Jin termenung dalam kamarnya.
Ditembok atas pintu, jelas terpampang fotonya bersama Eunra dengan bahagia. Foto yang sama sekali Jin tidak bisa lupakan.
Perlahan, air matanya menetes mengingat setiap kenangan dari Eunra. Meski tanpa sengaja setiap kenangan dari gadis itu tidak selamanya bahagia.
Tidak mungkin ia dapat memiliki Eunra sepenuhnya.
Sepuluh menit lalu, jelas-jelas SeokJin menelfon Eunra yanh justru sedang berdua bahagia dengan Kyung So.
Pria berwajah imut itu berhasil menarik perhatian Eunra, sedangkan ia yang nampak dewasa justru semakin membuat Eunra menganggapnya sebagai kakak.
SeokJin juga manusia. Jiwa ingin lebih dari ini setiap hari ada saat bersama Eunra, ingin memiliki gadis itu.
Ia melirik beberapa barang yang sudah siap untuk dibawa pulang lagi ke Seoul.
Kakek satu-satunya telah meninggal, mengikuti neneknya juga yang sudah meninggal sekitar empat tahun yang lalu.
Dan sekarang, SeokJin benar-benar sendiri. Tidak ada lagi kakeknya yang selalu siap mendengar penuturan Jin mengenai Eunra. Selalu memberi semangat pada Jin.
Jin benar-benar terpukul dengan perginya sang kakek. Berarti hidupnya akan benar-benar sendiri. Sementara Taehyung dan Jennie sudah bahagia dengan kehidupannya masing-masing.
Jangankan bahagia, tertawa tulus saja Jin sudah jarang memberikannya kecuali untuk Eunra.
Ia benar-benar lelah dengan semua ini sedari dulu. Tapi, kesabarannya terus yang menyemangatinya, memberinya suatu cahaya bahwa mungkin suatu saat Eunra akan sangat mencintainya.
Tapi kenyataannya? Dia justru hanya menerima kepahitan dalam hidup ini.
Hanya dijadikan Eunra sebagai sandaran kala sedih.
Dijadikan pulau untuk berlabuh sementara saat sedih.
Dijadikan sebuah destinasi kebahagiaan saat Eunra memiliki kekasih.
Jin bukanlah pria diluar sana, dia bukan pria yang romantis. Apalagi menggoda gadis-gadis dengan kata-kata manis.
Perlakuannya yang perhatian sudah cukup membuktikan bahwa Jin itu mencintainya.
Sayangnya, itu selalu saja salah dimata Eunra. Kelakukan SeokJin justru lebih menjadi seorang kakak dibanding perlakuan manis.
Jin ingin lari dari semua ini. Rasanya ia hanya ingin menyendiri untuk saat ini.
Meninggalkan semuanya perlahan.
Rasanya pria itu ingin sekali untuk,
Bunuh diri.
****
"Hani kau memang seperti malaikat."
Jimin mengacungkan dua jempol untuk Hani. Mengerling mata nakal.
Lalu, tangan besar menutup wajah Jimin sepenuhnya. Hingga ka sedikit terdorong kebelakang.
"Jangan dengarkan si kurcaci ini. Hobinya memang menggoda. Tapi lihatlah, jangan tertarik padanya. Badannya pendek, tangannya juga sama. Sudah begitu gila lagi."
Jimin menyingkirkan tangan Suga dengan kasar. Wajahnya nampak kusut akibat ulah Suga.
Sementara Hani hanya terkekeh melihat kedua perilaku Jimin dan Suga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Korea, Train Express
FanfictionLima tahun lalu, tahun 2014. Kisah pertemuanku dengan Kim Taehyung secara tidak wajar. Kami bertemu lewat kereta api Korea Train Express menuju Seoul. Pertemuan yang aneh menurutku, karena bagaimana bisa Taehyung seorang koki terkenal bisa naik kere...