Sunshine Series #3

27 1 0
                                    

"I guess they're called moments because they don't last very long."

(Sarra Manning, You Don't Have to Say You Love Me)

•••

"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada...." belum sempat operator menyelesaikan kalimatnya, aku sudah menyentuh tombol end call di handphone-ku.

Mikaa, kamu kemana sih? Aku bergerak gelisah, berulang kali melihat handphone di tanganku berharap muncul notifikasi yang menandakan pesan dari kamu. Harusnya kalau gak bisa nganterin ke stasiun bilang aja gitu sejak awal, toh aku pasti ngerti.

Aku melirik jam di pergelangan tanganku. Setengah jam lagi keretanya berangkat. Mungkin aku lebih baik berangkat sekarang. Aku melangkahkan kakiku ke meja resepsionis.

"Mba, nanti kalau ada yang mencari saya, tolong bilang ya saya sudah berangkat ke stasiun," ucapku sambil mengulas senyum sopan.

"Oh baik, kalau boleh tahu nama mba siapa ya? Nanti biar kami tahu bila ada yang mencari mba," salah satu resepsionis yang berwajah ayu khas perempuan jawa itu bertanya kepada ku.

"Kira mba, Kirana Adisty,"

"Baik mba Kira, nanti akan kami sampaikan pesan mba Kira jika nanti ada yang menanyakan tentang mba Kira ya," aku mengucapkan terimakasih sebelum berlalu menuju pintu keluar.

Lima menit lagi keretaku berangkat. Aku sendiri telah sampai di stasiun sejak lima menit lalu. Rasanya berat ingin melakukan boarding sekarang. Iya, aku masih menunggu kamu Mika. Mataku sibuk memperhatikan sekitar, kali saja kamu muncul entah dari mana.

Sepertinya takdir berbaik hati kepada ku, Mika. Aku melihat kamu berlari ke arahku. Sontak, senyumku mengembang melihat kedatanganmu Mika. Peluh di wajahmu dan nafasmu yang terengah-engah membuat aku tertawa kecil.

"Kamu lari dari mana, Mika?" Tanyaku langsung begitu kamu berhenti di hadapanku.

"Dari hotel kamu, Ra. Resepsionisnya bilang kamu baru aja ke stasiun sepuluh menitan yang lalu pas aku nyampe."

Aku tertawa tidak menyangka mendengar jawaban kamu Mika. Tapi aku senang kok melihat usaha kamu.

"Niat banget sih Mikaa. Kan aku udah nitip pesan kalo aku udah ke stasiun. Padahal mah balik aja kali ke kos atau gimana."

"Yah aku kan udah janji, Kiraa."

"Emang tadi kamu kemana?" Aku bertanya penasaran.

"Ada rapat dadakan aku, Raa"

"Ohh iyaudah"

"Kereta kamu berangkat kapan?"

"Eh iyaa yaampun, kurang dari sepuluh menit lagi, Kaa. Aku boarding sekarang yaa," seruku panik dan mulai heboh memastikan barang-barangku tidak ada yang tertinggal.

"Santai aja, Kiraa, pelan-pelann. kebiasaan deh kamu," ucapmu sambil menggelengkan kepala geli melihat tingkahku.

"Hehe iyaaa, yaudahh, dahh Mikaa."

Aku membalikkan badan, ingin beranjak pergi. Tiba tiba kamu memanggilku, membuat aku menoleh ingin tahu. Kemudian kamu menghampiri aku, Mika, dan mengacak rambutku.

"Ihhh Mikaa," aku menyeru kesal sementara kamu tertawa pelan. Duh, Mika, jangan seperti itu dong. Jantungku kan jadi mulai heboh karenanya.

"Baik-baik yaa disanaa, jaga kesehatan, jangan bandel, oh iyaa jangan lupa siapin mental buat dikader kating,"

Aku menggembungkan pipi sebal mendengar imbauan terakhir kamu.

"Biasa aja dong ituu pipinyaa," ucapmu sambil mencubit pipiku. Duh Mikaa, muka aku gak merah kan yaa?

"Iyaudah udah kann, aku berangkat yaaa, dah mikaaa," aku sekali lagi pamit kepada kamu, dan mulai berjalan pergi. Tak sampai sepuluh langkah, tiba tibaa..

"Kira," kamu memanggilku kembali. Apalagi sih Mikaa, mulai gemas aku. Aku kemudian membalikan badan menghadap ke arah kamu.

"Apaan lagi?"

"Satu lagi lupa, jangan kangen sama aku," kamu tersenyum menyebalkan. Hih dasar, Mikaa. Aku memutar mata malas, membalikkan badan, dan benar-benar melangkah pergi. Aku dapat mendengar suara tawa kamu, Mika. Ahh Mikaa, untung kamu tidak melihat wajahku yang mulai memerah ini. Sedih ya, Mika, harus kembali pulang itu.

Kapan ya kita akan bertemu lagi?

A.N
Images cr: Riza_Ilyas on tripadvisor

Sunshine SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang