku. Itu yang kupikirkan

Aku menangis sejadi jadinya saat aku telah sampai rumah. Ku tutup pintu kamar dan aku langsung terperosok dibelakang pintu kamar. Tangisanku pecah tak dapat ku tahan lagi, aku benar benar kecewa dengan diriku sendiri, rasanya seperti aku telah dicabuli oleh seorang pria.


Aku benar benar trauma

[END] Ujian Itu Indah (Kisah renungan syukur pada sang pencipta)Where stories live. Discover now