Aku Mencinti Mu

72 9 8
                                    

Selamat membaca ka
Jangan lupa vote ya 😊

"Mas Fahri lepas." Tangan itu menjauh dari kedua mata Qiana. Betapa terkejutnya Qiana saat melihat sosok yang menutup kedua matanya.

Qiana merasa lututnya lemas dan kedua tangannya membekap mulutnya. Mata coklat itu menatap sendu sepasang mata biru didepannya. Qiana sangat paham arti dari tatapan lelaki dihadapannya.

"Qi . . . Qiqi . . . " Qiana berusaha berucap namun lidahnya terasa kelu.

"Aby. Aby Qiana, bukan Fahri." Aby menatap nanar kearah wanita dihadapannya. Nampak jelas terpancar rasa kecewa dari sorot matanya.

"Apa hanya Fahri yang ada dihatimu Qiana ?" Suara Aby terdengar bergetar

"Tidak ka Aby, bukan begitu. Qiqi bis . . ."

"Sebesar itukah rasa cintamu padanya ?" Sebisa mungkin Aby mencoba tetap tenang menahan gemuruh dalam hatinya. Dia tidak ingin lepas kendali dan rasa cemburu menguasai dirinya.

"Ka Aby dengarkan dulu penjelasan Qiqi."

"Penjelasan ? Aku sudah menyiapkan semua ini untuk mu tapi kamu malah menyebut nama Fahri. Apa lagi yang perlu dijelaskan Qiana ?" Aby berucap pelan dibalik kemarahan yang dia rasakan. Kemarahan yang bisa terlontar kepermukaan kapan saja.

"Maafkan Qiqi ka, tapi Qiqi . . . "

"Apa aku benar-benar tidak ada dihatimu Qiana ? Apa aku benar-nenar tidak terlihat olehmu ? Aku tau selama ini aku bersifat dingin padamu, tapi apa kamu benar-benar tidak merasakan ketulusan ku ?" Qiana hanya diam, mata bulatnya telah berkaca-kaca siap membanjiri pipi ovalnya.

"Aku selalu memberimu hadiah tapi sekalipun kamu tidak pernah berucap terima kasih padaku. Aku fikir sikapmu itu karena kamu merasa malu tapi aku salah, bahkan sampai hal terkecilpun hanya Fahri yang ada didalam fikiranmu. Lalu penjelasan apa lagi yang harus aku dengarkan Qiana ?" Mata Aby memerah menahan emosi yang siap meledak dan hal itu membuat pertahanan Qiana gagal. Air matanya telah jatuh, sungguh dia tidak tau kalau yang mengiriminya kotak berisikan hadiah itu adalah suaminya. Kalau saja dia tau dia pasti sudah membanjiri Aby dengan ucapan terima kasihnya.

"Apa aku harus menghubungi Fahri agar dia menghampirimu disini ?" Tangan Aby meraih ponsel dari dalam saku celananya nya dan hendak men deal no Fahri, namun dengan cepat Qiana mencoba merebut ponsel itu.

"Jangan ka. Jangan hubungi mas Fahri."

"Atau kamu mau aku antar ketempatnya ?"

"Cukup ka Aby." Teriakan Qiana membuat Aby menatapnya tajam.

"Harusnya Qiqi yang marah sama ka Aby. Harusnya Qiqi yang protes sama ka Aby. Kalau ka Aby memang berniat memberi hadiah, mengapa tidak memberikannya kepada Qiqi secara langsung ? Mengapa harus sembunyi-sembunyi ? Dan untuk apa ka Aby membanjiri Qiqi dengan hadiah itu dan membawa Qiqi ketempat seindah ini ? Dan Kenapa ka Aby selalu membuat Qiqi bingung ?" Cercaan Qiana larut bersama hembusan angin.

"Karena aku mencintaimu Qiana." Qiana terkejut mendengar pengakuan Aby. Mata basahnya menatap tak percaya kearah lelaki dihadapannya. Kalimat yang baru saja dia dengar, apa benar terucap dari bibir Aby ? Apa dia tidak salah dengar ? Qiana terus bertanya pada dirinya sendiri.

"Aku tau mungkin aku tidak pantas untuk mencintaimu dan aku tau kalau cintamu hanya untuk Fahri. Jadi anggap saja kamu tidak mendengar apapun dari ku." Aby memalingkan tubuh tegapnya meninggalkan wanita yang dia cintai dengan segala kekecewaan dan sakit dalam hatinya. Sakit karena surprice yang dia siapkan malah menjadi pedang yang menghunus dadanya.

"Tidak semudah itu ka." Aby tetap melangkah tidak menghiraukan Qiana. Qiana menatap punggung lelaki yang meninggalkannya dengan tatapan sedih. Rasa sakit menghampiri Qiana. Nampaknya pengakuan Aby meninggalkan luka dalam hatin Qiana, luka karena rasa cinta itu tepat hinggap dihati Qiana.

"Berhenti ka Aby!" Ucap Qiana berteriak namun Aby masih tak menghiraukan Qiana. Dia memilih membawa rasa kecewa itu dalam kekalutan hatinya. Qiana tak sanggup melihat punggung itu semakin menjauh, Qiana takut kalau dia akan kehilangan punggung seseorang yang diam-diam telah mengusik hatinya. Qiana menghapus air matanya dan tanpa berfikir panjang, dia berlari mengejar Aby kemudian memeluk erat sosok yang selalu membuatnya menangis.

"Jangan pergi ka. Jangan tinggalkan Qiqi. Qiqi juga mencintai ka Aby." Seketika langkah Aby berhenti. Hatinya kembali berdesir, bukan karena amarah, namun karena kata cinta yang diucapkan Qiana.

"Qiqi mencintai ka Aby. Maafkan kebodohan Qiqi karena tidak peka dengan perasaan ka Aby. Qiqi memang tidak pandai bermain kode. Qiqi fikir ka Aby sangat membenci Qiqi karenanya saat Qiqi menerima kotak berisi hadiah itu Qiqi sama sekali tidak pernah berfikir kalau semua itu dari ka Aby. Maafkan Qiqi ka. Maafkan kebodohan Qiqi." Air mata Qiana telah membanjiri punggung Aby.

Aby meraih tangan Qiana yang telah melingkar diperutnya. Perlahan lelaki itu melepas pelukan istrinya dan membawa tubuhnya menghadap Qiana. Dengan lembut Aby menghapus air mata diwajah cantik istrinya.

"Jangan menangis. Maafkan aku karena telah membuatmu bingung. Aku yang bodoh karena tidak memberikannya secara langsung padamu. Aku yang bodoh karena tidak bisa menyatakan perasaan ku padamu. Maafkan aku istri ku. Aku sangat mencintaimu. Sangat-sangat mencintaimu." Aby membawa tubuh istrinya kedalam pelukannya. Bukannya berenti menangis, tangisan Qiana malah menjadi. Qiana menangis haru didada bidang suaminya.

"Sayang belum cukup membuat punggungku basah ? Jangan banjiri dadaku lagi dengan tangisan mu sayang." Goda Aby kepada istri tercintanya.

"Ka Aby." Cubitan Qiana mendarat tepat diperut Aby.

"Auuu. Aku bercanda sayang." Ucap Aby sembari mengelus pucuk kepala istrinya kemudian mengecupnya dengan penuh kasih sayang.

"Aku mencintaimu Qiana."

"Qiqi juga mencintai ka Aby." Tangan Qiana semakin erat memeluk suami tercintanya dan menenggelamkan wajahnya didada Aby. Menghirup aroma yang menguar dari tubuh Aby. Qiana merasakan damai dan ketenangan dalam hatinya. Sedangkan Aby berulang kali mencium pucuk kepala Qiana dengan penuh kasih sayang.

****

Aby terus menggenggam tangan Qiana, sejak dari cafe, dimobil, sampai mereka tiba dirumah. Pun dengan sorot matanya, sedetikpun mata biru Aby tak luput dari wajah cantik istrinya. Qiana yang terus mendapat perhatian dari Aby hanya mampu menyembunyikan pipinya yang bersemu merah.

"Ka Aby jangan liatin Qiqi terus dong."

"Emangnya kenapa ?"

"Nanti kalau cantiknya Qiqi habis gimana ?" Qiana menunduk malu mendengar ucapannya sendiri.

"Siapa bilang kamu cantik ? Kamu tidak cantik Qiana." Qiana mengerucutkan bibirnya saat mendengar perkataan Aby.

"Tapi kamu sangattt sangattt cantik." Ucap Aby sembari mencium tangan halus Qiana yang membuat wanita itu semakin meleleh dibuatnya.

"Echh ka Aby mau ngapain ?" Tanya Qiana saat Aby hendak ikut masuk ke kamarnya.

"Mau tidur." Ucap Aby nyelonong masuk kekamar Qiana.

"Kok tidurnya di kamar Qiqi sih ka ?"

"Iya soalnya kamar ka Aby AC nya eror." Jawab Aby asal yang sudah merebahkan tubuhnya diatas kasur.

"Sejak kapan ka erornya ? Tadi sore AC nya masih normal kok ka."

"Sejak saat ini." Qiana menatap Aby penuh curiga.

"Owhh ya sudah kalau gitu biar Qiqi saja yang tidur dikamar ka Aby." Qiana hendak melangkah namun dengan cepat Aby menarik tangan Qiana hingga membuat wanita itu jatuh tepat diatas tubuh Aby.

Qiana menahan nafasnya saat mata Aby mengunci kedua bola mata coklatnya dan jantung Qiana berdetak upnormal. Semoga ka Aby tidak merasakan detak jantungnya yang berdetak sangat kencang, batin Qiana.

"Sepertinya kamu betah sekali berada diatas tubuhku sayang." Sontak Qiana membawa tubuhnya menjauh dari tubuh Aby dan mendudukkan tubuhnya tepat disisi Aby.

Aby tertawa geli melihat pipi Qiana yang kembali bersemu merah karena malu. Sadar kalu Aby menertawainya, dengan cepat Qiana menutup kedua pipinya dengan tangannya.

"Ka aby malu." Ucap Qiana manja.

"Sini sayang tidur disamping ka Aby." Ucap Aby sembari menepuk-nepuk lengannya yang telah siap menjadi bantal untuk Qiana. Meskipun malu Qiana menuruti ucapan Aby. Direbahkan tubuh rampingnya disisi Aby dan tanpa wanita itu duga, Aby langsung memeluknya. Kembali jantung Qiana berdetak diatas batas normal.

"Maafkan semua sikap dingin ka Aby ya Qi. Aku sangat mencintaimu istri ku." Aby mendaratkan kecupan manis dikening Qiana yang membuat pipi wanita itu kembali bersemu.

"Ucapan ku tidak dibalas Qi ?"

"Qiqi juga sangat mencintai ka Aby." Ucap Qiana sembari membalas pelukan Aby dengan erat dan dengan lembut Aby mengecup pucuk kepala Qiana.

"Jangan lupa baca doa tidur ya sayang." Aby mengingatkan istri tercintanya, kemudian mereka membaca do'a tidur bersama dan setelahnya mereka memjamkan mata menjemput mimpi indah.

****

Qiana terbangun saat malam menunjukkan pukul 3 dini hari. Wajahnya tersenyum bahagia ketika mendapati Aby yang masih tidur dengan posisi memeluk dirinya. Ditatapnya lekat-lekat wajah suaminya. Tangan Qiana mulai meraba wajah tampan suaminya. Disentuhnya alis tebal Aby, kemudian beralih ke bulu mata lentik lelaki itu. Jari Qiana memainkan bulu mata Aby yang membuat Aby menggerakkan kelopak matanya, sepertinya lelaki itu merasa terganggu dengan sentuhan Qiana. Namun Qiana tidak berhenti disitu, jari manisnya kembali meraba wajah Aby. Disentuhnya hidung mancung Aby.

"Boros sekali hidungnya." Ucap Qiana sambil mencubit pelan hidung Aby. Kemudian jarinya mulai bergerak lagi kearah bibir merah Aby dan tanpa sadar Qiana mengecup singkat bibir itu dengan penuh cinta.

"Maafkan Qiqi yang telah mencuri ciuman dari ka Aby." Ucap Qiana lirih yang dia yakini Aby tidak akan mendengarnya karena saat ini Aby masih tertidur, namun Qiana salah. Dengan cepat Aby membalas mengecup bibir ranum Qiana yang membuat mata wanita itu mengerjap kaget. Ternyata Aby sudah bangun sebelum Qiana, tadi dia hanya pura-pura tidur saat jari Qiana memainkan wajah tampannya.

"Dilarang mencuri, kalau mencuri harus dapat hukumam." Kembali Aby mengecup bibir Qiana yang membuat wanita itu berucap.

"Ka Aby mesum."

"Bukannya kamu yang mesum ya ? Kan kamu duluan yang mencuri kesempatan." Goda Aby yang membuat Qiana malu langsung menutup mukanya dengan kedua tangannya. Aby terkekeh geli melihat tingkah istrinya itu.

"Ya sudah buruan bangun. Allah sudah menunggu kita sayang." Ucap Aby sembari mengecup pucuk kepala Qiana. Sepertinya mengecup pucuk kepala Qiana telah menjadi hoby baru Aby dan hal itu sangat disukai oleh Qiana.

Sebelum Qiana membersihkan diri dia menyiapkan pakaian yang akan digunakan oleh Aby. Diambilnya koko dan sarung berwarna biru muda, dia letakkan disisi ranjang. Setelahnya dia baru membersihkan diri untuk melakukan sholat malam.

Ketika Qiana keluar dari kamar mandi, Aby telah menunggunya duduk diatas sejadah. Dengan cepat Qiana melangkahkan kaki mendekati Aby. Qiana langsung mengenakan mukena pemberian Aby tempo hari. Qiana mengukir senyum yang membuat kedua lesung pipinya nampak cantik.

"Kamu tersenyum kenapa sayang ?" Tanya Aby saat melihat Qiana tersenyum

"Ini kali pertama Qiqi sholat bersama ka Aby."

"Maafkan aku yang baru bisa menjadi imam bagimu." Aby menatap penuh penyesalan kepada Qiana.

"Tidak perlu meminta maaf ka." Qiana tersenyum tulus seraya berucap aku baik-baik saja.

Setelahnya mereka mengerjakan sholat malam berjamaan dengan penuh kekhusyukan. Suara indah Aby melantunkan tiap ayat surah Al Fatihah kemudian dia lanjutkan membaca surah Asy-Syarh. Dimana dalam surah tersebut dijelaskan tentang penegasan nikmat-nikmat Allah kepada nabi Muhammad saw dan pernyataan Allah bahwa disamping kesukaran ada kemudahan.

Dan dirakaat kedua dibacanya surah Al-Ikhlas. Bukan karena surah tersebut termasuk surah pendek melainkan karena dalam surah Al-Ikhlas memiliki makna tentang keesaan Allah SWT.

Dalam tafsir Fi Zilal al-Qur’an, memaparkan bahwa surah pendek ini sebanding nilainya dengan sepertiga al-Qur'an sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhori bahwa telah diceritakan kepadanya oleh Ismail dari Malik dari Abd al-Rahman bin Abdullah bin Abd al-Rahman bin Abu Sa’sa’ah dari ayahnya dari Abu Sa’d bahwa seorang laki-laki mendengar seorang laki-laki lain membaca berulang-ulang lafal:

"Katakanlah (Muhammad): "Dia-lah Allah, yang Maha Esa."
Kemudian, keesokan harinya dia mendatangi Rasulullah, kemudian Nabi bersabda:
“Demi Allah yang  jiwaku berada  dalam genggamanNya, sesungguhnya surah ini sebanding dengan sepertiga al-Qur‟an”.

Dan keutamaan lain dari surah yang memiliki 4 ayat tersebut, salah satunya adalah Allah akan memberikan kemudahan-kemudahan dalam mempercepat terkabulnya do'a. Tentunya hal tersebut juga dibarengi dengan usaha & keyakinan.

Ulama bernama Sayyid Sabiq, beliau mempunyai kitab Al-aqaid Al Islamiah. didalam kitab tersebut sampai dengan hal 59, beliau mengeluarkan hadist tentang seorang sahabat Nabi ketika hendak berdoa dia mengawali do'anya dengan surah Al-Ikhlas. Dia berdoa meminta ampunan ke pada Rabb nya diawali dengan surah tersebut. Dan doa tersebut didengar oleh Rasullullah. Kemudian Rasullulah berkata:

"Tahukah engkau bagaimana engkau berdoa, engkau telah meminta dengan nama-nama allah yg paling utama. Kalau engkau bacakan itu sebelum berdoa maka setiap permintaan akan diberikan dan setiap doa akan dikabulkan"

Begitu menakjubkan keutamaan dari surah makkiyah tersebut. Oleh karena itu surah pendek ini menjadi salah satu surah favorit Abyan Nandana.

"Assalamualaikum warohmatullah" salam yang berucap dari bibir Aby menandakan kalau sholat telah selesai. Setelahnya mereka membaca dzikir sampai azan subuh berkumandang. Kemudian mereka melaksanakan sholat subuh berjamaah dan itu untuk kedua kalinya Qiana melaksanakan sholat berjamaan bersama Aby, suami tercinta.

Setelah selesai melaksanakan sholat subuh, Aby membalikkan badannya kearah Qiana. Dia menyodorkan tangannya yang langsung disambut oleh Qiana dan diciumnya punggung tangan Aby. Setelahnya Aby mencium pucuk kepala Qiana. Kini fokus Aby tertuju pada arah pucuk kepala istri tercintanya. Dengan lembut Aby menyentuh kepala Qiana kemudian membacakan do'a :

"Ya Allah sesungguhnya aku memohon kebaikannya dan kebaikan apa yang Engkau ciptakan pada dirinya. Dan aku memohon perlindungan kepada-Mu dari keburukannya dan keburukan apa yang Engkau ciptakan pada dirinya."

Doa yang Aby bacakan tepat diatas ubun-ubun Qiana itu diamini oleh Qiana. Setelahnya Aby mengecup kening istrinya. Rasa bahagia menyelimuti hati Qiana karena impiannya mendapat doa dari sang suami telah dia dapatkan.

Perlahan Aby membuka mukena yang Qiana kenakan. Rambut hitam Qiana membuat wanita itu semakin terlihat cantik. Aby mendekatkan wajahnya kearah Qiana dan menghapus jarak diantara keduanya hingga bibir Aby menyentuh lembut bibir Qiana. Sangat lembut hingga membuat Qiana seolah kehilangan kesadaran.

Jantung Qiana berdetak sangat kencang dan wajahnya memanas saat Aby berucap

"Qiana ijinkan aku untuk menunaikan kewajibanku dan mengambil hak ku sebagai suamimu"

"Tidak perlu meminta ijin ka, karena Qiqi telah menjadi milik ka Aby seutuhnya." Ucap Qiana tersenyum manis sembari mengontrol detak jantungnya yang tidak beraturan. Setelahnya Aby membawa tubuh Qiana keatas kasur dengan penuh cinta.

Dan subuh itu menjadi saksi cinta antara keduanya, karena keduanya telah menyempurnakan pernikahan mereka dalam suatu ibadah yang Allah ridhoi. Mereka berharap subuh ini menjadi awal yang baik untuk rumah tangga mereka dan Allah berkenan member mereka keturunan yang sholeh serta sholehah.

Pemilik Hati QianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang