Part 2 : Segitiga Tak Terpisahkan

5.5K 344 15
                                    

Naina dan Daveen berpisah ketika memasuki gedung perkantoran dimana perusaan mereka bekerja. Gadis itu menuju ruang HRD sementara Daveen langsung menuju kantin. Aksa dan Tania sedikit heran melihat teman mereka yang sering terlambat itu kini datang lebih pagi.

"Apa bumi udah kiamat? Kok si tukang tidur udah di kantor aja?" tanya Aksa pada Tania yang terkekeh geli.

"Kalian harus berterima kasih pada Naina karena membuatku ingin cepat ke kantor," jawab Daveen sambil memanggil pelayan kantin untuk memesan sesuatu.

"Naina?" tanya Tania heran.

"Yap! Yang akan masuk dalam team work kita. Namanya Naina, ternyata dia lebih cantik dari fotonya." Daveen terkekeh sambil merentangakan tangan, menghirup udara sejuk di pagi hari.

Aksa mendengus kesal mendengarnya, sementara Tania langsung berubah diam sambil menghirup aroma kopi di tangannya. Selanjutnya ketiga sahabat itu sibuk membahas pekerjaan yang akan mereka kerjakan. Tak lupa meminta Tania untuk mengajarkan banyak hal pada rekan baru mereka.

"Enak kan, kita jadi sepasang. Kau dengan Aksa, dan aku dengan Naina."

"Yeee, sialan lu!" omel Aksa dengan wajah kesal. Dia menoleh ke arah kawan karibnya yang merupakan satu-satunya perempuan di antara mereka selama ini. Kini akan ada temannya, tapi gadis itu tampak tak senang.

Ponsel Daveen berdering, Abimanyu yang menghubunginya untuk segera ke ruang meeting. Sudah bisa ditebak, pasti akan diperkenalkan dengan rekan kerja mereka yang baru. Si gadis pengurus keuangan bernama Naina.

Setelah mengetuk pintu ruang rapat, ketiganya masuk berurutan. Daveen, Tania dan Aksa. Mereka duduk di kursi yang sama seperti biasa. Bedanya kini ada seorang gadis lain duduk di sebelah bagian kursi lain tengah tersenyum menatap ketiganya.

"Team, kenalkan ini Naina Sandrina, dia akan menjadi bagian dari kalian. Libatkan dia dalam perencaan dan dana, lalu nona ini yang akan melaporkan semua keuangan yang kalian butuhkan. Jadi kalian tidak bisa menunda-nunda lagi pekerjaan," papar Abimanyu dengan tatapan serius. Pria berkacamata itu menatap lekat satu persatu pekerjanya.

"Siap, Boss!" ketiganya kompak.

Lalu Abimanyu meninggalkan mereka berempat, kembali ke ruangannya untuk mengecek laporan dari divisi yang lain. Sementara Naina menatap tiga orang di hadapannya.

"Semoga saya tidak menyulitkan kalian ya, mohon bantuaannya," ujar Naina dengan sopan.

"Nggak usah formal-formal sama kita mah, santai aja. Kecuali di depan si Boss. Siapa tahu kapan-kapan naik jabatan jadi sekretarisnya kan," balas Tania cuek bebek.

Seketika raut wajah Naina berubah jadi sedikit bingung, namun keterkejutannya bertambah saat Aksa juga buka suara.

"Sebenarnya kita dah enak bertiga dalam pekerjaan team ini, tapi mau gimana lagi. Situ pilihan si Boss ya harus diterima."

Naina menunduk dan tersenyum kaku, tangannya sedikit basah karena tegang sementara jarinya sedikit gemetar saat mencoba mengusapkan telapak tangannya dengan tisu di lengan sebelahnya.

"Jangan diambil hati, mereka emang nyebelin kalau ngomong." Daveen melirik sinis dua temannya. "Kalo kalian enggak mau dibantu Naina, ya aku aja. Seruangan ama dia berdua juga oke aja, kalian bisa pakai ruangan lain," ledek Daveen menatap wajah tegang gadis di seberang dirinya.

"Hmm ... toilet sebelah mana ya?" tanya Naina terlihat kikuk.

"Itu," jawab Daveen menunjuk ruang di sudut tempat ini. Tulisannya memang sangat kecil hingga tak kentara.

Naina bangkit dan meninggalkan ketiga orang rekan kerjanya itu. Setelah masuk toilet, dia hanya menyandarkan punggung di pintu. Mencoba menguasai dirinya dari keterkejutan diperlakukan sedikit kasar bahkan di hari pertamanya bekerja.

KISAH YANG TERTUNDA (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang