Bib bib bib
Suara alarm yang kusetel agar aku tak terlambat. Aku segera mandi. Tak lama kemudian, aku keluar dengan seragam baruku. Yap, seragam SMA Mentari. "Hari pertama sekolah di kota aku harus datang paling awal" ucapku semangat. Meski ayah dan ibuku ada event ke luar negeri aku cukup mengerti akan pekerjaan rumah. Aku memilih untuk jalan kaki menuju sekolah. Tiba tiba ada anjing yang menggonggong lalu mengejarku. Membuatku panik dan langsung berlari hingga ke pagar depan sekolah.
Karena aku berlari cukup kencang, tanpa sengaja aku menabrak seseorang. Bukan dia yang jatuh, melainkan aku sendiri. "Woy! Kalo jalan juga pake mata. Dasar cupu. Terus seragam gw jadi kotor gini lo harus tanggung jawab!" Tegur orang itu yang malah terdengar seperti bentakan.
"Maaf, aku terlalu panik jadi aku tidak tau ada kamu." Kataku sambil menunduk lalu berdiri.
"Kata maaf ga akan ngubah seragam gw jadi bersih lagi. Lo harus laundryin seragam gue!" Tiba-tiba lelaki yang ada disebelah orang yang kutabrak tadi berkata, "Udahlah Az. Lagian kalo dilihat-lihat, baju lo ga ada yang kotor. Jangan lebay-lebay napa"
Karena aku bingung harus melakukan apa, aku langsung pergi ke kelasku. Aku sudah tau dimana kelasku, kelas 11 IPA 2 karena kemarin, aku sudah survei. Setiba aku dikelas, tiba-tiba ada 3 orang gadis yang menghampiriku lalu salah satu dari ketiganya berkata, "Woy cupu! Lo tadi ngapain Diaz gue hah? Udah salah ga mau tanggung jawab lagi. Gue ga habis pikir ya, kenapa spesies kuman macam lo masih berkeliaran menyebarkan virus. Awas aja kalo nanti Diaz gue sakit gara-gara lo tabrak tadi." Aku hanya bisa menunduk. Tak ku sangka, tiba-tiba cairan bening mulai meluncur dari mataku.
"Karena lo udah bikin seragam Diaz kotor, kayanya seragam lo harus lebih kotor deh." Ucap salah satunya lagi sambil tertawa sinis.
"Girls, jangan gitu dong. Kasian tu dianya nangis." Ucap salah satunya lagi dengan gaya sok dramatis lalu terkekeh setelahnya.
"Ma - ma - maaf, a - ku tadi ga sengaja." Satu tangan terulur kedepan wajahku. Tapi,
Plakk!
Rasanya pipiku seperti terkena wajan yang baru saja digunakan untuk menggoreng. Panas.
"Hahahaha, sip Clau. Good work! Proud of you!" Ujar salah satunya dilanjutkan dengan tawaan mereka.
Kesabaranku sudah diujung. Akhirnya, aku memberanikan diri. "Kenapa kalian malah menamparku! Bahkan diseragamnya tidak ada sedikitpun noda. Dia juga hanya terlonjak dan sama sekali tidak jatuh. Dan asal kalian tau, aku ini bukan kuman! Padahal ini sekolah terkenal. Tapi kenapa pikiran siswanya dangkal?" Kataku spontan. Aku juga tidak menyadarinya. Mulutku seperti bergerak sendiri. Tanpa kusadari, gadis yang tadi dipanggil 'Clau' menamparku lagi dengan sangat kencang hingga tubuhku terhempas. Kepalaku juga membenter ambang pintu.
"Rasain noh! Makannya kalo ngomong sama Claudya Zabrina itu disaring dulu." Katanya lalu meninggalkanku bersama teman-temannya itu.
Karena benturan tadi, kepalaku sedikit benjol dan terasa pusing. Akhirnya, aku memutuskan untuk pergi ke UKS. Tanpa bertanya, aku sudah tau dimana letak UKS. Ya, karena aku sudah survei seperti yang kubilang tadi.
Sesampainya disana, aku segera merebahkan tubuhku dibangkar yang telah disediakan disana. Tak disangka, ternya aku tidak sendirian disini. "Hai! Gue Sheila. Gue petugas PMR yang berjaga saat ini. Ada yang bisa dibantu?" Ucap gadis yang ternyata bernama Sheila itu.
"Apakah ada minyak kayu putih? Kepalaku pusing."
Tanpa menjawab, Sheila mengambilkan minyak yang kuminta tadi lalu memberikannya padaku. "Terima kasih."
Aku segera mengoleskannya ke kepalaku yang terbentur tadi."Apa yang bikin kepala lo benjol gitu?" Tanyanya membuatku gelagapan.
"Eh, a - anu ta - tadi aku ga sengaja nabrak pintu." Jawabku asal sambil menggigit bagian bawah bibirku. Aku gugup.
"Gue tau. Yang bikin kepala lo benjol si Claudya sama temen-temenya kan?" Tanyanya lagi. Aku hanya bisa manggut-manggut samar.
"Gue kasih tau, kalo lo ketemu sama geng Clazing cepet-cepet ngehindar, kalo ngga lo bisa jadi bahan bullyan mereka," Sheila menghembuskan nafas kasar, lalu menarik nafas dalam, dan melanjutkan ucapannya tadi. "Kalo bener yang bikin lo gini mereka, lo pasti udah tau wajah-wajahnya. Yang putih, matanya sipit, dan paling tinggi diantara yang lainnya namanya Clarien. Dia itu sebenernya baik, cuman ya gitu. Dia terpengaruh sama temen-temennya. Terus, yang badannya agak kecilan, kulitnya sawo mateng itu namanya Clara. Dia ini suka agak lemot. Tapi kalo udah masalah bully, dia bakalan maju pertama. Dia juga ga berani main tangan. Cuma mulutnya aja, ga bisa dikontrol. Kalo yang make upnya paling tebel, nah itu Claudya si ketua geng. Kalo udah masalah bully, dia bisa bikin korbannya sampek depresi. Apalagi kalo menyangkut masalah Diaz, maju paling depan dia." Jelas Sheila panjang lebar membuatku bergidik ngeri
"Kenapa mereka ga dipanggil BK?"
"Udah, berkali-kali malah. Tapi ya gitu, tetep aja. Guru BK juga udah angkat tangan. BKnya aja juga takut sama mereka. Soalnya, sekolah ini punya orang tuanya Claudya." Jelasnya lagi membuatku kaget. Bahkan, guru BK sampai takut dengan mereka. Aku tak habis pikir.
"Oiya, nama lo siapa? Kelas berapa?Kayaknya gue baru liat lo deh."
"Namaku Kinan, kelas 11 IPA 2. Aku baru masuk hari ini."
"Wah, lo sekelas dong ama Dyction. Hati-hati juga lo sama mereka. Mereka ga kalah ganas dari Clazing." Papar Sheila membuatku mengerutkan alis.
"Kenapa disini banyak geng-geng kayak gitu sih? Apa gunanya coba?" Sontak Sheila mendekap mulutku menggunakan tangannya.
"Stt, jangan keras-keras. Kalo ada yang denger bisa berabe. Yaudah kalo gitu gue ke kelas lo dulu buat ngizini lo ke guru." Katanya lalu keluar dari UKS.
Emang kenapa sih sama semua pada takut sama geng-geng itu? Batin Kinan dalam hati.
____________________________________Hai hai!:)
Maapin ya kalo ada typo + kata kata yang ngga nyambung. Maklumlah, kami masih belajar:v
Jangan lupa vote sama vomment ya! Biar author cemungud;)
Thanks:)
-Salwa&Arin-
KAMU SEDANG MEMBACA
My Nerd Girlfriend
Teen Fiction[DISCONTINUED] Semula hidupku biasa biasa saja. Semua kujalani dengan normal. Namun, semua itu seakan sirna. Kehidupanku mulai terbalik dan banyak kekacauan setelah aku pindah ke kota. -Kinanti Rizkiana- A Teen Fiction by: Salwa Iza X Arin Luthfi