IV. Peringatan TUHAN

44 2 0
                                    


Tangisanku pecah sesampainya dirumah, aku benar benar tidak bisa menahan lagi tangisanku. Aku takut masuk kedalam rumah, aku takut dimarahi oleh keluargaku, aku benar benar takut. Langsung saja aku berlajan kearah kamarku dan menutupnya. Aku langsung tersungkur dibelakang pintu dan menangis sejadi jadinya, Rasanya seperti dikejar kejar dan dipukuli hingga membuatku sesetrauma ini.


"Prita!!"panggil kakak kakakku yang sudah berada diluar kamar

"Prita!"panggil mereka lagi

Langsung saja mereka mendobrak pintu kamarku dan langsung memelukku.

"ada apa?"kata kakak ku yang bernama intan itu. "cerita sama kakak de"

"aku takut!"kata ku sambil menutup wajahku

"takut apa? Cerita sama kakak"kak dita, berusaha menenangkanku

"aku takut! Aku gak mau naik kereta lagi."aku masih menutup wajahku sambil menangis sesegukan. "hp aku hilang! Aku dipegang pegang sama cowo."


Mereka berdua berusaha menenangkanku saat aku masih sesegukan itu. Lemas yang kurasa, aku benar benar kosong, rasanya mau pingsan. Aku mencoba bertahan dengan mataku yang sudah benar benar sembab. Kakak ku yang pertama mencoba menghubungi ayahku, sedang yang kedua masih tetap menenagkanku

"coba kamu ceritain semua kekakak." katanya lembut

Aku pun menarik napas dan mencoba menceritakan semua padanya atas kejadian yang kualami tadi. Dia langsung memelukku saat aku kembali nangis kala menceritakan tentang laki laki brengs*k tadi.

.

Kakak ku memberikan ponselnya yang terhubung dengan ayahku yang berada diluar kota. Ayahku mencoba menenangkanku dan memberikanku kesempatan untuk menceritakan tentang semua kejadian itu.

"sekarang kamu tenang ya sayang, gak usah lagi pikirkan apa apa. Gak usah lagi memikirkan tentang cicilan itu. Akan papa bayar semuanya, kamu jangan nangis lagi, nanti akan papa beliin handphone untuk kamu."aku masih menangis mendengarnya ada perasaan tenang padaku namun bukan ini yang membuatku menangis tapi karena aku merasa aku telah dicabuli.

.

Malam itu aku masih mencoba menenangkan diri dibantu ketiga kakakku. Mencoba melupakan kejadian tadi untuk dijadikan pelajaran dihari kedepan.

Ada perasaan senang ketika ayahku mengatakan akan membayarkan cicilan itu untuk dua tahun. tapi bukan itu yang kusenangi. 

Aku senang karena keluargaku mengerti akan kondisi yang ku alami. Untuk pertama kalinya mereka begitu peduli denganku, mereka yang langsung memelukku dan menghubungiku. Hanya mereka yang langsung menerima kesedihanku dan membiarkan ku menangis untuk meluapkan semuanya.

Dan disitu aku sadar jika mereka benar benar mencintaiku. Aku sangat bersyukur aku bisa lahir dengan keluarga seperti mereka, aku benar benar mencintai mereka.

.

.

Malam hari, aku duduk dimeja makan ditemani dengan kak dita dan abangku, mereka mencoba mengobrol bersama ku. Aku biasa melakukan ini saat makan malam dengan keluargaku, bercerita tentang apa yang sudah kita lakukan disetiap harinya. Dan abangku memulai topik lebih dahulu

"prita, kamu tau gak kenapa hal itu terjadi dengan kamu?"kata abangku diatas meja makan

"kayaknya prita lagi diuji sama tuhan bang."

"nah itu tau, coba prita ingat ingat lagi apa yang uda prita lakuin. Prita ngerasa gak selama prita milik handpone itu prita jadi keliatan lebih sombong dengan apa yang prita punya."

Aku terdiam mendengar ucapannya

"Prita, Tuhan itu gak suka dengan orang yang sombong. Prita tau kan, tuhan itu cepat memberikan peringatan bagi hambanya yang hampir diluar batasan."kata kakakku menyentuh pundakku dan itu benar benar membuatku sadar tentang apa yang sudah aku lakukan


Benar, aku ingat semua yang telah ku lakukan. Dengan bangga aku memamerkan kecanggihan ponsel baruku itu dengan teman teman ku akan. Aku benar benar salah


Aku tau mengapa tuhan memberikan ku ujian seperti ini

Karena Aku terlalu sombong...

[END] Ujian Itu Indah (Kisah renungan syukur pada sang pencipta)Where stories live. Discover now