4

434 68 6
                                    

Chapter ini agak bertele-tele, gaes. Dan dramaaa sekaleee. Mohon bersabar :-)

Enjoy~

| A Love from Snow |❄

Keadaan selama perjalanan pulang hening. Tak satu pun dari Kevin mau pun Chanhee yang berniat membuka percakapan apa pun. Chanhee masih merasa gugup masalah coklat, sedangkan Kevin tak mau bicara kecuali Chanhee yang memulai. Tapi pria berambut kemerahan itu masih enggan berhenti mengartikan tingkah Chanhee.

Kenapa anak itu diam sekali? Apa dia sedih? Apa coklatnya ditolak? Pemikiran itu membuat Kevin benar-benar kesal. Hanya saja ia tetap tak ingin bicara sebelum Chanhee yang menceritakannya terlebih dulu.

Akhirnya keduanya berhasil bertahan dengan keheningan itu sampai di rumah. Kevin yang masuk ke ruang tengah lebih dulu, langsung membuka coat dan syalnya, kemudian mengistirahatkan dirinya di sofa. Sedangkan Chanhee, masih berdiri di depan pintu memperhatikan Kevin. Ia tak bergeming sedikit pun dari tempatnya selama semenit. Dan akhirnya, Kevin menyadari sikap Chanhee yang menurutnya sudah kelewat aneh itu. Ia pun berdiri dari sofa, kemudian mendekati Chanhee, dan berdiri di hadapannya dengan memasang wajah kesal.

"Baiklah, aku mulai benar-benar merasa kesal. Apa kau bermaksud untuk menyimpan sikap diam ini selamanya, Choi Chanhee?"

Mendengar itu, Chanhee menunduk. "Ma- maaf…"

Kevin menghela nafas.

"Kenapa malah minta maaf?" Tanya Kevin sambil meraih surai legam Chanhee dan mengusapnya lembut. "Dengar, aku tidak bermaksud untuk memarahimu dengan perkataanku tadi. Aku hanya tidak terbiasa dengan sikap diammu itu. Biasanya sepulang sekolah, kau yang akan langsung menceritakan kegiatanmu selama di sekolah. Tapi hari ini kau sangat berbeda. Dan aku takut sesuatu terjadi padamu lagi di sekolah."

Nada bicara Kevin terdengar khawatir. Chanhee tak mau membuat Kevin merasa demikian. Ia pun menarik nafas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Kemudian ia membuka ransel yang sedari tadi masih bergantung di punggungnya. Kevin hanya memperhatikan dengan bingung. Namun kebingungannya beralih menjadi amarah ketika ia lihat sebuah kotak yang Chanhee keluarkan. Niatnya untuk meredam suara agar tidak membuat Chanhee makin down pun sirna.

"Chanhee, apa coklatmu tidak diterima?" Kevin mecengkram bahu Chanhee, namun tetap mencoba untuk tidak menyakitinya.

Chanhee terkejut dengan pertanyaan—yang lebih mirip penyataan—dari Kevin itu. Oh, tidak. Jangan sampai Kevin salah paham.

"Tidak, Kevin. Ini—"

"Beri tahu aku yang mana orangnya! Biar kuhajar orang itu!"

"Kevin! Tenanglah dulu!" giliran Chanhee yang menyengkeram bahu pria di depannya itu. "Dengarkan dulu ceritaku! Tadi kau bilang kau ingin dengar aku bicara, kan?"

Kevin menatap mata Chanhee. Ada yang aneh. Tatapan Chanhee tidak seperti orang yang bersedih. Sebaliknya, Chanhee seperti ingin menceritakan hal baik.

"Maaf. Baik, mulailah."

Chanhee tersenyum, kemudian matanya kembali menatap kotak di tangannya. Kevin menyadari senyum di bibir Chanhee melebar sekitar satu atau dua senti.

"Kau tahu, anak-anak yang menjahiliku? Wooseok dan kawan-kawannya."

Mendengar nama itu, Kevin kembali naik pitam.

"Apa yang mereka lakukan padamu? Mereka menjahilimu lagi dengan kotak ini? Apa kau baik-baik saja? Apa—"

"KEVIN!"

[KEVIN X NEW] A Love from SnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang