Teledor

74 8 5
                                    

Sudah empat hari Qiana tinggal dirumah Aby, tapi sifat Aby masih tetap dingin tidak berubah sedikitpun. Dan selama empat hari itu Qiana hanya menghabiskan hari-harinya didalam rumah mewah Aby. Bukan karena dia sangat betah tinggal disana tapi karena Aby tidak pernah memberikan izin kepada Qiana untuk keluar rumah. Ralattt bukan tidak pernah memberikan izin tapi lelaki berdarah Arab itu selalu tak menggubris setiap ucapan Qiana.

Sebenarnya wanita berparas cantik itu sangat tidak betah untuk selalu berada dirumah Aby. Yang mampu membuat dia bertahan hanyalah Mushaf kecil berwarna hijau yang selalu dia gunakan untuk melantunan ayat suci dan dapur mewah milik Aby. Didalam dapur yang super duper luas nan lengkap dengan semua peralatan memasak itulah Qiana menikmati hari-harinya. Hampir setiap hari Qiana selalu membuat berbagai kue kering, brownies dan tentunya pancake katayef makanan kesukaan Aby.

Pancake Katayef adalah makanan khas arab saudi yang hanya ditemukan pada bulan Ramadhan. Mengapa hanya dibulan Ramadhan ? Rahasia eratnya ikatan kue ini dengan bulan Ramadhan terletak diawal mula muncuknya kue tersebut. Juga sebab mengapa kue ini menjadi hidangan bagi orang yang berpuasa, adalah karena banyaknya kandungan gizi didalamnya, untuk menggantikan kebutuhan basic tubuh yang hilang saat puasa dalam bentuk gula dan kalori.

Namun karena Aby sangat menyukai kue manis tersebut tanpa menunggu bulan Ramadhan Rianti selalu membuatkannya dan sekarang giliran Qiana yang mengambi alih tugas itu untuk membuat suaminya senang. Qiana memang bertekat untuk menjadi istri yang baik, walaupun dalam kenyataannya cinta belum hadir didalam hatinya.

Qiana duduk disofa panjang ruang tengah sembari melantunkan ayat suci Al-Qur'an. Bacaannya segera dia hentikan ketika suara deru mobil menyapa pendengarannya. Ditaruhnya Mushaf kecil berwarna hijau itu diatas meja setelahnya dengan langkah kecil dia menuju pintu depan. Tidak menunggu suara ketukan, Qiana langsung membukakan pintu dan dia lelaki yang sedari tadi ditunggu Qiana sudah berada dihadapannya. Qiana tersenyum lebar menyambut kedatangan Aby dan lelaki itu hanya menatapnya datar.

"Assalamualaikum ka." Ucap Qiana saat Aby tak kunjung mengucapkan salam dan yang diberi salam enggan menjawab.

"Menjawab salam itu hukumnya wajib loh ka."

"Waalaikumsalam." Jawab Aby lirih.

"Ka Aby dari mana ? kok jam segini baru pulang." Tanya Qiana khawatir karena Aby baru sampai rumah pukul 9 malam.

"Ka Aby sudah makan malam belum ? Kalau belum Qiqi siapin makanannya ya ka." Langkah Qiana masih mengikuti Aby.

"Ka Ab . . ." Kalimat Qiana terhenti ketika Aby membalikkan tubuhnya dan menatap wanita itu dengan tatapan dingin khas Aby. seolah sudah menjadi hal biasa, Qiana mengabaikan ketakutan dalam hatinya.

"Baiklah, Qiqi tidak akan bertanya lagi tapi setidaknya jawab dulu. Ka Aby sudah makan malam apa belum ?"

"Sudah." Jawab Aby singkat yang langsung melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga. Sedangkan dibalik punggung lelaki itu, Qiana terlihat murung. Dengan langkah sedih dia menuju ke arah dapur dan menyimpan makanan yang telah tersusun rapi diatas meja makan, yang ternyata belum tersentuh sama sekali karena Qiana menunggu Aby untuk makan malam bersama.

Qiana mengabaiakan rasa laparnya & memilih sibuk membuat teh dan menyiapkan pancake katayef yang ditaruhnya dipiring berukuran sedang dan satu toples kue kering siap diantar ke ruangan kerja Aby.

Tok tok tok

"Boleh Qiqi masuk ka ?" Ucap Qiana setelah membuka sedikit pintu didepannya dan hanya suara deheman yang dia dapatkan. Dengan pelan Qiana membuka pintu kemudian masuk dengan senyum yang masih menghiasi wajah cantiknya.

"Ini teh dan kue ka." Aby tak menghiraukan ucapan Qiana dan wanita itu masih setia berdiri diseberang meja kerja berisi laptop Apple berwarna putih.

"Ada apa lagi ?"

"Besok Qiqi ada jadwal kajian. Boleh tidak ka besok Qiqi pergi kekajian ?"

"Qiana! Aku bosan tiap hari mendengar kamu minta ijin ini itu. Kalau mau pergi ya sudah pergi aja, ga perlu dbikin ribet." Aby yang merasa terganggu melempar berkas yang sedang dia pegang diatas meja. Qiana menggigit bibir bawahnya.

"Qiqi tidak bisa keluar rumah tanpa persetujuan dari ka Aby." Qiana menundukan wajahnya.

"Maksud kamu ?"

"Karena diharamkan bagi setiap istri untuk keluar dari rumahnya kecuali dengan izin suami. Jika Qiqi melakukannnya, Qiqi termasuk seorang istri yang di laknat oleh Allah dan Dimarahi oleh Para Malaikat" penjelasan Qiqi membuat Aby jengah.

"Terserah kamu sajalah." Jawab Aby yang malas meladeni penjelasan Qiana yang menurutnya tidak masuk akal itu.

"Tapi ka Aby ijinin Qiqi ikut kajian kan ?" Tanya Qiana meyakinkan

"Iya Qiana aku memberimu ijin. Sekarang kamu bisakan keluar dari ruangan ku ?"

"Terima kasih ka. Oya ka Aby tidurnya jangan malam-malam, ga baik buat kesehatan." Ucap Qiana senang sambil meninggalkan ruangan kerja Aby dengan mata berbinarnya.

Aby mengangkat sebelah alisnya melihat tingkah istrinya kemudian dia mengusap kasar wajah dinginnya.

Sedangkan Qiana menuju kekamar dengan langkah bahagia, hingga dia melupakan rasa lapar yang dia rasakan tadi. Rasa bahagia karena akan mengikuti kajian benar-benar menjadi obat rindu Qiana, pasalnya sudah lebih dari satu bulan dia absen dari kajian rutin itu. Sangking bahagianya Qiana tertidur dengan senyum cantik menghiasi wajahnya.

****

Hari ini pukul 01:00 siang sesuai dengan jadwal, Qiana akan mengikuti kajian rutin KAMUS yang diselenggarakan di masjid Islamic Center Samarinda. Langkahnya semangat menuju tempat kajian. Senyum manisnya terlukis saat Qiana telah membaur dengan sahabat muslimahnya. Kajian hari ini temanya “TAZKIYATUN NUFUS”

Tazkiyatun nufus adalah memperbaiki jiwa dan membersihkannya dengan ilmu yang bermanfaat dan amal saleh, serta melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Pentingnya Tazkiyatun Nufus diantara bukti yang menunjukkan pentingnya masalah ini, Allah berulang kali menegaskan bahwa baiknya hamba tergantung pada pembersihan jiwanya. Allah berfirman : “Demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (asy-Syams: 7—10)

Tazkiyatun nufus adalah sebab seseorang mendapatkan derajat yang tinggi dan kenikmatan yang kekal. Allah berfirman: “Barang siapa datang kepada Rabbnya dalam keadaan beriman lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia), (yaitu) surga ‘Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Mereka kekal di dalamnya. Dan itu adalah balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan).” (Thaha: 75—76)

Maksudnya, surga ‘Adn adalah balasan bagi orang yang membersihkan jiwanya dari kotoran dan kesyirikan, bagi yang beribadah kepada Allah saja, tidak menyekutukan-Nya, kemudian yang melakukan kebaikan yang dibawa oleh para rasul. Kalau dengan membersihkan Jiwa bisa memdapatkan surga 'Adn lalu mengapa engkau enggan kembali kepada Rabb mu ? Sungguh merugi orang-orang tersebut.

Kajian selesai pukul 4 ba'da Asar. Qiana berpamitan dengan bersalaman dan cipika cipiki dengan sahabat sholehahnya. Diluar ternyata langit begitu gelap siap menumpahkan kesedihannya. Bergegas Qiana menuju taxi online yang sudah dia pesan tadi. Kali ini Qiana tidak membawa mobil karena kendaraan roda empatnya kemarin ia tinggal dirumah Fatimah.

Hujan seketika turun dengan sangat derasnya saat taxi online tersebut baru keluar dari area masjid.

"Yahhh hujan. Kalau hujannya deras gini Samarinda bisa banjir lagi." Sang supir menanggapi hujan tersebut.

"Hujan itu anugerah pak. Berkah untuk bumi kita yang kering dan berkah bagi setiap hamba yang merindukan Rabb nya. Dan kalau berkah itu sampai menimbulkan banjir maka bukan salah hujannya pak." Sahut Qiana dari kursi belakang

"Terus salah siapa dong mba ?"

"Bukan salah siapa-siapa pak. Cuma yang harus kita lakukan bagaimana membuat dampak hujan ini tidak membuat masyarakat susah, dengan menjaga kebersihan bersama dan yang paling utama masalah infrastruktur nya pak, harus lebih diperhatikan." Jelas Qiana yang dibenarkan oleh sang supir. Sepanjang jalan Qiana asik membahas tentang hujan, banjir dan infrastruktur. Pembahasan itu berhenti ketika Qiana telah sampai didepan rumah Aby.

Qiana berlari cepat melewati derasnya hujan. Dengan baju yang sudah basah, Qiana mencari kunci rumah yang dia simpan didalam tasnya. Diobok-oboknya tas kecil berwarna cream miliknya namun yang dicari tak berhasil ditemukan.

"Kok kuncinya ga ada ya ? Rasanya tadi sudah aku masukin kedalam tas." Gerutu Qiana sendiri.

"Apa jangan-jangan jatuh ? Tapi jatuh dimana ? Apa jatuh waktu tadi ngeluarin mukena ?" Qiana masih sibuk menduga-duga dimana jatuhnya kunci rumah itu. Terpaksa Qiana harus menunggu Aby pulang bersama hujan yang sangat deras lengkap dengan suara petir menyambar, karena sejak kemarin bik Asri ijin pulang kampung karena cucunya sedang melahirkan

Hari semakin gelap tapi langit tak henti-hentinya menumpahkan kesedihannya dan sepertinya banjir sudah mengepung jalanan diluar sana. Qiana melirik benda yang melingkar dipergelangan tangannya yang sudah menunjukkan pukul 07:00 artinya sudah lebih dari 2 jam Qiana menunggu bersama gamis yang 80% telah termakan air hujan.

Qiana menyilangkan tangannya didepan dada sambil terus melantunkan sholawat dan sesekali dia bergumam "Dingin sekali. Ka Aby kok ga pulang-pulang ya." Namun demikian tak juga membuat wanita itu menghubungi Aby karena Qiana takut mengganggu pekerjaan suaminya yang akan membuat lelaki itu kembali murka padanya.

Qiana sudah tidak sanggup berdiri lagi, badannya dia biarkan menyentuh lantai yang basah dan dingin. Kepalanya terasa pusing dan badannya gemetar, tangan Qiana meremas perutnya yang mulai sakit karena maagnya yang mulai kambuh. Sejak semalam Qiana memang belum makan. Tadi pagi karena rasa mules berlebih membuat Qiana enggan untuk sarapan dan siang harinya juga dia lewatkan karena sangking semangatnya untuk pergi kekajian.

Aby datang ketika jam menunjukkan pukul 09:15. Lelaki itu terkejut melihat Qiana yang sedang terduduk lemas didepan pintu rumah. Bergegas dia berlari menembus hujan yang ternyata masih setia membasahi bumi.

"Qiana kamu kenapa ?" Tanya Aby yang sudah mensejajarkan tubuhnya dengan Qiana.

"Ka Aby sudah pulang ?" Ucap Qiana mengangkat wajah pucatnya dan memaksa bibirnya tersenyum.

"Kamu ngapain duduk disini ?" Tanya Aby lagi sambil membantu Qiana berdiri tapi sepertinya wanita itu tidak sanggup menopang tubuh dinginnya. Dengan cepat Aby membuka pintu dengan kunci yang dia ambil dari dalam saku celananya kemudian tanpa permisi dia langsung membawa tubuh Qiana kedalam gendongannya. Aby terlihat sangat cemas dengan keadaan Qiana. Dengan langkah lebar Aby membawa tubuh gemetar itu kedalam kamar. Dibaringkannya tubuh Qiana diatas kasur.

Aby urung mengomeli Qiana saat dilihatnya wajah istrinya itu sangat pucat dan badannya menggigil. Dengan cepat Aby menutupi tubuh Qiana dengan selimut tebal dan langkahnya menuju lemari pakaian. Diambilnya satu gamis berwarna cream lengkap dengan khimar berwarna senada.

"Kamu harus ganti pakaian dulu supaya tidak masuk angin." Ucap Aby sambil menyodorkan gamis kepada Qiana, Qiana tak merespon karena tubuhnya sangat lemas.

"Biar aku bantu kamu mengganti pakaian." Aby menggaruk tengkuknya yang tidak gatal saat sadar dengan tawarannya yang terdengar ganjal itu.

"Qiqi bisa sendiri kok ka." Jawab Qiana dengan berusaha mendudukkan dirinya

"Yakin bisa ?" Aby merututi pertanyaannya yang hanya dijawab dengan anggukan oleh Qiana.

Abypun keluar dari kamar Qiana dan didalam kamar, Qiana berusaha bangkit untuk mengganti pakaian. Setelah sukses mengganti gamis basahnya, Qiana memilih menidurkan tubuhnya yang masih gemetar. Mungkin karena faktor maagnya yang kambuh, niat untuk mengambil makanan dia urungkan karena badannya terlalu lemas tak berdaya. Baru saja Qiana hendak memejamkan mata ketika pintu kamarnya telah dibuka.

Aby masuk dengan membawa nampan berisi 1 mangkuk soto banjar lengkap dengan nasi, 1 gelas air mineral dan 1 gelas teh hangat.

"Kamu pasti belum makan kan ?" Tanya Aby sambil menaruh nampan berisi makanan itu diatas nakas. Qiana menatapnya bingung.

"Aku tidak membuatnya tapi tadi pesen digofood." Jawab Aby seolah paham dengan tatapan wanita itu.

"Ya sudah kamu makan dulu, kasihan tubuhmu sampai gemetar gitu." Qiana hanya mengangguk.

"Setelah makan itu diminum obat maagnya supaya cepat baikan." Aby berucap sambil meninggalkan kamar Qiana.

"Ka Aby tidak bertanya kenapa Qiqi didepan pintu ?"

"Aku tau. Kamu pasti teledor ngilangin kunci rumah." Jawab Aby tepat sasaran

"Ka Aby." Aby kembali menoleh

"Maaf dan terima kasih." Ucap Qiana dengan muka bersalahnya.

"Tidak perlu meminta maaf. Tapi lain kali jangan diulangi lagi." Sahut Aby dengan membuat lengkungan manis menghiasi wajah tampannya, sangat manis. Sampai-sampai Qiana mengabaikan teh hangat dalam genggamannya yang kalah manis dengan senyuman Aby. Upsssssss 😁😁😁

Jangan lupa vote & koment ya ka
Happy reading

Pemilik Hati QianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang