[2]

982 121 1
                                    

Jika kamu menghargai cerita ini, jangan lupa vote ya. 😆😆

"Noona dari Busan juga?"

Pemuda berparas rupawan itu menatap lekat gadis di depannya. Lewat pantulan kaca rias yang dibingkai lampu-lampu, dia mengamati kesibukan si gadis yang bertampang serius. Rambut ikalnya dikuncir miring. Wajahnya dibingkai anak poni yang lepas dari kuncirannya. Begitu konsentrasinya, sampai-sampai pertanyaan Kang Daniel tidak digubris.

"Iya."

Penata riasnya sangat cuek. Woojin menduga gadis itu bukan figure yang menyenangkan untuk diajak bicara. Mungkin saja ini karena tuntutan kerja yang melarangnya bercanda dengan artis guna penghematan waktu. Apalagi sebentar lagi Sungwoo bakal tampil di acara musik mingguan.

"Wah, daebak! Aku jarang bertemu orang Busan sekarang. Kalau ada Noona, lidahku tidak akan kaku pakai satoori," seloroh Woojin menganggukkan kepala.

Buru-buru Eunbi menahan tatanan rambut Woojin agar tidak berantakan.

"Diam dulu!" gadis itu menegakkan kepala Woojin. Tangannya sibuk mengatur kertas foil warna perak. Begitu cekatan mengecat warna rambut Woojin jadi biru metalik.

Woojin terkekeh pelan memandang cermin. "Aku sekolah di Busan," ucapnya tidak penting.

"Aku tidak tanya." Tangan Eunbi menyisir keras rambut Woojin. Begitu tegang karena ini hari pertamanya kerja. Apalagi Woojin malah mengajaknya bicara terus yang memecah konstentrasinya.

"Kau tahu Busan Sangdan Kodeunghakkyo, Noona?"

"Iya."

"Benarkah, kau sudah tahu?" Woojin masih menginterogasi, memastikan apakah Eunbi benar-benar orang Busan atau tidak, mengingat logat Eunbi terlihat seperti orang Seoul. Tidak ada jejaknya Eunbi sebagai bagian dari Provinsi Gyeonsang.

"Aku salah satu alumni di sana. Dan sekarang adikku juga sekolah di sana." Eunbi agak jengkel.

Bocah laki-laki yang amat cerewet," pikirnya sendiri terus menyisir rambut Woojin.

"Jinjja? Adik noona sekolah di sana? Cewek atau cowok? Kelas berapa... Ah siapa tahu aku mengenalnya."

"Kau tak akan mengenal dia," gumam Eunbi menghela napas berat.

"Eunbi-ssi, apakah masih lama? Bisakah rambutnya dalam keadaan kering empat jam lagi?" Salah satu manajer menuntut padanya.

"Jangan khawatir. Sebentar lagi selesai." Eunbi membungkus poni Woojin dengan kertas foil.

"Noona, bisakah kau memotong bagian ini?" tanya Jihoon, teman satu grup Woojin menunjuk bagian rambutnya. Jihoon mengibaskan rambut yang menusuk matanya.

Eunbi menghela napas. Merasakan kebingungan melandanya dengan hebat. Dia belum terbiasa bekerja cepat sebagai penata rias. Pekerjaannya masih belum jelas di hari pertama kerja. Apakah dia ditempatkan di bagian rambut atau busana, Eunbi harus bisa melakukan segalanya.

"Eunbi-ssi," panggil leader grup berhidung mancung itu. "Apa kau tahu di mana ponselku? Tadi kutinggalkan di sini sebelum ada Woojin," tuding Jisung kelabakan.

Mendadak Eunbi bingung harus berkata apa ketika semua orang menunggu jawaban di waktu yang sama.

"Hei doraboryeo!"

Ponsel Eunbi berdering keras, mengagetkan seluruh isi studio gara-gara raungan sirine yang jadi nada panggilan. Jantung Eunbi berdetak liar mendapati telepon masuk.

Dia mengambil ponselnya. Penting tidak penting, yang penting nada panggilannya berhenti meraung.

"Chaeyeon, neo juguelle?" pekik Eunbi histeris di dalam hati. Kesal bukan main karena Chaeyeon dengan jahilnya mengganti nada dering tanpa sepengetahuan Eunbi. Malu tak tertanggungkan karena nada dering itu cuplikan lagu dari grup yang sedang diriasnya.

"Ah, stylish baru kita ini Wannable!" Woojin nyengir bangga.

Eunbi menerima panggilan. Berbalik arah membelakangi para anggota grup yang mengerumuninya. "Ya Lee Chaeyeon! Aku sudah bilang jangan telepon aku. Aku telepon balik nanti. Keuno," bentak Eunbi langsung menutup ponselnya segera. "Maaf," gumam Eunbi.

Separuh orang di studio menatap Eunbi tercengang, mengingat kecepatan bicara gadis itu dalam dua detik disusul ringisan malu. Ekspresi yang cepat berubah itu tentu saja mengagetkan.

"Jisung-ssi, sepertinya kau memasukkan ponsel ke tas hitam di sana." Tangan Eunbi menunjuk tas yang tergeletak di lantai.

"Aigo, gomawo. Pabo.... Bisa-bisanya aku lupa," gumam Jisung segera menyambar tas di bawah meja rias.

Eunbi tersenyum menatap Jihoon yang masih terpana. "Jihoon-ssi, kemarilah."

Tangan Eunbi menarik sebuah kursi di sebelah Woojin. Ia melindungi badan Jihoon dengan kain lebar, lantas mengambil gunting dan sisir.

"Sebenarnya sudah bagus. Tapi kalau kau lebih nyaman dengan rambut yang agak dipendekkan, itu lebih baik," komentar Eunbi langsung menyisir rambut Jihoon ke depan, memperkirakan berapa millimeter rambut yang akan terpangkas.

"Eunbi Noona, bagaimana rambutku?" tuntut Woojin, merasa tersisih karena atensi Eunbi tertuju pada Jihoon. Diam-diam Woojin menatap dengki Jihoon yang datang terlalu cepat. Padahal Jihoon sudah konsultasi masalah rambut pada Eunbi, masih saja datang lagi.

"Sudah beres dan kau harus diam menunggu sampai selesai," kata Eunbi tanpa sedikit pun mau menoleh pada Woojin.

KREK KREK KREK....

BegitulahEunbi, menjadi stylish. Diabaru menyelesaikan ujian di sekolah mode.Walau masih menunggu lisensinya terbit, Eunbi sudah dapat pekerjaan. Taktanggung-tanggung, dia langsung bekerja di agensi terkenal.    

With You || Park Woojin x Lee Chaeyeon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang