MY PRINCESS 4

684 43 2
                                    

Iris amethystku terbuka secara perlahan karena terusik oleh paparan sinar matahari yang mungkin masuk dari celah-celah jendela diruangan ini. tunggu, ruangan? pupil hinata membola menerka-nerka kejadian semalam, seingatnya ia berada disebuah bar dan berakhir mabuk dan berakhir diruangan ini? tidak tidak , bagaimana bisa ia seceroboh ini? bagaimana jika naruto mengetahuinya? tamat riwayat mu hinata. tunggu, ini bukan sepenuhnya salah dirinya. ini juga salah si kuning brengsek itu. kalau saja ia menepati janjinya mungkin hinata tidak akan berakhir seperti ini.

Hinata menarik nafas panjang, membuat dirinya tenang untuk saat ini. karenanya hinata harus merasakan kekecewaan yang amat sangat besar, walaupun tidak sebesar cintanya.

'' Hinata? Kau sudah bagun?''

Amethyst hinata membola saat mendengar suara naruto, sungguh, ia tidak ingin bicara dengan naruto, untuk saat ini tidak bisakah ia sendiri dahulu untuk saat ini? Hinata memandang datar sang kekasih, tidak ada yang harus dibicarakan lagi sekarang. Kalian bisa membayangkan? berapa lama ia harus menunggu naruto? mungkin kalian akan berpikir bahwa aku lah yang egois disini, bukankah begitu? pasti kalian akan berpikir 'hei hinata, dia sedang berkerja keras saat ini, dan itu untuk mu gadis bodoh'. akan tetapi kalian bukan hinata. kalian tidak merasakan apa yang ia rasakan sekarang.

'' Maaf, maaf, dan maaf. ''

hanya itu yang bisa naruto katakan. sungguh ,naruto tau bahwa dirinya bersalah, karena membuat hinata menunggu lama-bahkan terlalu lama. kalau saja bukan karena orang-orang penting itu, mungkin semua ini tidak akan terjadi. melihat hinata yang tidak bergeming sama sekali membuatnya merasa terpukul-sangat terpukul. naruto bisa merasakan apa yang hinata rasakan. tetapi, naruto benci saat hinata tidak menatap iris shapire nya.

''Hinata!'' suara pemuda bersurai kuning itu sudah meninggi, membuat tubuh mungil gadis bersurai indigo itu bergetar.

''Aku tau. aku salah, tetapi tolong, dengarkan penjelaskan ku terlebih dahulu'' mohonnya

'' apa aku terlalu egois ? '' kini hinata mulai bersuara, mungkin perkataan naruto benar. ia harus mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu. haha sungguh hinata merasa sangat miris sekarang ini.

Naruto hanya menatap datar kekasihnya, terlihat jelas butiran-butiran air yang lolos dari iris amethystnya membasahi pipi gembilnya.

''Tidak, dengar hinata, semalam aku datang ke cafe itu. tapi kau sudah tidak ada , aku tau kau pasti sudah pulang karena aku terlalu lama, tapi. saat aku sedang menuju apartmu , sasuke mengirimkan ku pesan. bahwa kau sedang ada di bar''

''hm'' Hinata hanya tersenyum miris mendengar perkataan kekasihnya, ya benar. ia memang pergi ke-Bar, hanya untuk menjernihkan pikiran kacaunya itu saja.

''Apa aku terlalu jahat untuk mu? bukankah aku sudah pernah melarangmu untuk pergi ketempat kotor itu?''

Naruto benar-benar tidak memikirkan perasaan Hinata saat ini. ia hanya memarahi Hinata atas kesalahannya sendiri, benar-benar miris. Naruto sangat egois akan dirinya yang sangat berkuasa bahkan sampai tidak bisa memahami perasaan seseorang sedikitpun.

Hinata menarik napas dalam sembari memejamkan matanya sejenak, menghirup udara pagi yang segar mungkin akan membuatnya sedikit tenang dan melupakan 'masalah sepele' nya itu, ia beranjak dari tempat tidur lavendernya, meninggalkan kekasihnya yang sedang menatapnya dengan rasa bersalah.

''Baiklah, aku ingin mandi'' Hinata kini menuju kamar mandi lavendernya, Naruto hanya bisa menatap punggung mungil hinata yang mulai menghilang dari pandangannya. Naruto menatap apartemen Hinata dengan seksama. sudah lama ia tidak melihat rumah berwarna lavender ini. Hinata benar-benar menyukai lavender, seisi ruangannya berwarna serba lavender. bahkan harumnya pun lavender.

**Hinata POV**

Hinata memandangi dirinya dicermin kecil yang berada di kamar mandinya, ia menatap dalam iris Amethystnya, hanya kegelapan,kekecewaan yang dapat ia lihat, lagi-lagi ia hanya tersenyum miris akan dirinya. Hinata mulai menyalahkan showernya, dengan cepat ia berdiri dibawah air yang berjatuhan mengenai dirinya.

'Hei, menurutmu apa yang harus aku lakukan?'

'tertawa?'

atau 'menangis?'

atau bahkan 'memberontak?'

Haha tentu saja Hinata tidak bisa melakukan itu semua, ia hanya bisa bersabar akan hidupnya, tetapi sungguh, didalam lubuk hatinya yang paling dalam, ia ingin sekali memaki CEO besar di negara ini, Lelaki yang tidak mempunyai perasaan sedikitpun itu. tetapi balik lagi, ia tidak bisa melakukan itu semua, Karena cintanya yang besar terhadap lelaki itu. ternyata memang benar 'cinta itu buta' bukan karena 'tampang'nya atau 'kekayaannya'. tetapi sifatnya yang sangat egois.

**END POV*

sudah 45 menit lamanya Hinata berada dikamar mandi lavender miliknya, tentu saja membuat Naruto 'sedikit' khawatir akan kekasihnya, Naruto takut, sangat takut Hinata melukai dirinya atas kesalahannya. tunggu? Naruto menjadari kesalahannya? itu sangat mustahil.

dengan cepat Naruto berjalan menuju kamar mandi milik kekasihnya dengan perasaan khawatir yang besar didalam dirinya, Naruto tau ia salah, tetapi tidak pantas jika seorang gadis yang sangat ia cintai melukai dirinya sendiri karena kesalahan naruto, ia menggedor pintu kamar mandi berwarna lavender itu, tetapi tidak ada jawaban sama sekali yang ia dapat, tentu saja membuat naruto khawatir akan itu, dengan cepat ia mendobrak pintu kamar mandi hinata, naruto tersenyum kecil saat melihat gadis kecilnya tertidur dibath-up dengan baju yang masih terpakai, naruto menggendong gadisnya menuju tempat tidur, tetapi sebelum itu, ia harus menggantikan baju milik hinata terlebih dahulu, sungguh berat tugas yang harus ia lakukan sekarang.
***
Naruto menatap dalam wajah mungil hinata dengan seksama, bibir tipisnya, hidung mancungnya sungguh sangat menggemaskan dimata naruto, tabgan kekar naruto membelai lembut bibir mungil hinata, ingin rasanya ia mencium bibir sang kekasih, tetapi apa boleh buat? Hinata pasti akan marah kalau ia melakukan sesuatu tanpa dirinya tau, ia tidak ingin melihat hinata terus menerus marah kepadanya, itu sanggat menyiksa.

Tak lama, hinata membuka matanya secara perlahan, membiarkan intens cahaya memasuki ruangannya dari celah-celah jendela yang terbuka, ia melihat naruto sedang tertidur disofa lavender miliknya, ia berjalan menuju sang kekasih, memberinya selimut untuk menghangatkan tubuhnya, hinata membelai rambut kuning milik naruto dengan senyum yang amat tulus, sentuhan itu membuat naruto membuka matanya perlahan.

"Hinata?kau sudah bangun?" Tanya naruto dengan segera bangun dari tidurnya dan menetapkan dirinya dengan posisi duduknya.

"Yaa, naruto kun.. maaf, aku benar benar minta maaf"

"Untuk apa? Seharusnya aku yang minta maaf, sudah lupakan masalah ini, oke? Kau ingin makan sesuatu?kau belum makan dari semalam." Naruto benar benar tau bahwa hinata pasti sangat kelaparan sekarang, ia harus membuat hinata makan terlebih dahulu dibanding harus mengurus masalah seperti ini terus menerus, tentu saja naruto lebih khawatir akan kesehatan hinata dibanding lainnya.

Hinata hanya tersenyum melihat perhatian yang ia dapat dari naruto sangat hangat bahkan membuat hinata meredupkan kekesalannya dalam sekejap saja. "Ya, aku sangat lapar, dan ini semua salah mu." Dengan segera hinata memeluk tubuh kekar naruto dengan lembut, sangat hangat membuatnya nyaman dan merasa aman saat berada disekitarnya.

*Haiii, maaf aku nge-up nya lama bahkan sangat lama, sejujurnya aku kehabisan ide untuk cerita ini:" tapi, mulai sekarang, aku usahain akan up 1 minggu 1chapter, jangan lupa vote ,komen kritik ya hehe, baii*


MY PRINCESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang