CHAPTER 7
~FLASHBACK~
“Aku mengatakannya, aku tidak mengatakannya, aku mengatakannya…” Aku mengucapkan kalimat ini berulang-ulang.
Sekolah sudah sepi. Aku masih tinggal di sekolah karena Donghyun memintaku menemaninya. Dia ingin berada di sekolah sedikit lebih lama, karena besok adalah hari kelulusannya.
Sebenarnya aku sudah memutuskan untuk memilih mengatakannya sejak seminggu yang lalu. Tetapi, siang ini aku ragu lagi.
“Mari, tangkap!” seru Donghyun yang baru kembali dari membeli es krim.
Donghyun yang berdiri tiga langkah di belakangku, melemparkan salah satu es krim yang dibelinya. Spontan aku mengangkat kedua tanganku untuk menangkapnya. Untung aku memiliki reflek yang bagus.
“Apa es krim ini terlihat seperti bola? Kenapa tidak sekalian kau lempar dari jarak sepuluh meter saja?” sindirku.
“Aku tahu batas kemampuanmu Mari.”
Kami sedang duduk bersama di pinggir lapangan sambil menikmati es krim.
Hubungan kami selama ini… dekat. Donghyun memperlakukanku dengan sangat baik. Aku sadar aku jatuh cinta padanya sejak kami membersihkan ruang olahraga bersama. Tetapi aku tidak tahu dia memiliki perasaan lebih padaku atau tidak. Awalnya aku merasa tidak harus mengungkapkan perasaanku. Tetapi aku ingin Donghyun mengetahuinya meski mungkin nantinya dia menolakku.
“Hmmm… Oppa!”
“Jangan katakan kau akan memintaku membeli es krim lagi?”
“Kalau aku ingin tambah, aku akan merebut es krim milikmu, daripada lama menunggumu kembali dari kantin.”
“Dasar tukang merebut makanan orang!” Donghyun menjitak kepalaku.
Aku meliriknya sambil memegangi kepalaku yang sakit. “Berikan! Cepat berikan padaku!”
Aku berusaha merebut es krim dari tangan Donghyun.
Donghyun berdiri, sambil mengangkat tangan kanannya. Membuatku kesusahan karena dia lebih tinggi dariku. Aku tidak bisa meraihnya meski sudah melompat. Dia tertawa puas melihatku.
Aku berhenti, lalu berpura-pura menunjukkan ekspresi sedih. Cara itu berhasil membuat Donghyun menyerahkan es krim miliknya padaku.
“Aku serius Oppa.”
“Baiklah, ada apa?”
“Apakah… ada gadis yang kau suka? Kenapa kau lebih sering menghabiskan waktu bersamaku?”
“Kau tahu, kau terlihat kasihan Mari. Aku tidak tega, jadi aku merelakan diri untuk menemanimu.”
“Oppa, kau lebih suka kupukul menggunakan tangan atau kaki?” kataku sambil mengepalkan tangan.
Donghyun tertawa. “Kau ingin mendengar jawaban apa?”
“Hmmm… ya, tidak ada gadis yang kusuka. Aku sering bersamamu karena kau manis dan menyenangkan?”
“Lupakan. Aku tidak akan mengatakannya.”
“Jahat sekali!” Aku merengut.
“Pertanyaan pertama jawabannya rahasia. Pertanyaan kedua, aku sering bersamamu karena dibanding bersama yang lainnya, aku lebih suka menghabiskan waktu denganmu. Kau senang?”
“Meskipun setiap kali bertemu kita sering berdebat tidak jelas?”
“Sepertinya hal itu sudah menjadi kebiasaan.”