MANJA

61 7 6
                                    

Pagi kembali datang. Sinar mentari bersinar malu-malu memancarkan cahaya terangnya. Nampaknya bukan hanya mentari yang bersifat malu-malu, pun dengan Qiana. Wanita itu juga merasa malu ketika Aby meletakkan kepalanya dipangkuannya dengan sesekali menggangu istrinya yang sedang membaca novel untuk menyembunyikan semburat merah dipipinya.

"Sayang kok ka Abynya di cuekin sih." Ucap Aby manja sembari melingkarkan tangannya dipinggang istrinya yang otomatis membuat jantung Qiana berdetak tak beraturan. Walaupun Aby sangat sering memeluknya namun tidak dapat dipungkuri kalau wanita cantik itu masih terus grogi setiap kali mendapatkan perhatian dari sang suami.

"Nyuekin gimana sih ka ? Qiqi kan hanya sedang membaca." Jawab Qiana yang masih mengontrol detak jantungnya.

"Jadi kamu lebih menyukai mandangin tulisan itu dari pada mandangin wajah suamimu yang tampan ini." Ucap Aby meraju sembari melepas pelukannya yang membuat Qiana langsung meletakkan buku bacaannya diatas meja. Satu hal yang baru Qiana sadari kalau lelaki yang dulu sangat dingin itu ternyata memiliki sisi yang sangat manja. Terlebih kepada Qiana, istri cantiknya.

"Qiqi memang sangat suka membaca tapi Qiqi lebih menyukai ka Aby." Tangan Qiana mulai memainkan jemari Aby yang pasti lebih besar dari jarinya.

"Kalau memang lebih menyukai ka Aby, ka Aby nya disayang dong." Tangan Aby menepuk-nepuk pipinya mengisyaratkan agar Qiana menciumnya.

"Ka Aby ini manja sekali." Bukannya memberi ciuman Qiana malah mencubit hidung bangir suaminya.

"Tapi kamu sukakan." Ucap Aby sembari mencuri kecupan pada wanitanya.

"Ka Aby curang. Peraturannya kan tidak boleh mencuri, kalau mencuri harus dapat hukuman."

"Jadi hukuman untuk ka Aby apa ?" Sahut Aby girang berharap kalau istrinya itu akan memberi kecupan yang sama sebagai hukuman.

"Hukumannya . . . . Qiqi akan menggelitiki ka Aby." Jari Qiana sukses membuat Aby menggeliat geli sembari berucap ampun kepada istri tercintanya. Aby mungkin dapat menahan cubitan yang diberikan Qiana namun tidak dengan gelitikan, karena hal itu adalah kelamahan lelaki berdarah Arab kesayangan Qiana.

Begitulah keharmonisan rumah tangga pasangan muda itu. Setiap hari penuh dengan canda dan kebahagiaan. Aby sekarang bukanlah Aby yang dulu. Sifat kutub utaranya telah lenyap bagaikan ditelan bumi yang hanya menyisakan sifat perhatian dan manja yang selalu menghujani Qiana. Tidak ada lagi tatapan dingin atau perkataan kasar yang terlontar dari mulut suaminya. Kini sosok Aby telah menjadi sosok suami yang sangat mencintai dan mengayomi Qiana.

"Terima kasih ya Rabb karena engkau telah menganugerahkan suami yang baik seperti ka Aby. Semoga Qiqi bisa menjadi istri yang baik untuk ka Aby dan semoga rumah tangga kami mampu meraih jannah Mu." Doa Qiana dalam hati ditengah canda tawanya bersama kekasih halalnya.

"Sayang mau tidak hari ini kita kencan ?" Ucap Aby berbisik ditelinga Qiana setelah mengkhiri kegiatan menggelitik itu.

"Kencan ?" Qiana menatap Aby bingung.

"Iya kencan. Kan kita belum pernah kencan jalan berduaan."

"Emang boleh ? Ka Aby tidak takut kalau dilihat sama rekan kerja ka Aby ?"

"Kenapa harus takut ? Kan kencannya sama istri sendiri." Tangan Aby membawa kepala Qiana untuk bersandar dibahunya.

"Nanti kalau ka Aby ketahuan sudah menikah bagaimana ?"

"Bagus dong kalau ketahuan. Biar semua orang tau kalau Abyan Nandana telah menjadi suami dari wanita cantik seperti kamu." Tangan Aby mencubit gemas pipi bersih Qiana.

"Ka Aby sakit." Ucap Qiana sembari mengelus kedua pipinya

"Biar ga sakit sini ka Aby cium." Qiana sukses menghindar berlari meninggalkan Aby yang masih duduk disofa ruang tengah. Melihat itu Aby langsung mengejar langkah kaki istrinya.

****

Sesuai dengan ajakan kencan Aby, siang itu selepas sholat dzuhur mereka melakukan kencan pertamanya jalan-jalan di Mall terbesar disamarinda. Keduanya telah melangkahkan kaki kedalam bangunan besar yang dikenal dengan sebutan Big Mall. Aby melangkahkan kakinya dengan menautkan jari jemarinya dengan jari Qiana dan sesekali menatap mesra istri cantiknya. Siapapun yang melihat akan mengetahui kalau lelaki itu sangat mencintai wanita disampingnya.

Mereka telah memasuki area bioskop XXI. Pilihan pertama mereka adalah menonton film. Itu ide Qiana karena Qiana sudah lama tidak menonton film dibioskop.

"Ka kita nonton film mantannya Qiqi ya." Ucap Qiana semangat yang membuat Aby mengangkat sebelah alisnya.

"Qiqi suka sekali sama dia ka. Dia itu lela . . ."

"Dia siapa Qiana ?" Tanya Aby cemburu sembari menatap penuh selidik pada wanita yang mengenakan gamis berwarna pastel.

"Dia ka." Qiana menunjuk lelaki yang ada dalam poster besar disampingnya yang membuat Aby memutar jengah bola matanya.

"Tampanan juga aku." Ucap Aby percaya diri

"Emang lebih tampan ka Aby." Lelaki itu tersenyum manis yang membuatnya terlihat sangat tampan.

"Tapi banyakan dia." Goda Qiana yang membuat senyum manis Aby memudar dan Qiana tertawa geli melihat espresi sang suami.

"Kita nonton film yang lain saja."

"Tapi Qiqi maunya nonton film itu ka." Qiana memajukan bibirnya beberapa senti

"Bilang dulu kalau ka Aby lebih tampan dari dia." Sungguh sifat Aby sangat kekanak-kanakan.

"Iyaa ka Aby nya Qiqi lebih tampan dari pada Fedi Nuril." Aby tersenyum penuh kemenangan mendengar ucapan istrinya. Kemudian mereka membeli dua tiket untuk menonton film kesukaan Qiana.

Selama film itu diputar Qiana tak henti-hentinya mengeluarkan air mata, sedangkan Aby menonton film itu dengan wajah datarnya. Dia sungguh tidak mengerti mengapa wanita suka menangis saat melihat film yang berbau tentang cinta. Kalau akan menangis kenapa harus ditonton, batin Aby.

Mata bulat Qiana terlihat basah saat keluar dari tempat kedap suara itu dan Aby menatapnya dengan tatapan aneh.

"Nonton gitu aja sampe nangis." Tangan halus Aby merapikan khimar Qiana yang sedikit berantakan.

"Sedih tau ka. Kasihan Aisyah, dia rela melepas cinta sejatinya hanya untuk kebahagiaan suaminya. Kalau Qiqi jadi Aisyah pasti Qiqi tida . . . ."

"Shut . . . Tidak boleh berucap seperti itu Qiana. Lagi pula itu hanya film." Telunjuk Aby telah berada didepan bibir Qiana.

"Udahan ah sedihnya. Nanti cantiknya hilang loh." Goda Aby yang membuat Qiana blushing.

Setelah kegiatan menonton film, mereka membawa langkah kakinya mencari tempat untuk makan. Bukannya melangkahkan kakinya ketempat makan Qiana malah membawa langkahnya menuju tempat Event Big Wedding Festival yang terlihat mewah.

Mata Qiana mendapat suguhan kemewahan dan semaraknya event tahunan itu. Banyak vendor yang ikut handil dalam acara tersebut. Dekorasi, hair & beauty salon, make up, bridal, wedding organizer, dokumentasi foto dan video, tempat acara, perhiasan, surat undangan, souvenir. Semuanya tersedia disana.

Mata Qiana berbinar saat melihat deretan gaun pengantin yang sangat indah.

"Silahkan dilihat mba. Boleh tanya-tanya juga mba. Kebetulan kita ada paket promo pernikahan selama bulan Dzulhijjah loh mba." Ucap wanita penjaga stand tempat Qiana berdiri.

"Ini pasti calonnya ya mba ? Tanya-tanya dulu juga ga papa kok mas." Wanita itu masih merayu.

"Kami sudah menikah mba."

"Owhh sudah menikah. Wahh masnya beruntung sekali dapet istri secantik mbanya." Pujian mbanya membuat Qiana blushing dan tersenyum malu.

"Iya saya sangat beruntung mba mendapatkan istri secantik dia." Jawab Aby sambil merangkul  bahu istrinya yang merasa malu. Kemudian mereka berdua meninggalkan stand itu dan berjalan melihat stand lainnya. Langkah Aby terhenti saat berada didepan stand foto booth.

"Sayang kita foto yuk."

"Gak mau ka, Qiqi malu."

"Kitakan belum pernah foto berdua. Mau ya mau ya." Aby memasang muka melas pada Qiana yang langsung mendapat persetujuan dari istrinya.

Setelah berbincang dengan mas-mas penjaga stand, Aby dan Qiana masuk kedalam stand tersebut bersiap untuk foto. Sebelumnya mereka mengambil properti tulisan sebagai pelengkap foto mereka.

Qiana mengambil tulisan "My Hubby" dan Aby sendiri mengambil tulisan "My Wife". Foto pertama mereka tersenyum lebar mengarah pada camera. Foto kedua Qiana masih tersenyum manis kearah camera namun Aby mengambil gaya mencium pipi Qiana. Dan foto ketiga yang berhasil diambil menunjukkan espresi terkejut Qiana karena mendapat ciuman dari Aby, sedangkan lelaki itu tertawa bahagia melihat espresi sang istri.

Sungguh mereka benar-benar telah menjadi pasangan muda yang sedang dilanda cinta & kebahagiaan. Namun dibalik kebahagiaan yang mereka rasakan, ada sepasang mata yang menatap mereka dengan tatapan tidak suka. Bibirnya tersenyum getir melihat dua sejoli yang sedang dilanda asmara itu.

"Sayang, aku ketoilet dulu ya." Qiana hanya mengangguk tanpa memperdulikan Aby karena dia sedang asik menatap bahagia hasil potret dari foto booth tadi. Potret itu terlihat menggemaskan bagi wanita cantik itu. Qiana hendak memasukkan lembar putih itu kedalam tas miliknya saat seseorang memanggil namanya.

"Qiana." Wanita itu menoleh pada sumber suara dan raut wajahnya berubah ketika dia melihat sosok yang telah memanggil namanya.

"Tolong bantu aku Qiana." Lelaki itu berucap penuh harap pada wanita dihadapannya.

Terima kasih
Jangam lupa vote ya ka 😁

Pemilik Hati QianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang