sunshine series #2

31 3 0
                                    

"How did it get so late so soon?"

(dr. Seuss)

•••

Malam ini cerah. walau cahaya dari bumi kian menginvasi, aku masih dapat melihat tebaran gemintang di kanvas hitam. Aku senang. Di sekitaran ibukota, mana bisa melihat banyak bintang begini. Di sana parah, hampir tiap hari kelabu suram. Polusi ibukota memang sudah tidak tertolong ya?

"KIRA!"

Aku tersentak dari lamunanku. Oh, ternyata kamu, Mika. Lengkung senyumku seketika hadir melihat kedatanganmu.

"Udah lama, ra?" Raut bersalah terlihat jelas di wajahmu.

Kenapa mesti merasa bersalah sih, Mika. Padahal aku tak masalah walau harus nunggu kamu lebih lama lagi. Aku jadi geli sendiri melihat raut wajah kamu. Tak apa ya bila aku mengerjai kamu sedikit?

"Hmm," balasku sekenanya. Aku kembali mengalihkan pandanganku ke langit.

"Marah ya? Maaf, aku tiba tiba tadi ada rapat," ucapmu kembali. Aku memilih tetap mendiamkan kamu.

"Raa," panggil kamu, memelas. Aku terus diam walau dalam hati menertawai kamu.

"Ngeliatin apa sih sampe nyuekin aku?"

"Raa,"

"Kiraa, aku beliin gelato gimana? Tapi berhenti ngambeknya," bujuk kamu pada akhirnya.

Yes! Gitu sih dari tadi, Mika. Kan bahagia akunya dapat gelato gratis. Aku langsung menoleh senang menatap kamu.

"Dua?" Aku menawar jumlahnya. Kamu tersenyum geli lalu mengacak rambutku gemas.
 
"Dasaar bocah. Baik, dua matcha gelato gratis untuk adik kecil."

Kamu lalu memimpin jalan sedangkan aku mengikuti kamu di belakang.

Tahu tidak, Mika, katanya laki laki gentle itu berjalan di samping perempuan. Tapi aku tidak keberatan malah kalau kita seperti ini. Memandang punggung kamu entah mengapa menjadikan aku bahagia.

"Mikaa, kita mau kemana sih. Jauh banget jalannya," keluhku. Kita sudah berjalan sepuluh menit, tapi tidak ada tanda tanda kamu akan berhenti.

Kamu membalikkan badan menghadapku. Seringai kecil di wajahmu seolah mengejekku.

"Gimana mau ikut mapala coba, kalo jalan segini aja udah capek," ujarmu. Seketika mataku menyipit tidak suka. Kamu malah tertawa, Mika. Lalu tiba tiba kamu berjalan menghampiriku.

"Gitu aja ngambek, sini tangannya?" Kamu menjulurkan tangan kepadaku.

Aku menatap tangan kamu dengan bingung. Maksudnya apa sih, Mika? Kamu minta tangan aku atau apa?

Kamu yang tidak sabar melihat keterdiamanku langsung mengeluh, "dasar lola" dan meraih cepat tanganku serta menggenggamnya. Kamu lalu lanjut berjalan, yang mau tidak mau aku mengikutinya.

Aku diam diam tersenyum senang dan sesekali melirik kamu. Ah Mika, sering-sering ya begini?

Tidak lama kemudian, kamu melepas genggaman kamu.

"Nih udah nyampe, kedai gelato terenak di kota ini, yuk masuk!" kamu berjalan masuk mendahului dan menahan pintu untukku.

"Kamu duduk aja, aku yang pesenin. Dua eskrim matcha kan?" Tanyamu memastikan. Aku menganguk senang.

Kamu lalu berjalan ke meja kita dengan membawa dua cup gellato. Aku memandang kamu bingung.

"Mika, dua duanya aku? Kamu pesen apa?"

"Enggak ah, lagi gak pengen."

"Ih kalo kayak gini aku gak enak."

"Ngeliat kamu makan aja aku udah kenyang kok,"

"Bilang aja lagi akhir bulan, kantong menipis." Kamu tertawa kencang mendengar kalimatku.

"Dasaarr, tau aja," ucapmu lalu mengacak rambutku heboh.

"Ih Mika, berantakan kan." aku menghalau tanganmu dari rambutku. Kamu hanya terkekeh pelan.

"Disini cuman ada gelato, Ka?"

"Iya kayaknya, gak tau juga,"

"Oh oke."

Aku lalu bangkit dan berjalan ke arah konter untuk memesan. Aku menunggu hingga pesananku dibuat lalu melangkah ke arah meja.

"Wih apaan tuh?"

"Gelato buat kamu, traktiran aku."

"Kok satu, dua juga dong nraktirnya."

"Yee dasar dikasih hati minta jantung," kamu tertawa pelan.

"Kenapa coklat?"

"Yah kamu gak suka? Abis aku gak tau kamu suka apa, jadi yah aku pikir coklat is the safe choice. Hampir semua orang suka rasa coklat kan?"

"Gapapa kok, suka suka aja aku mah,"

Kita lalu memakan gelato diselingi obrolan tentang berbagai macam hal.

"Ka," panggilku pelan.

"Iya?"

"Aku besok pagi udah balik."

"Iya udah tau kok" kamu menjawab tak acuh. Sejenak hening melingkupi kita, sebelum akhirnya aku memberanikan diri bertanya kepada kamu.

"Hmm, kamu gak mau bilang apa apa gitu?"

"Memang, kalau aku bilang jangan pulang, kamu gak akan pulang gitu?" Kamu meletakkan sendok gelatomu, dan menatapku lembut. Mika, tolong bilang kalau mukaku sekarang tidak terlihat seperti kepiting rebus.

"Yah, memang sih, aku pasti pulang juga," jawabku pelan.

"Nah makanya, percuma juga kan," ucapmu, lalu kembali menyendokkan gelato ke mulutmu.

"Mikaa, aku gak mau pulang," rengekku sambil menyandarkan dagu di meja.

"Aku juga gak mau kamu pulang, orang belum puas aku ajak kamu keliling"

"Kamu sedih gak mika aku pulang?"

"Yah sedih, cuman kita masih bisa kan telfonan?"

"Iya juga sih," aku mengiyakan lesu.

"Udah gak usah cemberut gituu, cepet abisin gelatonya, aku mau ngajak kamu jalan nih," perintahmu kepadaku.

Dan sisa malam itu, kita habiskan dengan obrolan panjang serta candaan mika. Mikaa, aku jadi tak ingin kembali ke ibukota. Ingin terus bersama kamu seperti ini. Tidak bisa ya?

A.N
Images cr : makanjogja

Sunshine SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang