Chapter 1
Dari salah seorang teman, kudengar, Jeongmin—member Boyfriend—mencari asisten pribadi yang baru. Tanpa berpikir dua kali, aku mencoba melamar. Dan secara ajaib, aku diterima.
Tidak. Aku bukan fans Boyfriend. Bukan juga antifans.
Alasanku menginginkan pekerjaan itu, adalah untuk membuktikan pada diriku sendiri, bahwa aku sudah tidak menyukai Donghyun oppa.
Satu bulan yang lalu, aku bertemu dengan sahabatku di sekolah dulu. Topik tentang masa sekolah dulu tentu saja tidak bisa dihindari. Kemudian, saat itulah kami mendengar salah satu lagu Boyfriend diputar. Seketika, teman-teman teringat pada kisahku dengan leader Boyfriend, Donghyun. Entah aku bisa menyebutnya sebuah kisah atau tidak.
Mereka bertanya bagaimana perasaanku pada Donghyun oppa sekarang. Dengan cepat kujawab aku sudah tidak menyukainya. Tetapi mereka sama sekali tidak percaya dan berpikir aku masih mengharapkan Donghyun oppa. Padahal aku juga sudah mengatakan bahwa aku membencinya. Sangat membencinya.
Jadi, dengan menjadi asisten pribadi Jeongmin ini, aku akan membuktikan pada diriku sendiri dan pada mereka, bahwa aku memang sudah tidak menyukai Donghyun oppa. Sedikit pun.
***
“Namaku Mari. Aku akan bekerja dengan baik,” kataku pada pertemuan pertamaku dengan Jeongmin di dorm Boyfriend.
“Oh, aku tidak menyangka kau akan seumuran denganku.” Sambil tersenyum ramah, Jeongmin menjabat tanganku.
Kami membicarakan hal-hal yang harus kulakukan selama menjadi asisten pribadinya.
Aku tidak tahu Jeongmin orang yang menyenangkan diajak bicara. Dia bahkan memintaku memanggil dengan namanya karena kami seumuran. Jangan sungkan dan menganggapnya seorang bos, katanya.
“Apa… member lain sedang ada kegiatan?” Setelah bertanya aku langsung menyesal. Akan sangat mencurigakan kalau tiba-tiba aku langsung bertanya macam-macam tentang Donghyun Oppa.
Tunggu dulu. Aku memang tidak bermaksud bertanya mengenai apa pun tentang pria itu.
“Ya, hari ini kami sibuk dengan jadwal kegiatan kami masing-masing.”
“Oh.”
“Biar kutebak. Pasti kau sebenarnya ingin menanyakan salah satu member. Siapa? Katakan saja.”
Apa Jeongmin baru saja membaca pikiranku? Yang benar saja. Bagaimana bisa dia menebak hal yang sempat kupikirkan tadi?
“Tidak! Aku tidak ingin tahu apa-apa. Aku bukan fans kalian.” Tanpa sengaja aku mengucapkannya.
“Wah, kau jujur sekali. Tapi kau bukan antifans apalagi sasaeng fans kan?”
“Tentu saja. Aku hanya… membutuhkan pekerjaan.”
Jeongmin tertawa. “Sepertinya kita akan cocok. Semoga kau suka bekerja denganku.”
Saat sedang mengobrol, terdengar suara pintu terbuka. Kami pun sama-sama menoleh ke arah pintu.
“Jeong, kapan Minwoo selesai?” tanya seseorang yang baru datang. Hanya butuh satu detik bagiku untuk menyadari pemilik suara itu.
Dia berdiri di hadapanku. Donghyun Oppa. Caranya menatap, dan caranya tersenyum, masih sama seperti yang terakhir kali kuingat.
Tanpa ragu, aku memandangnya. Menatap tepat ke matanya. Dia pun ikut terdiam memandangku.
Waktu seolah melambat. Ingatanku melayang ke masa itu. Masa saat aku pertama kali jatuh cinta padanya. Aku tersentak, karena merasa bodoh sudah mengingat masa lalu. Cepat-cepat aku membuang muka.
“Aku tidak tahu, Hyung. Sepertinya dia akan pulang malam.”
“Siapa dia?”
“Oh, dia Mari. Asisten pribadiku yang baru.” Jeongmin tidak menyadari perubahan ekspresi dan sikapku. Aku menunggu, apa yang akan Donghyun katakan selanjutnya.
“Kau… adik kelasku kan?” tanya Donghyun. Seolah-olah dia benar-benar sudah tidak mengenaliku.
Aku menegakkan tubuh, dan tanpa ragu menatapnya tajam.
“Oppa dari sekolah yang sama denganku? Aku tidak ingat,” balasku ketus.
“Kau mengenalnya, Hyung?” Jeongmin melirikku dan Donghyun bergantian.
“Entahlah. Sepertinya dia tidak ingin aku mengenalnya.” Nada suaranya terdengar tak acuh. Sabar, Mari.
Aku menatapnya lagi. Apa-apaan itu? Setelah lima tahun, ternyata sifat menyebalkannya belum berubah. Pintar sekali membuat orang kesal.
Jeongmin menjelaskan asal sekolah Donghyun padaku, kemudian balik bertanya asal sekolahku. Aku menjawabnya dengan jujur.
“Kau yakin tidak mengenalnya?” tanya Jeongmin sekali lagi.
“Banyak senior di sekolahku, kenapa aku harus mengingat Donghyun Oppa? Aku sungguh tidak pernah mengenalnya.”
“Eiii.. Hyung, kau bilang satu sekolah mengenalmu.”
“Mungkin dia hanya pura-pura mengenalku.”
“Hei, Nona. Kalau ini memang pertemuan pertama kita, harusnya kau bersikap ramah padaku. Tapi kau seolah-olah sedang menunjukkan bahwa kau sama sekali tidak menyukaiku.”
“Aku memang tidak menyukaimu.”
“Bagaimana menurutmu, Jeong?” Donghyun bertanya pada Jeongmin, tetapi matanya tidak beralih dariku.
“Aku tidak tahu. Kalian berdua aneh.”
Aku membencinya.
Rasanya ingin sekali berlari ke arah Donghyun, lalu memukulnya dengan keras.
Tenang Mari, tenang. Ini baru hari pertama. Kuatkan dirimu.
Sisa hari itu, aku sama sekali tidak mengobrol lagi dengan Donghyun oppa. Mencuri pandang padanya pun tidak. Aku memilih menyibukkan diri bersama Jeongmin. Untungnya Jeongmin tidak bertanya macam-macam padaku.
“Baiklah, aku pergi. Sampai jumpa besok pagi,” pamitku.
“Perlu kuantar?” kata Donghyun.
“Tidak perlu!” jawabku cepat.
Donghyun tersenyum padaku. Senyum yang sama seperti dulu. Sayangnya, sekarang aku tidak menyukai senyum itu.