CHAPTER 5
Sebelumnya aku tidak pernah mau melihat Boyfriend berlatih dance. Aku lebih suka menunggu di luar. Meski sebelum menjadi asisten Jeongmin, aku pernah penasaran ingin melihat langsung Donghyun berlatih. Tidak, kali ini aku tidak kerasukan. Aku memang pernah memikirkan hal itu.
Sebisa mungkin aku tidak menonton mereka di televisi, atau membaca majalah yang memuat berita tentang mereka. Alasannya jelas. Aku tidak mau mengetahui hal apa pun mengenai Donghyun. Tetapi, bukan berarti aku sama sekali tidak pernah menonton perform mereka di televisi.
Kemudian aku jadi tidak ingin melihatnya langsung, karena aku takut pada sisi diriku yang lain. Sisi diriku yang tidak mau menuruti pikiranku. Anehnya hari ini, aku duduk melihat mereka.
Semalam, ketika Donghyun mengantarku ke rumah, dia meminta satu hal padaku. Dia memintaku tidak menghindarinya lagi. Tidak berusaha keras bersikap tidak suka padanya. Kukatakan padanya, bahwa aku akan mencoba melakukannya. Maka, di sinilah aku.
Aku tidak mengatakan bahwa aku tidak membencinya sekarang. Donghyun masih berhutang penjelasan padaku. Berapa lama lagi dia ingin membuatku menunggu? Jika dia memang tidak berniat menjelaskan apa pun, seharusnya dia jangan bersikap manis padaku seperti dulu. Hal itu membuat perasaanku bimbang.
Beberapa sahabatku mengirim pesan padaku kemarin. Mereka sangat ingin tahu bagaimana kelanjutan hubunganku dengan Donghyun. Aku tahu, mereka sebenarnya sedang menungguku mengaku, bahwa sejak hari kelulusan perasaanku pada Donghyun tidak pernah berubah.
Mataku ini juga susah diatur. Sejak duduk di dalam ruang latihan, kedua mataku selalu memandang ke arah Donghyun. Dia terlihat berbeda dari pria yang biasanya membuatku kesal.
Aku menggunakan jaket untuk menutupi wajahku sampai di bawah mata. Aku sungguh tidak bisa mengontrol bibirku agar tidak tersenyum sendiri. Oh, tingkahku seperti remaja yang baru saja jatuh cinta. Memalukan.
Musik berhenti. Mereka semua menuju ke tempat aku duduk.
“Lelah sekali,” keluh Minwoo.
Kuambil plastik berisi botol air mineral yang kubeli sebelum aku datang. Lalu kuberikan pada mereka satu per satu.
“Terima kasih, Nuna. Apa kau tidak membawa makanan?” ucap Minwoo terengah-engah.
“Ah, maaf Minwoo. Aku berencana membuat kimbap, tetapi aku bangun terlambat tadi pagi.”
“Mari bukan koki pribadimu Minwoo,” ucap Jeongmin.
“Ish… sekarang kau banyak protes, Hyung.”
“Bagaimana kalau kita makan galbi?” tanya Hyunseong dan langsung mendapat persetujuan dari member lain.
Aku akan menawarkan diri untuk membelinya, tetapi Jeongmin mendahuluiku.
Akhirnya Jeongmin dan Hyunseonglah yang pergi keluar membeli makan siang.
Kami duduk melingkar. Lebih tepatnya, hanya Donghyun yang berada dalam posisi duduk, sedangkan Minwoo, Kwangmin, dan Youngmin membaringkan tubuhnya di atas lantai. Karena mereka hanya diam, dan aku tidak berniat membuka obrolan, aku pun menyibukkan diri dengan botol air mineral di tanganku. Memukul-mukulkannya ke lantai, atau mengocok-ngocok setengah air di dalamnya.
“Hentikan itu. Apa kau ini masih anak-anak?” Donghyun merebut botol air mineral yang kupegang.
“Dasar perusak kesenangan orang lain,” ujarku.
Minwoo menegakkan tubuhnya.
“Nuna, apa kau punya pacar?” Akhirnya, seperti biasa, Minwoo mulai banyak bertanya.