That Ringtone!

887 63 3
                                    

Mungkin karena pertemuan mereka hanya sebatas berada di kamar Taehyung, membuat lelaki cantik bersurai merah itu jarang sekali dilanda cemburu. Terlalu percaya pada sang tambatan hati meski sering sekali lembur hingga Taehyung harus membuka pintu depan rumah dengan diselingi umpatan karena mimpi indahnya terganggu di tengah malam. Kalau sudah begitu Seokjin akan menghadiahinya pelukan dengan sentuhan kulit dingin yang menusuk sela-sela dekapan—entah karena angin malam atau AC mobil—dan kekehan lembutnya membuat Taehyung sadar dari setengah pejaman mata, kemudian menawarkan cokelat panas pada yang lebih tua.

Berbanding terbalik dengan Seokjin yang selalu waswas dengan apa yang dilakukan Taehyung tanpa dia di luar sana. Boleh saja adik kandungnya itu bergaul dengan banyak seme, kebinalan dan tingkat kemesuman yang Seokjin tularkan pada Taehyung bisa jadi takaran bahwa Taehyung punya pesona juga untuk melumpuhkan uke atau gadis lain—sebut saja ada sedikit bakat menjadi seme (tentu saja sedikit sekali, secuil). Namun ini bukan masalah Taehyung menggoda siapa, tapi bagaimana jika teman-temannya itu mengambil kesempatan saat tengah bersama Taehyung? Membuat Taehyung duduk di paha mereka barang kali, dan Seokjin sungguh sangat tak rela untuk berbagi. Semua yang ada pada Kim Taehyung adalah milik Kim Seokjin seorang!

Tak seperti biasanya, aura Taehyung agak sedikit mencekam, seolah bisa mencekik siapa saja yang melakukan kesalahan di sekitarnya. Seokjin sedang menikmati akhir pekan, duduk nyaman pada sofa di kamar Taehyung bersama ponsel pintarnya. Tak jarang suara ringtone ponsel tanda panggilan atau pesan masuk memenuhi kamar yang dilengkapi penghangat ruangan itu. Memasuki akhir tahun suhu udara makin menyiksa dan Taehyung jadi lebih sering minta pelukan.

"Mau kemana?" tanya Taehyung dengan nada tak enak didengar. Campuran kesal dan marah, tapi Seokjin yakin bahwa dia tak membuat kesalahan apapun sejak tadi.

"Ke toilet. Mau ikut?" tanya Seokjin menggoda yang lebih muda. Sukses membuat salah satu bantal milik Taehyung terlempar ke arah wajah tampannya, alih-alih mengusir Seokjin dan kemesumannya dari kamar hangat itu.

Tut turuuu~

Taehyung melirik tajam pada ponsel yang tergeletak di atas sofa dekat jendela. Bunyi ringtone itu terlalu manis untuk sesosok seme gagah yang selalu Taehyung igaukan namanya hampir di setiap malam.

Pernah Taehyung bertanya kenapa suaranya begitu menyebalkan di telinga Taehyung. Seokjin hanya menjawab dengan tawa dan bilang suaranya dari salah satu anime yang dia tonton, alasan lainnya karena suaranya lucu mengingatkan si pemilik bahu lebar pada adik terkasihnya. Jelas Taehyung mencibir keras-keras, enggan disamakan dengan ringtone manis menyebalkan.

Taehyung meraih ponsel Seokjin dan membuka kuncinya dengan sidik jari, lalu terpampanglah pop up sebuah aplikasi chatting dengan nama 'Rose' sebagai pengirim pesan. Taehyung menatap ke arah jendela dengan sorot emosi hampir mencapai ubun-ubun. Seokjin tidak cerita apapun tentang seseorang bernama Rose ini.

"Ada telepon masuk ke ponselku, Tae?" suara Seokjin kembali terdengar di kamarnya, dengan bantal Taehyung yang dia simpan kembali ke atas kasur, "kemari. Siapa tahu penting—"

"A, a," Taehyung menggeleng tegas sembari menjauhkan ponsel Seokjin dari sang empunya, "sekarang hari libur. Bisa tidak jangan pegang ponsel terus?"

Sesungguhnya itu adalah bentuk kecemburuan yang baru pertama kali disuarakan Taehyung, dan Seokjin tidak mengerti. Dia mengernyit atas kalimat Taehyung dan berpikir masalah pekerjaannya sejak kapan dicampuri oleh Taehyung?

"Itu urusan kantor, Tae. Berikan padaku." Seokjin kembali mencoba meraih ponsel berlayar enam inchi miliknya. Taehyung menyembunyikan ponsel itu di belakang punggungnya.

You're My FearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang