[11]

655 88 4
                                    

Terima kasih padamu, yang memberi bintang untuk part 11. Nggak lama lagi, end kok.

"Eonni, kalau kau masih mencoba menghubungkan Woojin padaku, aku akan membunuhmu!" kecam Chaeyeon usai pulang dari sekolahnya. Setelah melepas sepatunya, ia langsung merebahkan badan ke sofa di sore yang mulai panas.

"Kalau aku tak melakukannya, Woojin yang akan mengakuinya di TV," sahut Eunbi dengan malas-malasan. Hari ini ia sedikit rileks karena pekerjaannya hanya mengantarkan pakaian W1 ke asrama mereka. Biasanya ia yang selalu mengawal member W1 ke mana pun mereka pergi termasuk untuk acara syuting. Setahun ini, Eunbi langsung jadi kepala tim, dia punya otoritas penuh. Jadi disuruhnya salah satu asisten untuk menggantikan pekerjaannya.

"Gotjimal... Woojin bodoh kalau melakukan hal gila seperti itu."

"Cinta memang membuat siapapun menjadi bodoh. Nekat melakukan apapun asal bisa mendapatkan segalanya," bantah Eunbi di seberang telepon. Chaeyeon mengangguk sesaat. Membayangkan Woojin menyebut namanya di TV sepertinya terlihat keren.

"Coba saja kalau dia berani. Aku bertaruh dia terlalu takut untuk melakukan ini." Chaeyeon mengangkat kakinya ke kepala sofa, menatap langit ruang tamu rumah yang sepi. "Eonni, aku..."

"Wae?" tanya Eunbi mendengar suara ragu-ragu, Chaeyeon sepertinya takut untuk mengungkapkan satu hal padanya.

"Bagaimana kalau aku menyukai orang lain?"

Chaeyeon takut mendengar reaksi Eunbi. Eunbi memang terkenal dengan arti loyalitas walau harus menerima sakit yang luar biasa. Baginya, kesetiaan adalah nama lain kegigihan untuk bertahan menerima sakit apapun yang terjadi.

"Mwo?" desis Eunbi memicingkan matanya.

"Kalau aku.. Kalau saja aku... Menyukai namja lain. Bagaimana?"

"Apa masalahnya sampai kau menyukai namja lain?" cecar Eunbi ingin tahu, lebih tepatnya menyelidik.

"Tenangkan dirimu dulu. Aku akan bicara pelan-pelan agar kau bisa mengerti maksudku." Chaeyeon tahu, Eunbi mulai mendukung hubungan Woojin dan Chaeyeon. Walaupun keduanya belum resmi pacaran. Satu tahun tanpa hubungan yang jelas bagi Chaeyeon memang melelahkan.

"Aku mengenal seorang namja baru-baru ini. Ia tak setampan Woojin, tapi aku menyukai karakternya yang bisa membuat aku bahagia."

"Jadi kau ingin melepaskan Park Woojin walau kalian saling menyukai? Hanya karena kau bertemu dengan orang baru."

"Eonni, Woojin bukan orang biasa. Aku hanya tak mau punya masalah besar," kata Chaeyeon. "Kau bisa lihat dia siapa? Berapa orang yang menyukainya? Kau ingat kasus skandal percintaan idol? Hanya teror saja yang akan merugikan pihak wanita. Aku tak mau seperti itu."

Tidak!" balas Eunbi tegas. "Jodoh adalah sekuat apa kita bertahan di sisinya," balas Eunbi mengomel. "Sebelum kau menyukai, mencintai dan menerima dirinya. Kau butuh waktu untuk melihat siapa dia. Kalau kau baru mengenalnya, aku yakin itu sebatas kagum dan kau pasti melakukan ini sebagai bentuk pelarian dari Woojin bukan?"

"Eonniiiii...." rengek Chaeyeon. Tetapi Eunbi sudah menutup teleponnya jengkel. Ia baru saja menyukai Woojin sebagai orang yang pantas untuk adiknya. Mana mungkin Eunbi harus mengenal namja lain yang tak jelas siapa dirinya, terlebih lagi Chaeyeon tak bisa dikawalnya seperti dulu.

"Melelahkan," ucap Eunbi membanting ponselnya.

***

"Eonni, kenapa kau sekarang berubah? Tak seperti dulu yang netral, tak berpihak pada siapapun sebelum aku menceritakannya? Belum selesai aku bicara, kau sudah mengomel," keluh Chaeyeon mengacak rambutnya frutasi. Ia meneteskan air matanya karena kalut.

Kalau saja mereka tahu, semenjak Woojin dan Eunbi tak lagi di Busan dan sibuk dengan pekerjaan masing-masing, Chaeyeon merasa kesepian. Dia cukup kuat menyimpan segala kesedihannya yang terus berdesing di dalam kepala berbulan-bulan sampai kemudian ada seorang namja baru masuk ke sekolahnya, menggantikan sosok Woojin yang senang memainkan gitar di kelasnya.

Chaeyeon menuju kamarnya dengan lesu, menatap nyalang poster W1 terutama pada poster Woojin yang paling besar.

Salahkah Chaeyeon menyukai namja yang menjadi public figure? Digilai siapapun dan menerima banyak cinta. Akhirnya tak akan pernah mengerti keinginan Chaeyeon? Kalau saja waktu bisa diputar, ia ingin Park Woojin menjadi siswa normal yang tak pernah menjadi artis.

Chaeyeon mendesah, membaca pesan yang baru masuk di ponselnya. Seseorang yang menarik hatinya mengajaknya bermain gitar di taman yang tak jauh dari rumah Chaeyeon.

"Sebenarnyaperasaan apa ini? Aku masih merindukan Woojin, tapi aku juga bahagia dengankehadiran namja ini?" gumam Chaeyeonmenekap ponselnya ke dada.    

With You || Park Woojin x Lee Chaeyeon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang