part 10

201 27 23
                                    

"BUN,Ayah kemana sih? Kenapa gak pulang-pulang?" Ucapku terus berusaha mendapatkan jawaban dari bunda.

"Bunda gak tau. Cepet sanah sekolah!!" Teriak bunda, lagi-lagi membentakku.

"Bundaaaa. Please, kenapa semua berubah? Dimana ayah?" Ucapku lagi.

Mataku sudah berlinang air mata. Aku sudah tidak kuat lagi menahannya.

"Ayahmu?!!!! Ayahmu sudah bercerai dengan bunda. Kamu puas?!!!!" Teriak bunda tepat didepan wajahku.

Aku menatap bunda tak percaya.

"Kamu cuma jadi anak yang menyusahkan! Kamu selalu buat bunda berfikir saat kamu bertanya-tanya dimana ayahmu itu! Ayahmu pergi dengan wanita lain! Kamu puas?!"

Plakkk!!

Sebuah tamparan dari tangan halus bunda mendarat di pipiku. Aku membulatkan mataku, menyentuh pipiku dengan gemetar. Terasa sangat panas dan perih. Aku tak menyangka bunda akan menamparku. Yang kutau, bunda adalah orang yang baik dan penuh kasih sayang.

Kulihat napas bunda yang tadinya naik turun menjadi tenang. Bunda menutup mulutnya dengan telapak tangannya.

"Setidaknya bunda bisa kasih tau dimana ayah baik-baik sama Marisa. Tanpa harus menampar marisa. Marisa pamit berangkat" ucapku dengan suara gemetar.

Aku berlari keluar. Aku tak peduli panggilan dari bunda yang sedari tadi memanggilku.

"Marisa, lo kenapa?" Tanya nika dan niko bersamaan.
Aku tetap tak perduli dan terus berlari keluar.

Di luar, langit tampak mendung. Hujan juga mulai turun sedikit demi sedikit. Aku tak peduli dengan sekolahku. Aku hannya ingin pergi entah kemana agar hatiku tenang.

Semakin lama hujan turun semakin deras. Baju sekolah dan tasku sudah basah. Begitu pun sepatuku. Aku menghentikkan langkahku dan berteriak sekencang-kencangnya.

"ARGHHHHH!!"
Tangisku pecah meski tersamarkan dengan suara hujan yang turun. Aku terus menangis. Kenapa rasanya sangat sakit?

Seharusnya hari ini aku sudah berangkat sekolah. Tapi karna kondisiku sekarang--- begitu juga dengan hatiku, aku tak ingin pergi kesekolah.

"Kenapa sakit banget?" Gumamku meremas baju di bagian dada. Napasku kini terasa sesak.

TIN TIN!

Suara klakson mobil terdengar samar ditelingaku. Aku menoleh ke arah belakang. Aku baru sadar kalau aku berada di tengah-tengah jalan.

"Aaaaa!" Teriakku menutup telingaku dan mataku rapat-rapat.

Aku pasti mati sekarang!

Aku membuka mataku saat tahu tidak ada rasa sakit sedikit pun ditubuhku. Aku membuka mata.

"Apa lo baik-baik aja?" Suara bariton laki-laki membuatku menoleh. Aku membulatkan mataku.

"Bara?" Tanyaku hati-hati. Takut kalau---kalau aku salah melihatnya karena hujan turun semakin derasnya membuat mataku terhalang air hujan.

"Lo ngapain ujan-ujanan disini?" Tanya bara lagi.

Setelah kufokuskan pandanganku, ternyata dia benar bara.

"Gue...."

"Masuk kedalem mobil gue yuk!" Bara menarik tanganku lalu membawaku masuk kedalam mobilnya.

"Gue gak mau sekolah" ucapku ketika sampai didalam mobil.

"Gue gak mau bawa lo kesekolah dengan keadaan lo seperti ini. Mana tega gue liat lo basah-basahan disekolah? Nanti lo sakit" ucap bara sambil menyetir mobilnya. Sukses membuat pipiku merona merah.

Jantungku berdegup kencang. Yaa, aku sudah menyukai bara saat aku tak sengaja mendengarnya bermain piano. Dan, sejak saat aku bermain piano dengannya waktu itu. Entah kenapa sebuah rasa untuknya tiba-tiba hadir.  

                         ●●●●●●●●●

"Ayo main piano bareng" Bara menarik tanganku. Jantungku terasa ingin lepas saat itu juga.

Aku duduk dikursi kecil yang muat untuk dua orang.

"Lagu love yourslef?" Tanyanya.

Aku hanya menganggukan kepala.

Jari-jemariku sudah mulai menekan tuts piano. Begitupun dengan bara. Hingga akhirnya aku dan bara terlarut dalam alunan musik yang manis. Kita berdua sama-sama menyanyi dan menikmati lantunan musik.

                       ●●●●●●●●●●

"Kenapa lo ngelamun?" Tanya bara menghentikan laju mobilnya.

"Eh? Hah? Apa?" Tanyaku tersadar dari lamunanku.

"Kenapa ngelamun, cantik?" Bara tersenyum lalu mengacak-ngacak rambutku perlahan.

Lagi dan lagi, pipiku dibuat merona olehnya.

"Nggak apa-apa ko" aku tertawa gugup.

"Kita dimana?" Aku mengalihkan pembicaraan.

"Apartement gue" ucapnya sambil turun dari mobil.

Apartement cogan?

"Tapi kenapa lo gak sekolah?" Tanyaku mengikutinya tepat disebelahnya.

"Baju gue juga basah kan? Masa gue sekolah kayak gini?"

Mataku turun menatap baju seragamnya yang sedikit lepek bekas terkena air hujan tadi.

"Aturan tadi lo gak usah nolongin gue" ucapku tak enak hati.

"Cewek cantik harus ditolongin"














Jadi gimana gais ceritanya? Seru gak? Hmmm btw kalo kalian mau tau bara itu siapa ada di part berapa gitu tentang bara. Jadi, yang baca cerita aku gak dari part 1 mungkin agak bingung bara itu siapa. Kalo mau tau bara itu siapa, baca aja dari awal. Kalo males yaa terserah sih. Ceritanya bakal berlanjut:). Maaf kalo ada typo-typo karna semua manusia gak selalu benar kan? Yaga yaga?

WHEN HATE INVITES LOVE - BOYSTORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang