Breakfast.

609 110 41
                                    

Ini adalah hari pertama masuk sekolah di awal semester baru.

Aku sudah siap dengan seragam ku. Setelah memasang dasi, aku pasang name tag bertuliskan 'Kim Yuna' di bagian seragam sebelah kiri. Setelah itu aku segera turun ke bawah untuk berangkat ke sekolah.

"nuna, ayo sarapan dulu. Aku udah siapin."

Aku berhenti, aku menengok ke arah meja makan.

Ya itu suara jeon doyum, dia berdiri di samping meja makan sedang mengangkat roti dari toaster.

"nuna cepat makan dulu." dia menghampiriku dan menarik tanganku untuk ikut kearah meja makan dengan dia. Dia menarik kursi dan memaksa ku duduk di kursi.

"tapi yum, ini udah jam berapa. Aku bisa kesiangan kalo sarapan dulu. Halte juga pasti bakal lebih penuh kalo aku telat berangkat." ini menjadi alasan kenapa aku jarang sarapan di rumah ketika berangkat sekolah.

"tenang nuna, ayahku meminta seorang supir untuk mengantar kita ke sekolah. Nuna gak perlu berangkat terlalu pagi dan naik bus lagi. Sekarang ayo sarapan dulu."

Dia menaruh sebuah roti yang sudah diolesi nutella di piring ku.

"habiskan ya." katanya sambil menuangkan susu ke gelas ku dan gelasnya sendiri kemudian duduk di kursinya.

Aku termenung diam. Aku masih ragu untuk berangkat bersama doyum atau tidak. Roti yang dia sediakan belum ku sentuh sama sekali. Banyak sekali yang ku khawatirkan hanya dengan membayangkan aku berangkat bersama dia. Bagaimana jika teman teman ku mengira yang tidak tidak denganku.

"nuna, aaaaa~" dia memegang sebuah garpu dengan potongan roti yang diarahkan kedepan mulutku.

Aku tetap terdiam hanya memperhatian potongan roti tersebut tanpa ada niat untuk memakannya.

"aku gausah berangkat sekolah aja lah kalo nuna gamau sarapan gini."

Aku kaget ketika doyum bilang begitu. Langsung saja aku makan roti yang ada didepan ku tersebut.

Akan jadi apa aku kalo ayah doyum tau doyum tidak mau berangkat sekolah karna merajuk. Sedangkan ayahnya memang dengan sengaja membuat kami tinggal bersama karna ingin aku menjaga anaknya ini.

"habiskan rotinya nuna, setelah itu kita berangkat." katanya tegas tanpa menoleh ke arah ku dan tetap fokus pada sarapannya.

Doyum yang manja saja sudah menyebalkan, tapi doyum yang marah setelah merajuk jauh lebih menyebalkan dengan muka kesalnya itu. Susah untuk tidak menuruti kemauan anak manja ini ckck.

👉👈

Hello~
Gimana dengan respon chapter 2 ini hm? Suka ga kalian?
Ada kurang sesuatu? Boleh kasih saran + masukan kok ;)

Hope you like it hehe. Jangan lupa vote & comment ya gengs ❤

Just Little Shit Called Jeon Doyum (Under Nineteen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang