[KEVIN X NEW] A Love from Snow

6 - END

Chap terakhir neh gaes~

❄| A Love From Snow |❄

Usai Kevin bercerita, lelaki itu menatap sang lawan bicara. Mata Chanhee masih asik tertuju pada bagian telinga Kevin. Si rambut kemerahan mencoba mengalihkan pandangannya. Ia tahu apa yang ada di otak Chanhee saat ini. Kevin hanya tak mau anak itu berpikir bahwa ini masih kesalahannya.

"Sayangnya luka ini tak bisa hilang. Karena itu, selama dua hari kau mengikutiku kemana-mana tanpa henti meminta maaf. Padahal sudah berkali-kali kubilang sudah dimaafkan." Kevin terkekeh pelan mengingat kejadian itu. "Pada akhirnya, kita berteman untuk beberapa minggu sampai aku pindah sekolah. Dan selama itu pula, tak ada yang berani melukaimu karena aku selalu bersamamu, bukan?"

"Kau... Kau Moon Hyungseo?" pertanyaan Chanhee hanya terbalas oleh senyum singkat.

"Tapi beberapa bulan kemudian, aku harus pindah keluar kota dan aku kehilangan kontakmu. Karena kalau kuingat-ingat, kita memang tidak pernah bertukar nomor. Selama dua tahun itu, aku bertanya-tanya. Bagaimana kabarmu, apa yang sedang kau lakukan, dan apa kau kembali di-bully atau bagaimana. Aku tak tahu semua itu. Maafkan aku, karena meninggalkanmu tanpa kabar dan membuatmu kembali dikerjai oleh anak-anak itu."

"Tu-tunggu!" Chanhee menghentikan celotehan Kevin, atau yang sekarang ia ketahui adalah Moon Hyungseo, pahlawannya saat kelas satu SMU. "Aku masih tak mengerti. Kalau kau memang Moon Hyungseo, lalu kenapa kau berpura-pura menjadi jiwa dari manusia salju?"

Tak langsung terjawab. Sosok di hadapan Chanhee tampak berpikir.

"Aku merindukanmu. Tapi di saat yang sama, aku tak tahu bagaimana harus menghadapimu. Aku tak tahu bagaimana harus meminta maaf setelah pergi begitu saja tanpa mengabarimu sama sekali. Aku dapat alamat rumahmu dari Juyeon, temanku dari sekolah dulu. Katanya dia menanyakan pada guru, entah dengan iming-iming apa. Jadi pada hari itu, aku hendak menemuimu langsung di apartemen."

❄| A Love From Snow |❄

"Ya, aku sudah sampai." Hyungseo berhenti melangkah dan berdiri di depan sebuah pintu apartemen.

"Baguslah. Semoga pertemuanmu dengannya berhasil!" ujar seseorang yang ada di seberang telepon.

"Um. Terima kasih, Juyeon ."

"Ya."

Setelah sambungan terputus, Hyungseo memasukkan ponselnya ke dalam saku coat putih yang ia kenakan. Kemudian dengan agak ragu memencet bel.

Tak ada respon apa pun dari dalam rumah. Hyungseo mencoba lagi. Namun tetap nihil. Hyungseo menghela nafas pasrah. Nampaknya tak ada orang di rumah.

Pria itu pun melangkah keluar dari gedung apartemen. Ia pasrah. Namanya juga percobaan pertama. Lagi pula Hyungseo juga tak tahu jadwal keseharian orang yang akan ia temui itu. Kalau tidak salah hari ini hari terakhir masuk sekolah sebelum libur panjang musim dingin. Mungkin anak itu belum pulang dari sekolah.

Sembari berjalan menyusuri trotoar, ada tiga pilihan yang masuk ke otaknya. Pertama, mencoba datang lagi besok. Tapi Hyungseo ingin cepat-cepat bertemu dengannya. Kedua, mendatangi sekolahnya. Tapi Hyungseo tak ingin bertemu para guru yang mungkin ketika melihatnya, akan menggagalkan pertemuannya dengan orang itu. Kalau begitu yang terakhir, menunggunya di depan apartemennya. Hyungseo berbalik. Rupanya kakinya sudah melangkah kepalang jauh dari gedung apartemen sederhana itu.

Pria berambut kemerahan itu menghela nafas. Sudahlah, bertemu besok juga tidak apa-apa. Toh, ia masih punya banyak waktu.

Mata tajamnya teralihkan ke sebuah taman yang hanya beberapa langkah jaraknya dari tempat ia berdiri. Melihat lampu-lampu serta hiasan-hiasan khas natal membuatnya tersenyum. Apa lagi dengan anak-anak yang sedang bermain di sana. Hyungseo suka anak-anak. Mereka manis dan polos. Tak punya beban apa pun di otak dan hati mereka. Dengan melihat anak-anak saja, rasanya beban hati dan pikiran Hyungseo sirna begitu saja.