Chapter 4: Changed

10 3 0
                                    

            Persahabatan Rendy dan Nara lama kelamaan menjadi tidak sehat. Mereka sering pulang larut malam karena berkumpul dengan teman-temannya, bolos sekolah, kabur dari sekolah, Nara jadi sering berbohong kepada orang tuannya, Rendy merokok. 

            Nara belum sadar kalau saat ini pergaulannya salah, Nara sudah terpengaruh. Rendy sebenarnya teman yang baik namun dia salah dalam memilih pergaulan kemudian mengajak Nara dalam pergaulannya tersebut. Menyebabkan Nara ikut terseret hal-hal negatif itu. Prestasi Nara pun menurun, semua nilai mata pelajaran Nara turun, padahal Nara adalah anak yang cerdas dan memiliki banyak prestasi. 

             Hari itu, Nara tidak berangkat sekolah dengan beralasan sakit. Sepulang sekolah Nadia menjenguk Nara di rumahnya. Nara berjalan kaki untuk ke rumah Nara. Tak sengaja Niel melihat Nadia, lalu menghampiri Nadia. 

"Hai Nad," Niel menyapa Nadia.

Tak menyangka Niel menyapanya, jantung Nadia berdetak lebih cepat entah kenapa.

"Hai Kak," Nadia membalas.

"Kamu ternyata lewat sini juga?" tanya Niel.

"Hm? Sebenernya enggak kak, saya lewat sini karna mau jenguk Nara," jelas Nadia.

"Oh mau ke rumah, ayo sekalian bareng!" ajak Niel.

Sebenarnya hari itu Niel sangat senang bisa membonceng Nadia, karena itu juga merupakan kesempatan Niel untuk mendekati Nara. Nara tak percaya dirinya bisa berboncengan dengan cowok populer di sekolah. 

           Sesampainnya di rumah Niel, Nadia dipersilahkan masuk oleh Niel. Niel menyuruh Nadia untuk langsung masuk ke kamarnya Nara. Sementara Niel kebelakang untuk menyiapkan minuman dan camilan untuk Nadia. Nadia pun membuka pintu kamar Nara. Dan Nadia tidak menduganya ternyata,

"Nar, itu yang kamu pegang apa?"

Nara sontak terkejut ternyata ada Nadia, lalu Nara menyembunyikan benda yang sedang dibawanya.

"Nad, lu ngapain sih kesini, ga bilang-bilang lagi, sana keluar jangan ganggu gue!" bentak Nara kepada Nadia.

Nadia pun menutup kembali pintu kamar Nara dan keluar dengan wajah sedih. Niel datang dan bertanya kepada Nadia.

"Lah ko keluar lagi?kenapa?" tanya Niel terheran-heran.

"Disuruh keluar sama Nara kak," ungkap Nadia.

"Hah?!!bener-bener ya si Nara," ucap Niel kesal dan langsung menghampiri kamar Nara.

Namun dihalang oleh Nadia.

"Kak, jangan! Aku mau ngomong sesuatu." Nadia berusaha menghalangi.

Niel pun mengurungkan niatnya untuk ke kamar Nara. 

"Kak, tadi saya liat Nara pegang rokok," ungkap Nara agak sedih.

"Serius? yang bener kamu?" Niel terkejut tak percaya.

"Iya kak bener."

"Ternyata dia sama sekali ga dengerin omongan gua Nad, jadi gini Nad sebenernya akhir-akhir ini Nara susah banget dibilangin, udah gua bilangin berkali-kali Nad tapi dia keras kepala, sering pulang malem bareng temenya, bolos, nyokap bokap gua sekarang lagi di luar kota jadi ga ada yang bisa ngerubah Nara sekarang, gua minta bantuan lu Nad supaya Nara bisa sadar dan balik lagi kaya Nara yang dulu, soalnya lu temen paling deketnya Nara selain Rendy."

"Yaampun Kak, pantesan akhir-akhir ini nilai Nara di kelas jadi turun, yaampun Nara kenapa kamu bisa jadi kaya gini". Ucap Nadia sedih. "Iya kak, sebisa mungkin saya bantu untuk menyadarkan Nara," Nara menyetujui.

Adolescence High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang