10

2.4K 202 14
                                    

Seharusnya Kania bahagia malam ini, karena kakaknya tiba-tiba mengajaknya jalan-jalan. Tapi saat melewati sebuah tempat yang Kania ketahui sebagai club malam, tiba-tiba jantungnya terasa berhenti berdetak.

"Bang, berhenti." Ucap Kania dengan suara serak dan memukul pelan bahu kakaknya."

"Kenapa sih?" Tanya Alvis, sambil meminggirkan motornya.

Kania tidak menjawab, gadis itu berusaha menajamkan penglihatannya. Di sana, dia melihat Gavin dipapah oleh teman lelakinya, sepertinya Gavin sedang mabuk. Hatinya perih melihat cowok yang disukainya ternyata suka pergi ke tempat yang paling dibenci Kania setengah mati.

Yang menyita perhatiannya lagi adalah ada seorang cewek yang pernah bercanda di kantin dengan Gavin, kalau tidak salah namanya Alea. Kania tidak bodoh sehingga tidak bisa melihat bahwa Alea menatap Gavin dengan sorot khawatir. Dari interaksi keduanya di kantin saja, Kania sudah yakin bahwa mereka berdua saling menyukai.

Kania menghembuskan nafasnya, salahnya sendiri terlalu cepat menyukai Gavin. Dia bodoh karena jatuh cinta hanya karena tampang Gavin yang tampan. Sebelum rasa ini terlalu dalam, lebih baik dia menghentikannya kemudian mengenyahkan rasa itu jauh-jauh dari hatinya.

"Lah, itu bukannya anaknya yang punya cafe tempat lo kerja ya?" Tanya Alvis penasaran.

"Iya, Bang. Udahlah biarin aja, kita lanjut jalan-jalannya."

Alvis kembali melanjutkan perjalanan mereka. "Kan, lo jangan deket-deket sama dia ya. Gue gak mau lo kenapa-kenapa."

"Iya, Bang."

Sejak saat itu Kania berusaha menjauhi Gavin. Dia tidak akan memberikan celah sedikitpun pada cowok itu untuk memasuki hatinya lagi.

----

Kania sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Saat membuka pintu rumahnya dia mendapati Laskar yang duduk di atas motornya yang besar tersenyum ke arahnya.

"Yuk! Berangkat." Ajak Laskar sambil menyerahkan sebuah helm kepada Kania yang menatapnya bingung.

"Ngapain lo di sini, Kar?"

"Jemput lo lah. Mulai sekarang gue yang bakalan jemput lo."

"Serius? Kenapa?" Selidik Kania curiga.

"Lo kan sahabat cewek gue satu-satunya, Kan. Jadi gue mau jagain lo. Kalo Dirga kan bisa jaga diri sendiri. Buruan naik, nanti telat."

Kania tersenyum, kemudian naik ke atas motor Laskar. Tiba-tiba terdapat motor yang berhenti di samping mereka. Saat pengendara tersebut membuka kaca helmnya, baru lah Kania tahu bahwa orang itu adalah Gavin.

Hatinya kembali berdebar, tapi Kania mengenyahkan jauh-jauh. Ini demi dirinya, supaya tidak terluka hanya karena cowok yang tidak lama ini masuk ke hidupnya. Hidupnya sudah cukup terluka dan dia tidak akan membiarkan orang asing dengan mudah melukainya lagi.

"Kenapa, Vin?" Tanya Kania, memaksakan seulas senyum.

"Gue mau jemput lo. Tapi ternyata lo udah bareng sama yang lain." Gavin berucap dengan sedikit kecewa, yang terdengar jelas di telinga Kania.

"Mulai sekarang, Kania berangkat dan pulangnya bareng gue. Jadi lo gak perlu repot-repot jemput dia." Jawab Laskar ketus, yang membuat Kania memukul bahu cowok itu.

"Maaf ya, Vin." Ucap Kania bersalah, walaupun dia sudah bertekad untuk tidak membiarkan Gavin masuk ke hatinya. Tapi tetap saja terselip rasa yang tidak mengenakkan di hatinya, dan Laskar justru membuatnya semakin tidak enak.

"Duluan." Laskar berkata dingin kemudian melajukan motornya, sedangkan Kania hanya tersenyum kemudian melambaikan tangannya.

Gavin balas tersenyum dan melambaikan tangannya. Cowok itu terdiam sebentar, jelas saja Laskar baru saja mengobarkan perang dengannya.

'Apa ini adalah akhirnya?' Batin Gavin sambil menatap kosong ke depan.

----

Saat turun dari motor Laskar, Kania menoleh pada Alea yang juga menatapnya. Bisa Kania rasakan Alea buru-buru mengalihkan pandangannya saat melihat Kania.

Kania mengernyit kemudian mengaca pada kaca spion motor Laksar, tidak ada yang aneh dengan wajahnya. Dia tetap cantik seperti biasa, lalu kenapa Alea seperti melihat makhluk halus saja.

"Tumben ngaca." Sindir Laskar sambil menahan tawa.

"Apaan lo, Sekar? Sewot terus deh." Sungut Kania kemudian menghentakkan kakinya kesal. Gadis itu meninggalkan Laskar yang cengengesan tidak jelas.

Laskar tidak berusaha mengejar Kania, cowok itu justru tersenyum menatap gadis itu dari belakang. Entah kenapa dia bisa menyukai cewek seperti Kania di saat banyak yang menyukainya diam-diam.

Tiba-tiba dia melihat motor Gavin memasuki gerbang beserta pengendaranya. Laskar mengepalkan tangannya, dia tidak akan membiarkan Kania menyukai cowok semacam Gavin. Bukan karena mementingkan perasaannya sendiri, tapi ini demi Kania sendiri.

Laskar tahu dia bukan cowok yang baik, justru dia jauh dari kata baik. Tapi setidaknya dia tidak pernah mempermainkan hati perempuan seperti yang dilakukan Gavin. Jika Laskar mementingkan perasaannya, pasti dari dulu dia sudah mengutarakan perasaannya pada Kania.

Nyatanya dia memilih untuk memendam dan menahannya supaya tidak semakin dalam. Tapi usahanya gagal, dia semakin jatuh pada Kania tanpa cewek itu ketahui.

---

Hiks, maaf banget aku meninggalkan cerita ini selama berabad-abad 😢😭

Tolong vote dan komennya ya guys, supaya aku semangat terus untuk lanjutin cerita yang absurd ini 😅

See u in next part, guys 😚

AttentionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang