Yang benar saja hatiku semakin tidak sabar melihat Reza. Entahlah hari ini dia akan membawaku kemana.
Ponselku berdering. Telepon dari Reza.
"Fi, kamu tunggu di depan pagar ya! Aku buru-buru ga bisa sempat temuin nenek. Nitip maaf ya ke nenek."
Belum sempat ku balas perkataannya, Reza langsung mematikan teleponnya.
Sebenarnya sudah hampir sejam aku berdiri menunggu kedatangan laki-laki unik itu. Tapi karena katanya aku harus menyampaikan permintaan maafnya ke nenek, terpaksa aku harus masuk rumah dan menemui nenek.
Sepuluh menit lagi jam menunjukkan pukul dua. Entahlah mengapa baru kali ini Reza begitu lama di perjalanan.
Setelah menyampaikan amanah Reza, dengan terburu-buru aku berlari ke depan pagar lagi. Berdiri dan menunggu datangnya Reza yang entah dimana dia sekarang.
Teleponku kembali berdering.
"Fia, maaf ya kamu kelamaan nunggunya." Reza merasa bersalah.
Lagi-lagi tanpa menunggu balasan perkataanku, ia langsung saja mematikan teleponnya.
"Reza kenapa sih?" Gumamku dalam hati.
Tidak berselang lama, Reza akhirnya tiba di depan mataku.
"Maaf ya bidadari, karena menungguku terlalu lama. Hari ini kita ke toko bunga dulu ya, setelah itu kita ke pasar dan membantu nenek masak di rumah kamu. Okay?"
Tanpa berpikir panjang aku membalasnya hanya dengan satu anggukan dan senyuman manis. Bahagia rasanya melihat Reza dengan tingkahnya, juga perhatian dan rasa hormatnya terhadap nenek.
***
Saat tiba di toko bunga, seperti biasa Reza membeli seikat bunga untukku. Sungguh baru kali ini aku menemui lelaki seperti Reza.
Reza memang tidak pernah bosan untuk datang ke toko bunga, bukan tanpa alasan dia memang mencintai keindahan. Dan keindahan yang membuatnya begitu terpikat yaitu ada pada bunga. Reza juga orang yang ulet, pandai menyimpan rahasia, penuh teka-teki. Ohiya, Reza juga sangat senang menulis kesehariannya dalam buku diary. Semua yang ia lewati dari hari ke hari, ia abadikan dalam buku diarynya. Aku pernah meminta bukunya, karena penasaran. Tapi sayangnya, ia menolak dengan alasan privasi.
"Tiap orang itu punya privasi Fi, ada hal yang boleh kamu tahu tentang aku. Tapi ada pula hal yang hanya aku saja yang boleh mengetahuinya."
Begitu katanya.
***
Setelah mengambil seikat bunga, Reza langsung mengajakku ke pasar. Entah apa lagi yang akan ia lakukan.
Reza tidak pernah bosan bertemu nenek, katanya nenek adalah salah satu orang yang bisa membuat keadaan hatinya berubah. Setelah mendengarnya, tentu saja aku merasa cemburu.
Reza membeli bahan dapur yang selalu nenek beli. Ia seperti sudah menghapal betul bahan-bahan apa saja yang biasa nenek beli, olah, dan hidangkan di meja makan.
Hari ini ia pasti ingin memasak sup jagung kesukaanku.
Setelah merasa semuanya telah lengkap, Reza mengajakku pulang.
***
Salah satu moment yang menjadi favoritku saat bersama Reza adalah, saat di perjalanan. Entah itu saat menjemputku ke suatu tempat, ataupun mengantarku pulang ke rumah. Meski tidak beradu tatap, tapi entahlah aku menyukainya.
Aku bahagia.
Motor Reza tepat berhenti di depan pagar rumahku. Ku dapati nenek sedang sibuk menyapu teras rumah. Musim kemarau membuat debu-debu bebas beterbangan, memilih tempat untuk bersandar. Salah satunya di rumahku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Berpindah
Художественная прозаUntuk memulai kisah ini, ucapkanlah doa pembuka "bismillah". Tak lain agar kau selalu membawa namaNya dan menyadari Dialah pemeran utama dan penentu segalanya. @kenkenali_ Hai, aku Fia. Akan ku buat kalian menelusuri tentangku.