Holiday

605 44 1
                                    

Sesuai rencana ibunya, keluarga Kim memulai liburan. Mereka mencari resort di gunung dengan kolam air panas alami. Cocok untuk relaksasi ditambah dengan pemandangan luar biasa yang sangat sayang dilewatkan tanpa potret sana-sini.

"Tae, lihat sini!" Anak sulung keluarga Kim itu berseru. Mengacungkan kamera polaroid-nya di depan sang adik yang sudah mengambil pose; senyum kotak dan tanda peace pada jemari.

Taehyung tertawa lebar saat ayahnya menggoda sang ibu dan bercerita dulu ibunya terlihat sangat sexy memakai bikini. Tak lupa juga si bungsu itu mencuri pandang ke arah kakaknya yang sibuk potret sana-sini mengabadikan keindahan alam yang memukau nan menyegarkan mata.

Taehyung rasa kekhawatiran sebelumnya hanya suatu omong kosong. Kakaknya terlihat baik-baik saja dan berlaku hangat lagi saat ini. Selama perjalanan tadi saja tak lepas mengkhawatirkan Taehyung, dan itu cukup untuk mengusir kecurigaan Taehyung pada isi ponsel kakaknya.

"Tae, ayo keluar dari kolam! Jangan terlalu lama. Eomma panggang daging, tuh!"

"Siap, captain!" Taehyung menurut apa kata kakaknya. Segera membilas diri dan bergabung pada acara makan keluarga.

Waktu berjalan cepat, bulan terasa menyapa terlalu dini, tahu-tahu sang waktu menunjukan pukul sepuluh malam. Resort yang mereka sewa memiliki dua kamar dan keduanya berada di lantai dua dengan dinding kaca yang di buat menghadap ke arah pemandangan cantik.

Seokjin dan Taehyung berada dalam satu kamar dan Taehyung tengah terkekeh setelah kakaknya melepas cumbuan mereka. Taehyung merasa amat lega. Dia menatap berbinar pada keberadaan kakaknya malam ini di atas tubuhnya. Berharap ini bukan mimpi, seolah kakaknya itu dikembalikan lagi padanya setelah pergi jauh. Taehyung mengeratkan pelukan pada leher Seokjin, menarik senyum manis lebih lebar sebagai rasa syukur. Kini dia tak kehilangan kakaknya.

Seokjin terbius, senyuman Taehyung adalah racun. Yang lebih tua mulai mengecupi leher adiknya. Taehyung menengadah, memberikan Seokjin akses lebih untuk menodai permukaan kulitnya. Kaus berwarna baby blue Taehyung ditanggalkan saat merasa kain itu mengganggu. Kecupan Seokjin berubah menjadi gigitan-gigitan kecil di dada yang lebih muda. Tak menutup kemungkinan menimbulkan ruam keunguan kecil disetiap sapuan bibir tebal itu.

Taehyung merasa amat senang dan terasa lengkap. Malam ini Seokjin bermain dengan sangat lembut, terasa gentle dan Taehyung merasa sangat berharga karena sikap kehati-hatian Seokjin yang tidak ingin menyakitinya. Meski agak tersiksa karena tidak bisa berteriak kencang saat sentuhan Seokjin terlalu menggoda dan Taehyung hampir tak tahan untuk menjeritkan nama pemuda itu.

***

Setengah mati Taehyung menjaga matanya tetap terbuka kala kegiatan mereka usai. Sepertinya sudah lewat tengah malam, namun Taehyung terlalu takut kehangatan ini akan hilang kembali jika dia memejam.

"Tae, kau bilang katakan saja, 'kan?" Seokjin membuka mulutnya setelah sekian menit keheningan hampir merenggut kesadaran Taehyung. Pemilik surai merah yang kini basah oleh keringat itu mengangguk pelan. "Aku mau bilang ... jika aku menyukai seseorang," Taehyung berusaha mendengar ucapan Seokjin dengan baik, "orang lain," Taehyung membuka matanya lebar, "seseorang yang magang di kantorku."

Taehyung rasa telinganya berdenging. Suara tik-tok sang waktu bagai menertawakannya. Bulan di luar jendela juga seolah tengah tersenyum remeh padanya. Timbunan salju tebal di tepi jalanan depan resort saling menyuarakan ledekannya untuk Taehyung.

"Rose?" Namun hanya nama itu yang bisa diucap Taehyung. Seokjin tak berani menatap adiknya, dia memalingkan wajah menatap jendela besar di hadapan ranjang.

You're My FearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang