1

1.3K 137 16
                                    

"Kerjamu bagus, aku memprediksikan 'solo' mu akan menjadi hits yang besar," ujar Yang Hyunsuk, presdir agensi terkenal, Yg Entertaiment.

"Nde, sajjangnim aku akan terus bekerja keras terima kasih untuk semuanya,"

Setelah berterima kasih, gadis itu segera meninggalkan kantor yang dipenuhi oleh action figures tersebut.

Di depan lift, ia bertemu dengan pria yang dapat dibilang cukup dekat dengannya. Pria itu menatapnya dan tersenyum kecil.

"Kulihat kau tadi menemui Hyunsuk hyung, ada kabar bagus huh?"

"Ah nde oppa, sajjangnim selalu memujiku beberapa hari ini," ucap gadis itu dengan senyuman yang mengembang di wajahnya.

"Kau sudah bekerja keras, Jennie-ya," Pria itu meletakkan tangan miliknya ke atas kepala gadis bernama Jennie itu.

"Ahahaha gomawo-yo oppa," ujar Jennie sembari melepaskan tangan pria itu dari kepalanya. "Orang akan sangat iri jika melihat G-dragon menaruh tangan dewanya di atas kepalaku,"

"Ya! bilang saja kau tidak mau kusentuh, Jennie," Pria bernama asli Kwon Jiyong itu menatap Jennie dengan kesal.

"Anniyo oppa, aku tidak bermaksud begitu," jawab Jennie dengan menunjukkan tanda 'peace' dan senyuman andalannya.

Lift yang sedari tadi mereka tunggu terbuka dan menampilkan gadis berponi yang memiliki kaki jenjang—Lalisa Manoban.

"Eoh? eonni? ah annyeonghaseyo sunbaenim," sapa Lisa sembari menundukkan kepalanya.

"Annyeong," ucap Jiyong singkat membalas sapaan Lisa seraya menundukkan sedikit kepalanya.

Suasana di lift menjadi sangat canggung, tidak ada yang mengeluarkan suara ataupun bergerak sedikitpun.

Lisa dan Jiyong memiliki hubungan yang sangat canggung, bahkan seluruh orang di agensi ini sangat tahu jika mereka terlihat sangat canggung. Banyak rumor di agensi yang tersebar jika mereka dahulu berkencan, dan harus berpisah karena Jiyong yang sudah terkenal, ada juga rumor bahwa Jiyong seringkali memarahi Lisa sehingga ada rasa takut pada diri Lisa yang pada akhirnya membuat kecanggungan itu. Entah apa yang telah terjadi tidak banyak orang yang mengetahui itu.

Jennie sudah biasa terjebak dalam kecanggungan ini, biasanya dia akan membuka pembicaraan agar suasana canggung diantara Lisa dan Jiyong berkurang, tapi pada akhirnya tidak ada yang menghiraukannya sehingga sekarang dia hanya memilih untuk diam.

Akhirnya kecanggungan itu berakhir ketika Jiyong melangkahkan kakinya keluar dari lift. Lisa menghela nafasnya dan menggertakkan kakinya kesal.

"Aigoo Lisa-ya, sampai kapan kau akan terus seperti itu," ujar Jennie yang akhirnya dapat mengeluarkan suaranya.

"Entahlah eonni, aku tidak bisa berhenti bersifat canggung di depannya," Lisa menjawab seraya menggaruk kepalanya.

"Ah, aku sangat ingin membantumu Lisa, tapi kalian berdua emm–" Jennie berhenti sebentar untuk mencari kata yang tepat untuk mendekskripsikannya. "Sedikit susah?" lanjut Jennie sembari menunjukkan wajah bersalahnya.

"Arra-yo, aku bahkan hanya bisa menyapanya, meminta maaf, berterima kasih padanya, itupun dengan sangat formal," jawab lisa sembari menunduk dan kembali menghentak-hentakan kakinya.

Pintu lift terbuka, Jennie merangkul Lisa keluar dari lift tersebut. Lisa masih menunjukkan wajah murungnya.

"Sudahlah Lalisa, gwenchanna, pasti akan ada waktunya untuk kalian menjadi dekat,"

Lisa hanya mengangguk pelan dan sedikit tersenyum. Mereka pun berjalan ke ruang latihan masih dengan merangkul satu sama lain. Di ruang latihan, sudah terdapat Jisoo dan Rose yang duduk dia atas ubin ruangan itu. Mereka terlihat sangat lelah, sepertinya mereka tengah berlatih koreografi untuk debut mereka yang selanjutnya.

"Woah, kalian sangat bekerja keras," ujar jennie sembari memberi mereka air mineral yang terdapat di kulkas ruangan itu.

"Kau juga Jennie, pasti kau habis dipuji Yang sajjangnim kan?" ucap Jisoo yang setelah itu meneguk air yang diberi oleh Jennie tadi.

"Itu sudah pasti eonni, kau sudah dengar kan bagaimana lagu barunya yang sangat bagus itu? woah, aku mendengarnya berkali-kali dan tak perna merasa bosan, aku yakin solomu akan benar-benar meledak eonni," jawab Lisa panjang lebar dengan ekspresi kagumnya.

"Kau benar sekali, aku sangat penasaran bagaimana Jendeuk eonni bisa melakukan itu semua," tambah Rose sambil menggelengkan kepalanya.

Jennie tertawa lepas, dan wajahnya berubah menjadi merah padam. "Aigoo, kalian jangan membesarkan seperti itu, aku kan malu jadinya,"

Mereka semua tertawa melihat Jennie bertingkah imut seperti itu. "Aku akan mentraktir kalian semua jika ini akan berjalan sukses sampi akhir, tunggu saat itu okay?" ujar jennie sambil membentuk tanda 'okay' dari tangan kecilnya.

"Call" ujar mereka hampir bersamaan.

"Sekarang sudah saatnya kita latihan, kajja!" ujar Jisoo dengan semangat yang membara terlihat dari matanya.

"Ah, aku sangat lelah," Rose menghela nafas panjang dan menggerakkan tubuhnya yang terasa lelah.

"Hwaiting Blackpink!" Jennie bersorak untuk memacu semangatnya dan juga member lain untuk latihan kali ini.

Setelah latihan beberapa jam, ketiga member blackpink itu memutuskan untuk kembali ke dorm mereka, sedangkan Jennie memutuskan tetap disini untuk beberapa menit. Mereka hanya meninggalkan pesan untuk tidak sampai larut disini dan lekas pergi meninggalkan Jennie di atas ubin kayu yang dingin.

Jennie menelungkupkan wajahnya diantara kedua kakinya, terlarut dalam pikirannya dan mengganti posisinya dengan berbaring di atas lantai ruangan latihan itu. Ia menatap langit-langit ruang latihan dengan sendu, tanpa mengalihkan matanya ke arah lain. Entah apalagi yang dipikirkannya, ia terlalu bingung karena banyak hal yang berkeliaran di benaknya.

Seseorang memasuki ruang latihan itu dan sedikit terkejut melihat orang yang tengah berbaring disana.

"Jennie? kenapa kau masih disini? ini sudah larut malam," ucap lelaki itu yang tidak dipedulikan oleh gadis yang tengah larut dalam pikirannya itu. "Jennie, aku berbicara denganmu," lanjut lelaki itu dengan wajah kesal karena tidak dihiraukan.

Pria itu mendekat ke arah jennie dan duduk di atas lantai dingin itu. Ia mengguncangkan bahu Jennie menggunakan tangannya.

"Oppa, apa kau tahu mengapa hidup ini sangat sulit?" ucap Jennie tetap di posisinya tadi tanpa menoleh sedikitpun.

"Eoh? ada masalah apa jennie-ya?" tanya pria itu tanpa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh Jennie.

Jennie beranjak duduk menyejajarkan dirinya dengan pria yang duduk disampingnya. Ia memilih untuk diam dan tidak menghiraukan perkataan pria itu.

"Ya! kau tidak menjawabku lagi," pria itu kembali menunjukkan wajah kesalnya yang khas itu.

"Aku lelah oppa, bisakah oppa keluar—ani atau tidak oppa bisa tetap disini menemaniku tanpa berbicara satu kata pun,"

Pria itu hanya menatap gadis berpipi tembam itu dengan pilu, tidak biasa dia melihat Jennie seperti ini, gadis yang biasanya terlihat imut itu sekarang terpancar kesedihan yang mendalam dari wajahnya.

Ruangan latihan itu diselimuti kesunyian. Hanya suara dari jam yang mengisi keheningan malam itu.

"Mino oppa, kajja antar aku pulang,"

øøø

Jadi gais, ini work pertama aku. Aku bener-bener minta maaf kalo banyak dari kalian gasuka cerita aku. Tapi aku harap kalian yang suka bisa klik vote dan comment juga saran atau kemauan kalian untuk cerita ini. Aku bener-bener bakal hargain komen dari kalian dan itu pasti bakal nyemangatin aku untuk lanjutin cerita ini. So, stay tune guys.

Stressed (out)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang