AWAN DAN REZA

27 3 0
                                    

Awan adalah salah satu orang yang akan menjadi bagian dalam cerita hidupku.

Sedangkan Reza?

Reza adalah lelaki yang selalu mendukungku. Entah bagaimana menjelaskan tentangnya, tetapi lelaki ini bisa disebut sebagai pahlawan yang sangat berjasa dalam hidupku. Dia adalah pilihanku.

Semenjak awal perkuliahan, aku mengenalnya sebagai sosok yang mengagumkan, baik dan hangat.

Reza mengenalku saat memulai kuliah di kampus yang sama denganku. Awalnya kami berkenalan lewat temanku, Nuri. Dan perkenalan itu berlanjut ke hubungan yang membuat kami semakin dekat dan mengenal lebih jauh satu sama lain.

Reza selalu mengajakku ke perpustakaan kampus, membawa banyak buku, kemudian merayuku untuk membacanya. Namun tetap saja, rayuannya kalah dengan smartphone yang asyik mengalihkan perhatianku. Banyak waktu yang kami habiskan di perpustakaan. Yang benar saja, hampir semuanya kami habiskan dengan kesibukan masing-masing, tanpa bicara tanpa saling beradu kata. Reza asyik membaca, sedangkan aku asyik melihat kabar berita di social media.

Reza juga sering mengajakku ke toko bunga. Malah dia lebih tertarik dengan bunga dibandingkan aku yang normalnya sebagai cewek kebanyakan, menyukai keindahan bunga. Iya, Reza senang melihat bunga. Tak heran, setiap kami pulang dari toko bunga, ia selalu membeli satu ikat bunga untuk diberikan kepadaku.

Aku bahagia bersama Reza.

Reza juga tipikal cowok yang tidak menyukai keramaian. Wajar kan dia sering ajak aku ke perpustakaan. Disana memang tempat favoritnya.

"Fi, dulu kamu adalah wanita pertama yang merebut perhatianku di kampus, dan kamu tahu? Setelah mengenal kamu sampai sejauh ini, kamu tetep wanita yang selalu mencuri perhatian aku. Ga tau kenapa, mungkin karena kamu lucu."

"Kamu itu bisa aja, emangnya kenapa kamu bilang aku lucu?"

"Soalnya nih kamu sering banget salting kalo sama aku. Lucu aja gitu, kita udah kenal lama tapi kamu masih nervous gitu." Reza menatapku dengan senyum lebar dan menaikkan kedua alisnya.

"Ya kamu kan kenal aku gimana orangnya."

Hanya kata-kata itu yang menjadi alasanku. Memang benar, sifat pemaluku tidak dengan mudahnya hilang ketika sudah kenal lama dengan seseorang. Apalagi dengan seorang laki-laki.

Setiap bertemu Reza, aku merasa seperti baru saja kenal dengan lelaki itu. Masih sering salah bicara, gugup, bahkan terkadang malu menatap wajahnya.

Ia juga seperti pahlawan yang menebar jasa dalam hidupku. Tanpa diminta, tanpa meminta imbalan. Entahlah mungkin itu disebut sebuah perhatian atau kepeduliannya terhadapku. Reza selalu sempat mengerjakan tugas kuliahku. Reza selalu siap siaga mengantarku ke tujuanku setiap harinya. Juga Reza selalu membantu nenek belanja di pasar saat hari libur. Awalnya aku juga heran dengan sikapnya, tapi setelah terbiasa, aku menganggap itu semua sebagai wujud kepeduliannya terhadapku juga terhadap hidupku. Itulah mengapa nenek selalu menyebut nama Reza saat bersamaku. Nenek selalu memuji perhatiannya.

Reza selalu berhasil memenangkan hati wanita, pribadinya yang hangat selalu menyentuh hati-hati wanita mana saja yang mungkin mengenalnya. Itulah salah satu alasanku memilihnya.

Oh iya, Awan. Awan adalah teman kecilku. Dulu kami berteman sangat dekat layaknya saudara kandung. Awan sudah ku anggap sebagai kakakku sendiri. Ia adalah lelaki kedua yang mengenalkanku arti kasih sayang setelah ayah. Awan memang pribadi yang penuh kasih sayang dan bertanggung jawab, juga peduli padaku.

Saat masih kecil, aku ingat Awan selalu menolongku saat aku terjatuh di tangga karena berlari. Aku juga ingat, Awan selalu memberiku hadiah. Sebagai seorang teman, ia layak disebut teman terbaik.

Awan pernah bilang, jika besar nanti ia ingin mewujudkan cita-citanya menjadi seorang polisi agar bisa melindungi keluarganya, juga melindungiku. Ia selalu berjanji akan menggunakan senjatanya di saat yang tepat. Contohnya saat aku kemalingan.

Perbincangan seperti ini selalu membuatku tertawa. Awan memang memiliki karakter yang juga lucu. Selalu menghiburku.

Kabar terakhir yang ku dengar dari nenek, ia kini lebih memilih memperdalam ilmu agamanya. Dan setelah mendengar itu, entah mengapa hatiku bergetar.

Mungkin aku mulai mengaguminya.

***

Ponselku berdering, Reza mengirim pesan.

Fi, aku jemput ya! Aku mau ajak kamu ke suatu tempat.

Setelah mendapat pesan, aku langsung mengganti pakaian dan pamit ke nenek untuk keluar sebentar bersama Reza. Tentu saja, nenek memberiku izin.

"Reza mau ajak aku kemana ya?" Gumamku dalam hati.

Sambil tersenyum dan merapikan rambut, aku menunggu Reza di halaman depan rumah.

Sekiranya aku dan kau
Berharapku jadi kita
Dan bersama se"iya"
Kemudian berkata "engkaulah"

@kenkenali_


Stay tune for updates di part berikutnya ya!

With love,
Kenkenali_

BerpindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang