part 9 : Awal dari Sebuah Harapan

4.5K 367 44
                                    

Naina menangis di toilet seperti biasa. Kembali membuka ponsel dan menatap video bagaimana Daveen mengucap ijab qabul dengan Tania. Yang paling mengerikan adalah dia tidak memberi kabar sama sekali, bahkan tidak mengatakan putus atau seperti apa kelanjutan kisah cinta mereka. Itu sangat menyakiti hatinya.

Setelah puas menangis, dia membasuh wajahnya dengan air. Berulang kali, tapi matanya masih tetap sembab dan hidungnya merah. Dengan gontai dia keluar toilet dan menemui Abimanyu yang masih mengoreksi berkas darinya.

"Ya ampun, sampai merah gitu hidung kamu." Abimanyu tersenyum, lalu menggeser kotak tisu di dekatnya. "Jangan sampai dikira saya yang nyakitin kamu," canda sang atasan lagi berusaha menghibur. Tapi gagal, karena Naina malah semakin terisak.

"Di ruangan saya kan hanya ada Mbak Sasa, dia udah tahu tentang saya sama Daveen kok." Naina tersenyum pahit. Kemudian berpamitan keluar, kembali menuju ruangannya.

Setelah tiba di ruangannya kembali dia menangis tersedu di hadapan Mbak Sasa, yang langsung membuka ponsel melihat whatsapp story Tania.

"Ya ampuun, Na. Tapi jangan jadi nggak profesional gini juga kali ah. Untung boss kita nggak saklek jadi memaklumi kamu nangis-nangis di ruangan dia." Mbak Sasa geleng-geleng kepala.

"Astaghfirullah, iya juga ya? Kok aku bodoh banget? Duh, mudah-mudahan Pak Abimanyu nggak ilfil sama aku ya," rengek Naina sambil menyeka kedua matanya.

Mbak Sasa tertawa, "Kamu ini kadang masih kaya anak abege labil." Wanita yang tengah hamil besar itu terkekeh sambil berjalan ke arah Naina. Menepuk pundaknya dan menatap dengan pasti. "Naina ... jodoh, maut, itu bagian dari takdir. Andai kita tidak bersama dengan seseorang, artinya itu bukan takdir kita. Berbeda dengan nasib, itu bisa kita usahakan." Wanita itu tersenyum bijak.

Naina mengangguk lemah sambil terus mengusap matanya yang terus menerus basah.

"Memang, walau udah nikah masih belum tentu jodoh. Bisa jodoh sementara, tapi jangan coba-coba jadi penyebabnya ya. Masih banyak pria di dunia ini, mau yang seperti apapun. Minta saja sama Sang Pencipta, jangan kaya kekurangan lelaki deh," kekeh Mbak Sasa dengan mengusap pundak rekan kerjanya.

Naina mengangguk, kemudian menarik napas panjang. Memejamkan mata, lalu mencoba tersenyum. Dan itu dibenarkan Mbak Sasa. Bahwa dia harus bisa menunjukkan bahwa tidak terpengaruh dengan pernikahan mereka.

"Tania bisa aja seneng pas lihat salah satu yang nonton videonya itu kamu," celetuk Mbak Sasa lagi.

Akhirnya gadis yang memang masih sedikit lugu itu tersenyum, berusaha mencerna setiap kata yang terlontar dari bibir seniornya. Semua ada benarnya. Entah itu tentang jodoh atau tentang perasaan Tania yang memang sejak awal benci padanya karena dianggap telah merebut Daveen, tapi kini dia seolah menang karena menikah dengan pria tersebut.

Meski terluka, dia tidak boleh terlihat memiliki luka. Karena menunjukkan penderitaan di hadapan banyak orang bisa saja hanya membuat mereka tertawa. Tidak pernah ada yang tahu persis, orang di sekitar dirinya itu benar-benar baik atau hanya berpura-pura.

***

Keluarga Abimanyu dan keluarga Kanaya bertemu untuk membahas pernikahan anak mereka. Kedua belah pihak sepakat tetap mempertahankan pernikahan anak mereka. Alasannya sederhana, selain menyelamatkan nama baik juga tidak mungkin jika Abi akan terus bertahan menolak istrinya.

Meski pria itu telah terang-terangan mengatakan enggan menyentuh istrinya karena tidak ingin memberikan kerugaian andai kelak tetap berpisah, keluarga mereka tidak demikian. Justru meminta Abimanyu mencoba menyentuh istrinya dan terikat secara bathin agar harmoni cinta tercipta. Terlebih jika kelak dianugerahi anak.

KISAH YANG TERTUNDA (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang