part 7: Yang Datang dan Pergi

4.3K 321 42
                                    

"Pulang kok nggak bilang-bilang? Mana HP mati seharian kemarin ya? Mau datangin ke rumah, takut kamu keberatan." Daveen duduk di depan meja kerja Naina, menatap sang kekasih yang menunduk dan mengangkat wajah dengan lembut.

"Iya, disuruh ibu pulang udah kemalaman. Kamu lagi sibuk sama Tania," jawab Naina.

"Cemburu?"

"Bukan, takut ganggu lah. Kan kalian lagi nyambut tamu." Dengan senyuman terpaksa Naina menatap Daveen yang menatap manik matanya.

"Ada yang aneh dengan kamu," bisik Daveen.

Naina menarik napas panjang, lalu menoleh ke arah ruang sebelah dirinya. Ruang yang biasa ditempati oleh wanita yang memuja Daveen.

"Kamu sudah tahu kalau Tania resign dari sini?" tanya Naina serius.

Daveen terkejut, lalu dia menoleh ke ruang Tania dan Aksa. Keduanya tidak ada.

"Aksa menemani Tania ke bandara, dia mau pulang ke Kalimantan. Dia patah hati sama kita, Dave." Naina menatap dengan tatapan bersalah.

Daveen bangkit dan berusaha tak peduli. Baginya, keputusan Tania sangat kekanak-kanakan. Hanya karena cinta tak terbalas memilih pergi dan mengabaikan karir terbaiknya. Bukankah patah hati, putus cinta, atau bahkan pacaran dan segala sesuatu dalam hubungan dengan lawan jenis adalah hal yang umum terjadi?

Namun secuek apapun Daveen, akhirnya dia menghubungi Aksa. Benar, mereka masih di bandara karena pesawat delay. Dengan cepat dia menarik lengan Naina untuk menemui Tania di bandara mungkin untuk terakhir kalinya.

"Kita akan jelaskan bahwa kita memang saling mencintai dan selama ini aku dan dia hanya berteman, dia tak seharusnya seperti ini," ujar Daveen serius.

"Dave, itu hanya akan menyakiti dia. Dia itu mencintaimu sejak lama, dan mungkin kamu juga." Naina tampak emosional menanggapi kegilaan Daveen yang akan menghentikan kepergian Tania namun dengan cara menunjukkan besaran cinta mereka. "Dave, kamu pernah lihat film nggak? Katanya cinta adalah persahabatan, dan mungkin itu yang terjadi di antara kalian berdua. Kamu akan merasakan kehilangan saat dia telah jauh darimu."

"Melodrama, itu kan hanya film. Aku cinta sama kamu, titik." Daveen terus menjalankan motornya hingga tiba di bandara.

Kemudian berlari mencari keberadaan Tania. Mereka berpencar, berharap gadis itu belum pergi.

Dan benar, Tania masih duduk di ruang tunggu bersama Aksa. Senyumannya merekah saat melihat kedatangan Daveen. Artinya pria yang dicintainya itu datang untuk menghentikan kepergiannya. Namun seketika senyum itu hilang saat melihat Naina di belakangnya. Persis adegan sebuah film.

Tania langsung memeluk Daveen dengan linangan airmata. Isakannya sedikit keras tak peduli dengan tatapan mata setiap orang padanya.

"Jangan mencariku setelah ini, jaga saja Naina. Dan semoga kalian bahagia ya," bisiknya menatap mata Daveen yang tiba-tiba basah juga.

"Ayolah, kita bukan anak remaja. Jangan pergi hanya karena patah hati, toh ada Aksa dan pria lain yang juga mencintaimu Tania. Aku bukan pria spesial yang layak kau tangisi," ujar Daveen sambil merengkuh Tania yang tetap menangis.

"Doakan saja aku jatuh cinta lagi pasca patah hati darimu," katanya sambil tertunduk. Lalu meraih koper yang menumpuk di sisinya. Dibantu oleh Aksa dia menggeret barang bawaannya karena telah diminta untuk melakukan check-in.

Hanya lambaian tangan yang Tania lakukan saat meninggalkan dua rekannya. Sementara Naina merasa telah merusak kisah indah gadis malang itu. Menghancurkan impiannya menjadi belahan jiwa sang pangeran yaitu Daveen.

KISAH YANG TERTUNDA (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang