Previous Chapter:
".... Kim Taehyung? Kim Seokjin? Apa yang kalian lakukan!?"
.
.
.
.
.
.
.Teriakan dari ambang pintu membuat keduanya bangkit. Taehyung dengan segera menutupi tubuhnya yang terekspos karena kancing piayamanya terbuka.
Sang ayah berdiri di ambang pintu—bersama sang istri yang menyertai di belakangnya—dengan emosi memuncak, siap meledak dengan tatapan kecewa. Amarah langsung naik ke ubun-ubun, berisiko darah tinggi. Sementara Seokjin mengalihkan pandangan dari ayahnya, menyusuri setiap sudut kamar adiknya, dan Taehyung menunduk penuh penyesalan.
"Appa tidak menyangka. Appa kecewa pada kalian! Pasti kalian sudah sering 'kan melakukannya? Apa kalian tidak malu, hah!?" bentakan ayah mereka mampu membuat salju di atas pohon maple dekat rumah bergetar hampir terjatuh. Sementara bulan yang sudah siap siaga di malam hari tengah menertawakan pasangan adik-kakak yang terpergok hampir bercinta oleh ayah mereka sendiri.
Taehyung membuka mulutnya, tapi tak sanggup bersuara. Dia melirik pada Seokjin dengan tatapan penuh permohonan. Pelupuk mata Taehyung kembali tergenangi air mata. Dia meminta pada Seokjin, setulus cintanya pada sang kakak. Berdoa supaya sang kakak menjawab dengan jujur pada kedua orang tua mereka karena Taehyung tak sanggup, terlanjur kelu. Detakan jantungnya terpompa ribut, lebih takut pada ayahnya yang menatap tajam kedua anaknya dengan tatapan yang sulit dijabarkan. Taehyung hanya menangkap emosi tinggi dari sorot mata ayahnya.
"Taehyung yang mengajakku, Appa. Dia sering menggodaku."
"Apa?" bisik Taehyung menimpali. Si bungsu bergeming di tempat saking syoknya mendengar jawaban sang kakak.
"Ini semua salahmu, Tae. Kau yang meminta."
Kepala Taehyung terasa pusing, namun dadanya sesak, bibirnya pucat seketika dan tubuhnya melemas. Dia merasa pandangannya berkunang-kunang karena pembelaan diri Kim Seokjin barusan.
"Kenapa jadi salahku?" cicit Taehyung yang masih sulit meneriakan argumennya.
"Sudah kubilang aku sudah bersama Rose," ujar Seokjin lalu berlalu dari kamar Taehyung.
"T-Tunggu, Seokjin Hyung! Seokjin! Kim Seokjin!? Bagaimana bisa ini semua jadi salahku!? Kim Seokjin!!" Suara Taehyung terlepas, hanya untuk memanggil kakaknya sia-sia.
Apa Seokjin sengaja? Apa ini caranya agar Taehyung tak lagi mencintainya? Kenapa harus dengan cara sekejam ini?
Taehyung menatap wajah ayahnya, sembari menggelengkan kepalanya kacau dan kembali menurunkan air mata dari ujung netra.
"Appa, ini bukan hanya salahku. Kumohon dengarkan aku—"
"Appa kecewa sekali padamu, Kim Taehyung."
Si surai merah ditinggalkan di kamarnya, sementara sang ibu masih ada di ambang pintu. Dengan penuh kekecewaan dari berbagai pihak. Tangis Taehyung pecah memenuhi ruang kamarnya. Begitu memilukan ditemani salju yang masih setia menyapa bumi. Tak jarang Taehyung berteriak ataupun memanggil nama Seokjin. Tak peduli seberapa kacaunya dia, sepening apa kepalanya karena isakan hebat, sebanyak apa tenaga yang dibuangnya karena menangis hampir semalaman.
Sekarang apa? Tubuhnya kotor dan dia sudah dicap menjijikan oleh orang tuanya. Sudah tak berguna dan tak pantas terus menetap. Taehyung terus berpikir di sela teriakannya; apa salahnya? Di mana salahnya? Bagaimana bisa semuanya jadi salahnya? Kenapa Kim Seokjin berkata begitu?
Pria yang menanamkan berbagai macam asa dan kejadian tak terlupakan di benak dan hati Taehyung telah menghancurkan Taehyung berkeping-keping hanya dalam satu kalimat. Kenangan bertahun-tahun lebur hanya dalam waktu sepersekian detik. Sosok yang didamba Taehyung berubah menjadi bilah pedang yang menusuknya tepat dijantung, tanpa aba-aba, membuatnya mati rasa.
Teriak-teriakan Taehyung penuh kefrustrasian meski tak berani melirik sang ibu yang menangis penuh sedu kekecewaan di tempatnya berdiri. Pikiran yang tidak-tidak mulai membisiki benak.
Lalu selama ini apa? Kim Seokjin hanya butuh pelampiasan bilogis? Hanya butuh tubuhnya? Lalu seluruh afeksi itu hanya untuk meluluhkannya? Jadi semua itu palsu?
"Bodoh kau. Kim Taehyung BODOH! KAU LEMAH, DASAR JALANG!" seruan selanjutnya hanya berisi penyalahan Taehyung pada dirinya sendiri. Napasnya tersengal, kepalanya terasa ringan, dan matanya mulai memberat. Tubuhnya lelah, sudah tak sanggup menegakan diri. Begitu juga dengan kakinya yang mendadak terasa bagai jeli.
Taehyung menatap keluar jendela. Sorot mata Taehyung kosong. Rasanya ingin melompat keluar sana dan menabrakan kepala pada batang pohon maple. Tak ada lagi hal yang menjadi tujuan hidupnya. Dia sudah hancur hingga hanya menjadi butir debu tak berguna. Keluarganya akan menanggung malu jika sampai ini bocor pada publik.
Hingga seseorang memeluknya, cukup erat dengan efeksi mengambang yang mengetuk hati. Taehyung membolakan mata tak terima, suasana hatinya tengah kecewa—mendadak tak percaya siapapun yang berani mendekatinya saat ini. Sayup-sayup tangis ibunya terdengar dari belakang punggung. Taehyung hampir tidak waras. Kalau keadaannya sudah begini, dia hanya akan jadi penghuni rumah sakit jiwa karena berniat menyakiti diri sendiri terus-menerus dan meracau tak jelas.
Eomma, aku sakit mental, batin Taehyung yang membiarkan sang ibu mendekapnya erat.
"Eomma di sini, Tae. Tenanglah," gumam ibunya tak jelas karena disertai tangisan.
"Eomma," panggil Taehyung serak, "aku benci anak sulung Eomma, aku benci dia hingga ke tulang. Tak sudi aku satu dunia dengan orang sepertinya. Katakan padanya aku tidak akan pernah memaafkannya."
Siapa sangka bahwa melarutkan perasaan semudah ini? Kebencian mudah muncul saat kesalahan fatal terjadi. Taehyung merasa dibodohi oleh perasaan yang disebut cinta. Ialah asa paling rumit yang dimiliki oleh manusia.
~THE END~
.
.
.
.
.
.
.—by devilbrush.
Akhirnya ending~ /tebar konfeti
Don't foget to vomment, 여러분~!
See you guys at another book!

KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Fear
FanficCinta itu buta. Buktinya Kim Taehyung dan Kim Seokjin yang notaben adik-kakak bisa saling mencintai. Tentu saja, cinta sendiri adalah gabungan dari berbagai emosi. Bagaimana jika kisah mereka dibumbui keegoisan dalam cinta? Coba pilih, melepas atau...