01

178 10 0
                                    

Alina

Waktu menunjukkan pukul 09.30 p.m meskipun begitu aku masih berkeliaran dijalan. Aku terus menelusuri jalan yang sepi ini dengan kecepatan tinggi, inilah kebiasaanku ketika aku banyak pikiran atau masalah aku bakal melepaskan semuanya termasuk amarahku dengan cara kebut-kebutan dijalan, tak jarang pula aku mengikuti balap liar. Tiba-tiba aku melihat motor sport berwarna hijau di semak-semak aku kenal betul dengan motor itu, motor itu milik Anne. Apa Anne jatuh? Tapi itu tidak mungkin, dia adalah temanku yang paling jago dibidang motor sport. Dengan hati-hati aku menepikan mobilku dan turun untuk mengeceknya.

"Anne itukah kau?" Tanyaku memastikan.

"Ya, ini aku Anne. Siapapun itu tolong aku." Jawabnya.

"Bagaimana bisa kamu masuk ke semak-semak itu hah? Bukanya kamu lebih jago dari aku? Haha." Aku tertawa karena baru kali ini aku melihat seorang Anne minta tolong padaku.

"Diam! Jangan tertawakan aku seperti itu! Cepat bantuin aku!? Bawa aku ke rumah sakit" Pintanya.

"Baiklah" dengan cekatan aku menitah tubuhnya yang lemas menuju mobilku. Aku khawatir pada Anne dia jarang seperti ini padaku pasti ada sesuatu yang terjadi.

Aku menjalankan mobilku dengan kecepatan rata-rata, tidak terlalu cepat seperti sebelumnya. Tak butuh waktu lama untuk sampai di RS. Elisabeth karena jaraknya tidak jauh dari tempat kejadian. Kemudian aku berhenti tepat didepan ruang IGD dan beberapa perawat sudah menghampiri mobilku kemudian mereka membawa Anne masuk kedalam. Setelah itu aku memarkirkan mobilku asal dan sebelum aku turun dari mobil, aku mengambil tasku dibelakang jok kemudi yang sialnya aku lupa tidak membawa tasku. Didetik selanjutnya aku segera menelphone kakakku agar dia datang dan membayar tagihannya

"Hallo kak?"

"..."

"Aku sedang di Rumah Sakit Elisabeth dan aku lupa nggak bawa dompet. Bisakah kakak datang kesini?"

Setelah itu tak ada jawaban darinya. Aku yakin dia pasti langsung khawatir dan langsung bergegas rumah sakit. Pasti dia mengira aku yang sedang sakit

***

Steven

"Mate mate mate!" Seru grey didalam sana, membuatku pusing

"Diam!, Kau membuatku pusing"

"Apa kau mencium baunya steve?"

"Ya tentu aku mencium baunya! Kau.."

"Ayo buruan aku pengen liat wajahnya pasti dia sangat cantik." Belum sempat aku melanjutkan perkataanku grey langsung menyerbuku dan akupun langsung memutuskan mindlink kami. Biarkan saja, itu salahnya karena memotong pembicaraanku.

Dengan langkah yang panjang aku berjalan menuju IGD sambil tergesa-gesa karena khawatir apa yang terjadi pada mateku, aku berharap dia baik-baik saja.

Pemandangan tak sedap langsung menusuk mata dan hatiku, wanita yang aku yakin dia adalah mateku sedang berpelukan dengan seseorang yang mungkin dia seumuran denganku.

Setelah jarakku dengan mereka sudah dekat, aku mengenali siapa pria tersebut

"Renant!?" Aku memanggilnya

"Hey! Steve sekarang kau di sini?" Tanya nya

"Iya, lalu sedang apa kau disini?" Tanyaku balik

"Ouh, ini teman dari adiku jatuh dari motor dan mungkin dia sedang sakit juga" Sambil merangkul perempuan disampingnya.

Aku bernafas sangat lega karena mateku ternyata adiknya, aku kira pacarnya. Mereka sangatlah mesra apalagi waktu pertama kali lihat mereka berpelukan tadi. Tetapi tetap aku tidak terima jika mateku dirangkul oleh seseorang pria sekalipun itu kakaknya sendiri.

"Baiklah, sebentar aku akan memeriksanya. Dan nanti aku akan kembali lagi ke sini"

10 menit kemudian...

"Jadi kau sekarang tinggal disekitar sini nan?" Tanyaku pada Renant

"Tidak, aku masih tinggal di Wonosobo. Kebetulan aku ada tugas di Semarang, kau jadi dokter sekarang?"

"Iya, kau tau bukan aku ingin sekali jadi dokter waktu itu. Renant kau tak ingin mengenalkan perempuan cantik disampingmu itu, ya Tuhan kenapa Renant jadi pelit gini ya"

"Ooh ya maaf aku lupa, kenalkan ini Alina"

"Lin, ini Steven dia sahabat yang udah kayak saudara kakak sendiri, jadi anggap dia kakak kamu juga ya" Kemudian kami berjabatangan, astaga hanya menyentuhnya saja jantungku berdetak tak karuan.

"Kak, aku ngantuk tapi aku kesini bawa mobil gimana?" Kali ini Alina bersuara, mungkin dia memang jarang berbicara karena dari tadi dia tidak berbicara sama sekali.

"Kau bisa menitipkanya padaku, aku shift malam hari ini jadi besok setelah aku selesai shift aku dapat langsung mengantarkan mobilnya" Tawarku sakaligus modus agar aku mendapat alamatnya, hebatkan aku.

"Baiklah, sebentar sweet aku akan membayar tagihan biaya rumah sakit dulu. Kau bisa menunggu dimobilku"

Setelah Renant membayar biaya rumah sakit, kemudian aku mengantarnya sampai ke parkiran.

"Baby kunci mobilnya mana?" Sedetik kemudian Alina melempar kuncinya padaku
"Dasar tidak sopan" gerutu Renant sambil mengacak-acak anak rambut milik Alina, sungguh aku tidak terima.
"Baiklah Renant, hati-hati dijalan" dan jaga mateku aku mengucapkannya hanya dalam hati

***

Alina POV

5 menit yang lalu Renant datang dan ia langsung memelukku. Aku tak habis pikir kenapa dia selalu khawatir jika terjadi sesuatu padaku, padahal aku selalu mengatakan bahwa aku baik-baik saja. Seakan dia tau apa yang terjadi, sekalipun aku berbohong ia tau.

"Siapa yang sakit? Kenapa kau tak bilang jika kau baik-baik saja hmm" kata renant yang masih memelukku

"Temanku, kau saja yang selalu berlebihan mengkhawatirkanku. Tadi aku belum selesai berbicara kau sudah mematikan telfonnya" jawabku

"Renant!?" Seseorang memanggilnya, dan dia akhirnya melepas pelukannya

"Hey! Steve sekarang kau di sini?" Tanya Renant

"Iya, lalu sedang apa kau disini?" Tanyanya balik, ia mengenakan jas putih layaknya dokter.

"Ouh, ini teman dari adiku jatuh dari motor dan mungkin dia sedang sakit juga" jawabnya enteng sambil merangkulku

Kemudian orang itu pergi untuk memeriksa Anne sekaligus beberapa pasien yang sudah berdatangan dari tadi. Sekitar 10 menitan dia datang kembali dan mereka sedang berbincang-bincang. Aku hanya diam, sampai kakakku mengenalkanku padanya

"Ooh ya maaf aku lupa, kenalkan ini Alina" dan aku hanya diam

"Lin, ini Steven dia sahabat yang udah kayak saudara kakak sendiri, jadi anggap dia kakak kamu juga ya" lalu kami berjabatangan, setelah itu aku diam lagi. Rasa kantuk sudah mulai menyerangku akupun meminta agar Renant mengantarku pulang.

"Kak, aku ngantuk tapi aku kesini bawa mobil gimana?" Pintaku pada Renant

"Kau bisa menitipkanya padaku, aku shift malam hari ini jadi besok setelah aku selesai shift aku dapat langsung mengantarkan mobilnya" Tawar dr. Steven

"Baiklah, sebentar sweet aku akan membayar tagihan biaya rumah sakit dulu. Kau bisa menunggu dimobilku" Kakaku menerima tawaran Steven dan menyetujui untuk pulang karena aku udah ngantuk

Setelah itu kak Renant pergi untuk membayar tagihan rumah sakit dan menyuruhku untuk ke mobil duluan.






****



Jangan lupa vote dan komen yaa
Terima kasih
Tbc

My Violet MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang