CHAPTER 4
“Kelihatannya, kau dan Donghyun hyung, saling menghindari?” tanya Jeongmin.
Kami berdua sedang makan siang di kafe yang berada di dalam kantor majalah tempat Boyfriend melakukan pemotretan. Sekarang waktunya istirahat, yang dilanjutkan sesi pemotretan individu. Jeongmin mendapat giliran terakhir. Dia pun meminta izin untuk makan di kafe bersamaku, karena dia mengatakan ingin membicarakan sesuatu berdua saja.
Suasana kafe sedang tidak ramai. Selain aku dan Jeongmin, hanya ada tiga orang berjas di meja paling belakang, dan dua orang wanita di meja dekat pintu masuk. Aku hanya memesan segelas latte float, sementara Jeongmin memesan banyak makanan untuk mengisi perutnya yang lapar.
Dan pertanyaannya tadi hampir membuatku menyemburkan latte yang kuminum.
“Ini yang ingin kau bicarakan padaku?” Aku menatapnya penuh selidik.
Jeongmin memutar bola matanya. “Ya, dan tidak. Jadi?”
“Menghindar bagaimana? Aku kan, memang tidak akrab dengannya.” Hanya itu alasan yang terpikirkan olehku. Tidak mungkin kukatakan aku memang sedang menghindarinya, karena setiap kali dekat dengan Donghyun aku merasa tidak bisa bernapas dengan baik.
“Tapi kelihatannya tidak begitu. Terjadi sesuatu diantara kalian?” Kali ini giliran Jeongmin yang memandangku penuh selidik.
“Tidak,” jawabku tenang.
“Kuharap kau tidak berbohong.”
“Tentu saja! Ini hanya… karena aku merasa tidak perlu banyak mengobrol dengan Donghyun Oppa.”
“Tapi kau banyak mengobrol dengan Minwoo dan Kwangmin.”
Kenapa aku merasa seperti tersangka yang sedang diinterogasi ya?
“Mereka yang mengajakku mengobrol, Jeong.”
Jeongmin mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia meminum orange juicenya sebelum bicara lagi.
“Aku ingat, hyung pernah mengatakan, bahwa dia memiliki cinta pertama di sekolah dulu. Apa mungkin kau tahu siapa orangnya?”
“Apa?” kataku terlalu keras. Membuat salah satu wanita di depan kami menoleh padaku. “Bagaimana aku bisa tahu. Bahkan aku tidak ingat dia senior di sekolah.”
Benarkah Donghyun berkata begitu? Siapa? Dia tidak mengatakan siapa gadis itu? Harusnya kau memaksanya!
Tentu saja aku tidak mengatakan apa yang kupikirkan. Meski terus terang aku ingin mengetahuinya juga. 99% dari diriku berharap bahwa gadis yang dimaksud Donghyun adalah aku.
Astaga, aku akan gagal. Bukannya semakin yakin bahwa pikiranku sudah bersih dari Donghyun, aku malah semakin bimbang. Sebenarnya apa hasil akhir yang kuinginkan dari semua ini?
Jeongmin menatapku sebentar, lalu kembali sibuk dengan makanan di piringnya.
“Oke, alasanmu bisa diterima. Hyung mungkin terlihat tidak ramah. Tapi, sebenarnya dia bukan orang yang seperti itu.”
Ya, aku tahu yang kau maksud Jeong. Aku sangat tahu.
“Apa kau selalu makan sebanyak ini?” Kucoba mengalihkan perhatian Jeongmin, agar dia berhenti menanyakan hal-hal aneh padaku.
“Coba ini.” Jeongmin menyodorkan sepotong kecil blueberry cake padaku. Tanpa ragu aku membuka mulut, kemudian Jeongmin menyuapkannya ke dalam mulutku.
“Hmmm… ini enak!”
“Akan kupesankan untukmu.”
“Tidak perlu, Jeong!”