“Abigail, aku suka sama kamu, jadi pacarku ya?” Aku sangat deg-deg-an sampai aku rela mati jika di terima.
“*tersenyum* Terima kasih karena kamu telah mengeluarkan aku dari kesendirian yang selama ini menemaniku. Aku bersyukur karena telah di sayang olehmu. Dan selama 1 bulan kemarin bagaikan mimpi indah,” aku sudah sangat senang, karena itu adalah jawaban yang bagus. Rasanya aku telah sampai ke surga... “Tetapi, tidakkah kamu berfikir, cara membangunkanku dari mimpi indah itu terlalu kejam? Aku tidak mengerti, tetapi aku baru sadar, kalau tidak hanya kamu yang pernah mencoba mendekatiku. Tetapi hanya kamu yang menjeratku begitu erat. Aku membencimu! Jangan gangu kehidupanku yang damai lagi!” dia membentakku dengan wajah yang memerah dan mata yang menahan bendungan air.
Aku yang sudah sampai di surga, rasanya di puku oleh sebuah tinju yang sangat besar dan keras, dan lagi sayapku yang membawa ke surga tersebut di robek paksa. Dan aku jatuh ke inti bumi. Seluruh tubuhku menegang mendengar penyataan yang dia lontarkan barusan. Otakku membeku, terutama hatiku, pecah berkeping-keping. Aku sampai lupa cara bernafas.
Abigail berlari ke tempat duduknya, di pojok kelas. Aku menggapai tangannya dan menahannya. Karena aku tidak mengerti kenapa dia sekejam itu padaku.
“Abigail, apa salahku?” Aku berusaha menatap matanya. Mencari dimana letak kesalahanku. Dia menundukkan kepala dan menutupi matanya dengan poni. PLAK! Dia menamparku, bekas tangannya tercetak jelas di wajahku.
“Jangan sentuh aku lagi. Aku tidak ingin menjadi pengganti dan aku tidak ingin melihatmu lagi. AKU MEMBENCIMU” kata-katanya bergetar dan sanggup membuat tubuhku kembali membeku. Tangannya terlepas dari genggamanku. Saat aku ingin mengejarnya kembali, tubuhku di tahan oleh ketua kelas karena guru sudah masuk. Dan terpaksa aku duduk dan harus menunggu waktu pulang. Saat pulang adalah saat tersulit. Setelah berdoa aku mendapati Abigail sudah menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Destiny
Teen FictionChrist sang laki-laki yang selalu di tunggu oleh Abigail dengan janjinya yang 'akan kembali'. Tapi ternyata penantian tersebut adalah sia-sia. Dan dengan sedih Abiagil pergi dari kota dan meniggalkan kenangan bersama 'pangeran salju'nya itu. Tapi te...