Pagi ini, adalah hari kedua Kinan sekolah di SMA Mentari. Kepalanya yang kemarin benjol juga sudah sembuh.
"Hai Nan! Masi inget gue siapa?" Sapa seorang gadis sambil menepuk bahu Kinan lembut.
"Masi dong. Kamu Sheila kan?"
"Hahaha, gue kira lo lupa." Ucap Sheila lalu terkekeh. Mereka akhirnya memutuskan untuk ke kelas bersama. Mereka memang tidak sekelas, tapi kelas mereka berdekatan.
Ditengah perjalanan, mereka dikejutkan dengan datangnya 4 lelaki tampan. Siapa lagi kalo bukan Dyction?
"Lo yang kemarin nabrak gue kan?" Tanya salah satunya sambil menunjuk Kinan. Sedang yang ditanya malah menunduk.
"Cieleh, malahan nunduk. Kite kite ga akan makan lo kali."
"Kayaknya kita perlu kenalan deh. Nama gue Diaz, Andiaz Alexander. Anak dari CEO PT. Alex Coperation sekaligus donatur terbesar di sekolahan ini." Kata Diaz dengan nada angkuh sambil menyeringai.
Apa? Alex Coperation? Itu bukannya tempat kerja ayah ya? Batin Kinan.
"Uh... Hm.. na - namaku Ki - kinan." Jawab Kinan gelagapan. Sheila hanya mematung melihat aksi Diaz dan kawan-kawannya.
"Oo, Kinan toh. Lo bisa berhitung kaga? 1-3 aja deh." Ucap Diaz lalu entah mengapa dia melambaikan tangannya. Karena Kinan merasa takut, akhirnya dia melakukan perintah tadi.
"Sa.. satu, dua, tig-"
Byurrr
Se ember air berhasil mengguyur badan Kinan. Gelak tawa mulai memenuhi karidor sekolah karena perbuatan Dyction tadi. Kinan hanya bisa menunduk dan bungkam. Sheila juga tak bisa melakukan banyak hal.
"Jiahahahaha, mandi lagi enak ya?" Ledek lelaki yang mengguyur badan Kinan tadi.
"Duh bro, kaku perut gue. Wedan wedan, mukenye udah kek cicak kesurupan bae. Emangnya kalo cupu ya tetep cupu." Air mata Kinan tak dapat lagi ditahan untuk meluncur. Kinan menangis dalam diam.
"Az, udahan ya. Kasian dia anak baru." Kata Sheila menengahi.
"Dikamus gue ga ada kata anak baru ataupun anak lama. Ya, karena lo yang masukin diri ke kandang singa, lo bakalan dapet akibatnya. Camkan!" Setelah itu, ke 3 lelaki tadi pergi. Satunya kemana? Salah satunya masih diam ditempat sambil membuka resleting tasnya dan mengambil sebuah jaket.
"Nih, pake aja. Lo pasti kedinginan." Ucapnya sambil memberikan jaket tadi ke Kinan.
"Em... ma - makasih."
"Nama gue Irham. Kelas 11 IPA 2. Kalo lo ada masalah, bilang aja ke gue. Udah ya, gue pergi." Katanya lalu segera berlari menyusul ketiga temannya.
Seulas senyum berhasil terulas dibibir manis Kinan. Ternyata tidak semua geng Dyction jahat. Buktinya si Irham Irham itu baik padanya.
~~~
Kini Kinan sudah berada dikelas. Tentu dengan seragam yang masih basah. Untung saja, Irham memberinya jaket tadi.
Brakk!
Tiba-tiba, Clara menggebrak bangku Kinan membuatnya terlonjak kaget. Wajah Clara sudah seperti kepiting rebus. Sorot matanya mengatakan bahwa dia tengah emosi sekarang.
"Woy cupu genit! Lo tadi kenapa tepe tepe sama my honey sweety Irham ha? Kemaren Diaz, sekarang Irham. Dasar gatau malu!" Bentaknya menggebu-gebu. Kinan hanya menundukkan wajahnya. Hingga ada tangan yang menarik rambutnya cukup kencang. Meringis, itu yang Kinan lakukan.
"Ma - maaf, Irham tadi hanya membantuku." Jelas Kinan singkat. Clara menguatkan tarikan dirambut Kinan.
"Bantu, apa buat minta jaketnya Irham? Matre dasar!" Ucap Clara dengan nada yang ditinggikan. Tak lama kemudian, Claudya dan Clarien datang.
"Clar, ada apa sih?" Tanya Claudya.
"Ni Clau, si cupu tepe tepe sama my sweety honey Irham. Pake acara minta jaket lagi."
"Waw, baru masuk kemaren udah berani minta-minta. Kenapa ga jadi pengemis aja neng?" Ledek Clarien. Kinan tak kuat lagi menahan air matanya.
"Ma - maaf, tapi Irham sendiri yang memberiku jaket." Ucap Kinan lirih.
"Udahlah girls! Percuma ngomong sama si cupu. Ngabisin tenaga." Kata Claudya. Akhirnya mereka pergi dengan angkuhnya.
"Nih," Satu tangan terulur dihadapan Kinan memberikan sebuah sapu tangan berwarna biru dongker. Kinan mendongak menatap sang pemberi sapu tangan.
"Ma - makasih Irham." Ucap Kinan kepada Irham yang memberikannya sapu tangan tadi.
"Sama-sama, lo jangan nangis lagi ya. Gue ga tega kalo liat cewe nangis." Ucap Irham lembut lalu pergi meninggalkan Kinan.
Kinan membuka lipatan sapu tangan tadi.
"Irham J. Bryander" gumam Kinan melihat bordiran nama Irham diujung sapu tangan. Tak terduga, bibirnya menciptakan seulas senyuman.
###
Di rooftop, tempat favorit Dyction untuk bolos pelajaran. Kecuali 1 personilnya.
"Itu si Irham why ga pernah mau diajak bolos sih?" Kata seorang yang kini duduk di pojokan rooftop.
"Secara, dia kan bocah rajin. Jadi ya gitu. Lagian kalo dia ikut bolos, yang nanti kita tanyain waktu ulangan siapa coba? Si Diaz?" Jawab seorang yang berdiri disebelah Diaz.
"Lo ngremehin banget sumpah Bil. Gini-gini nilai matematika gue diatas kkm tau." Kata Diaz membela dirinya.
"Berapa emang ha?" Tanya Billy meremehkan.
"76." Jawab Diaz dengan bangga.
"Anjir, cuma beda 1 kali Az. Gue aja yang 95 ga sombong kaya lo." Kini seorang yang duduk tadi ikut berdiri disamping Billy.
"Kapan nilai lo 95?" Ujar Billy yang nampak terkejut.
"Dih, palingan kebalikkannya Bil. Alias 59. Mana bisa noh, si Jane dapet nilai yang Irham aja belum tentu bisa. Secara dia kan yang paling oon diantara kita-kita." Ejek Diaz. Jane hanya nyengir kuda.
Mereka terlibat saling ejek masalah nilai ulangan. Tentu saja, Jane terkena bullyan gara-gara dia tidak terlalu pintar tapi sok-sok an. Karena mungkin sudah lelah dengan ejekan-ejekan kedua sahabatnya, Jane memilih mengganti topik.
"Woy Az! Si cupu itu mau digimanain?" Tanya Jane.
"Gue gatau. Intinya gue mau jadiin dia bahan bullyan. Kita kan udah lama ga ngebully cewek." Ujar Diaz.
"Tapi ni ya Az, gue liat tadi si Irham ngasi serbet, eh sapu tangan waktu cupu nangis. Terus juga, waktu dia tiba-tiba ngilang abis mandiin si cupu, dia ngasi jaketnya ke cupu. Yakali tu bocah malah baik sama target." Ucap Billy panjang lebar.
"Urusan si Irham mah gampang. Intinya gue mau fokusin buat bully tu si cewek cupu."
Tiba-tiba Jane melompat dari tempatnya. Kedua sahabatnya merasa kaget lalu ikut terlonjak.
"Eh cilok, napa lo tiba-tiba lompat-lompat kek kodok kesasar." Ejek Billy yang mendapat jitakan dikepalanya.
"Gue dapet ide nyet. Gimana kalo..." Jane mendekatkan bibirnya ketelinga kedua sahabatnya. Lalu membisikkan idenya tadi.
"Wah, gile ide lo bagus amat Jane. Gue ga nyangka ide gila kayak gitu bisa muncul diotak cetek lo," Ujar Diaz sambil terkekeh.
"Lo jangan ngremehin otak gue Az. Gue juga pinter tau kek kakek gue." Kata Jane sambil menepuk-nepuk dadanya bangga.
"Lah, kakek lo siapaan coba?"
"Albret E.. n.. em, en siapa ya?"
"Albret Einten bego!" Ujar Billy sambil menoyor kepala Jane
Satu jitakan berhasil mengenai kepala Billy dan Jane. "Albert Einstein oon! Gaada yang bener lo pada." Kata Diaz membenarkan.
____________________________________
Hai readers yang budiman!:) Terima kasih sudah menyempatkan membaca cerita dari author noob ini:v
1000+ word lo. Panjang khann?😎
Jangan lupa vote dan vomment yaw!:3
-Salwa Alexander & Arin Bryander-
KAMU SEDANG MEMBACA
My Nerd Girlfriend
Teen Fiction[DISCONTINUED] Semula hidupku biasa biasa saja. Semua kujalani dengan normal. Namun, semua itu seakan sirna. Kehidupanku mulai terbalik dan banyak kekacauan setelah aku pindah ke kota. -Kinanti Rizkiana- A Teen Fiction by: Salwa Iza X Arin Luthfi