Chapter 3

96 9 3
                                    

Sebuah aventador silver memasuki pekarangan rumah mewah. Sang pengendara memarkirkan aventadornya di garasi. Setelahnya, dia masuk ke dalam rumah mewah tadi.

"Assalamuallaikum!" Teriak orang tadi lalu melemparkan tubuhnya di sofa ruang keluarga.

"Wa'alaikumsalam, eh bang Diaz. Masih idup lo ternyata?" Ucap seseorang yang baru saja turun dari lantai dua.

"Dasar adek durhaka. Abangnya baru dateng malah diledekin. Mau gue mati lo?"

"Hehe, kaga bang. Becanda tadi." Kata orang yang ternyata adik dari Diaz, lalu duduk disamping Diaz.

"Dik, mama papa belum pulang?"

"Yakali mama papa jam segini udah pulang. Kenapaan lo? Biasanya kan bomat." Heran Dika.

"Ya, gapapa sih. Cuma tanya aja. Btw, kaset PS lo ada yang baru kaga Dik? Pengen maen."

"Ada dong. Kaset PS gue mah setiap minggu baru." Kata Dika sambil menepuk dadanya angkuh.

"Yaudin, maen yok!" Ajak Diaz yang dijawab anggukan oleh Dika.

Kini ruang keluarga itu sudah tidak berbentuk. Ada banyak bungkus makanan ringan yang berserakan dimana-mana. Apalagi setelah kedatangan Irham, Billy, dan Jane.

"Woy Dik, pinjem bentaran napa? Lo udah maen dari tadi juga." Ucap Jane sambil merebut stik PS ditangan Dika.

"Ye elah bang, tanggung ini. Lagian lo udah gede juga, ngalah dong."

"Tapikan lo bisa maen tiap hari. Lah gue?" Ucap Jane sambil memonyongkan bibirnya membuat Dika bergidik jijik.

"Ah tai lo Dik. Untung gue sabaran orangnya." Ucap Jane lagi sambil mengelus dadanya sok dramatis lalu menghampiri Billy, Irham, dan Diaz yang sedang main game online.

"Kenapa gue mulu yang kalah anjir." Ujar Billy kesal.

"Noob sih lo." Ejek Diaz yang dibalas jitakan dikepalanya oleh Billy.

Diantara yang lain, Billy memang yang paling noob jika main game online semacam mobile legends, free fire atau PUBG. Kalau tidak benar-benar ingin, dia tidak akan memainkannya. Dia lebih suka game yang santai. Talking tom misalnya. Katanya si tom kalo ngomong suka lucu. Jadi gemes dianya. Udah kayak bocah TK aja si Billy mah.

"Az, kaga ada makanan lagi apa? Laper gue." Kata Jane sambil memegangi perutnya yang sudah demo.

"G." Ketus Diaz yang masih terfokus pada game onlinenya.

"Dih kaga asik lo mah." Ujar Jane lalu melesat pergi ntah kemana membuat ketiga temannya bingung. Jane memang sensi jika soal makanan. Dia paling nggak bisa nahan lapar.

###

"Woy abang gelo! Keluar cepet makan oy!" Teriak Dika. Suaranya begitu menggelegar hingga membuat kuping Diaz panas.

"NYELO ANJER! DASAR ADEK LAKNAT GA TAU DIRI!" Teriak Diaz tak kalah kencang dengan nada ngegas lalu langsung turun kelantai dasar meninggalkan Dika yang tengah melakukan tradisi agar tidak budeg. (Meniup tangan yang dikepalkan lalu di usapkan ditelinga:v)

Di meja makan sudah ada pria dan wanita paruh baya yang tak lain dan tak bukan adalah orang tua Diaz. Diaz langsung memposisikan duduknya dihadapan sang ayah. Tak lama kemudian, Dika datang masih dengan mengusap-usap telinganya.

"Kenapa dek? Kok usep-usep telinga gitu." Tanya Dena, mama Diaz.

"Nuoh si abang, teriak-teriak dikuping Dika." Jawab Dika dengan nada seperti anak TK yang tengah mengadu pada ibunya.

My Nerd Girlfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang