Keenam

1.8K 305 1
                                    


Hubungan mereka tidak merenggang. Semuanya baik-baik saja seperti biasa. Jungkook masih menjemput Taehyung setiap pagi di depan gerbang. Makan siang bersama di rooftop. Kecupan sampai bertemu besok. Dan Jungkook yang menyanyikan lagu nina bobo untuk Taehyung.

Perbedaannya ada pada Jungkook yang tidak lagi bekerja. Bukan karena Tuan Kim memecatnya, melainkan karena Jungkook sudah kelas tiga semester akhir. Tinggal menghitung minggu untuk ujian kelulusan dan disusul ujian masuk universitas. Peraturan pemerintah mengatakan tidak ada siswa kelas tiga yang diperbolehkan bekerja karena mereka harus fokus belajar.

Jungkook hanya membantu ibunya berjualan jika ada waktu senggang. Tetapi waktu senggangnya sempit sekali ketika ujian semakin dekat. Pertemuannya dengan Taehyung pun mulai jarang. Taehyung sibuk belajarㅡsistem belajar secara normal. Jungkook sibuk belajar, mengumpulkan semua berkas olimiadenya, mencari universitas dengan beasiswa penuh. Pilihan utama adalah London, kemudian New Zealand, Amerika, dan Jepang. Sisanya adalah Universitas Seoul, dan Universitas Kyunghee. Jungkook cukup percaya diri bahwa dia pasti bisa masuk universitas elit lokal. Tapi tidak yakin, untuk internasional kemungkinannya kecil sekali. Mereka punya banyak sekali persyaratan yang tidak mampu Jungkook penuhi semuanya. Sisanya Jungkook hanya berdoa dan berharap ada keberuntungan.

Jam makan siang dengan buku menumpuk dipelukan, hendak berbelok ke perpustakaan namun Taehyung menariknya pergi ke rooftop sambil mencibir Jungkook yang begitu sulit ditemui.

“Maaf, Taehyung. Akuㅡaku tidak bisa mengabaikan keinginan Ayah. Dia ingin aku ke luar negeri untuk beasiswa.”

“Jika tidak mampu jangan memaksa, Jungkook. Itu membebanimu, lihat! Kamu pucat, pasti belum sarapan, ‘kan?” tanya Taehyung, menyentuh pipi Jungkook yang semakin tirus. Mengusapnya pelan, menyalurkan rasa bagaimana Taehyung begitu cemas dan khawatir akan Jungkook yang belajar seperti orang kesetanan. Dia tidak marahㅡhanya khawatir. Karena Taehyung juga belajar, melakukan yang terbaik. Namun, tidak segila Jungkook. Berlari dari ruang OSIS ke ruang guru, mencari guru pembimbing olimpiadenya, lantas berlari lagi ke perpustakaan.

“Bagaimana jika kamu kelelahan dan sakit, Jungkook?” Taehyung maju memeluk Jungkook. Dia rindu sekali dengan Jungkook. Perhatian Jungkook sedikit teralih, walau Jungkook tidak pernah telat menjemputnya di gerbang, dan menyanyikan lagu nina boboㅡtapi, melihat Jungkook yang begitu sibuk dan kepayahan, membuat Taehyung ingin membantu dan berdiri di sisi lelah Jungkook. Namun dia tidak tahu bantuan apa yang bisa diberikannya.

Jadi ini yang hanya bisa dilakukan Taehyung. Memberikan Jungkook pelukan dan ciuman, meyakinkan jika dia selalu ada untuk Jungkook bersandar saat sudah lelah dengan semuanya.

Karena Taehyung mencintai Jungkook dan tidak ingin berpisah.

-ooOoo-

Ujian hari pertama berjalan dengan lancar. Jungkook memiliki cukup waktu bersama Taehyung, mereka sedang berkumpul ketika jam istirahat di kantin bersama Jimin, Yoongi, Mingyu, dan Yugyeom. Berbincang tentang banyak sekali lelucon untuk menghilangkan sedikit penat di otak. Belajar perlu, berpikir untuk ujian memang penting, namun merilekskan otak juga tidak kalah penting.

Sesekali Yoongi bertanya pada Jungkook tentang soal-soal yang belum dipahaminya, dan di sana Jungkook menjelaskan dengan ringan tanpa nada membebani. Makan siang mereka kadang bisa berubah menjadi wahana diskusi kecil yang menyenangkan. Ada Jungkook pangeran olimpiade di sini, dan Taehyung calon sastrawan muda mereka. Taehyung menjelaskan beberapa kosa kata Jungkook yang sulit dimengerti teman-temannya.

“Sudah, kalian itu memang sepasang. Habis lulus langsung nikah saja,” celetuk Mingyu disela diskusi mereka. Yungyeom yang menikmati kunyahan nasi di dalam mulutnya hanya mengangguk menyetujui.

“Nikah urusan gampang. Tapi kalau Jungkook belum kerja, mau dikasih makan apa anak mereka? Buku nikah? Dikira kambing makan kertas!” sahut Yoongi jutek, Taehyung dan Jungkook hanya tertawa geli, sedang Mingyu merengut tidak suka pada Yoongi. Mulutnya tajam, tepat sasaran pula, untung punya wajah manis.

“Jimin, kok bisa suka dengan manusia jutek macam Yoongi, sih?” tanya Mingyu.

Jimin menjawab sambil merangkul mesra Yoongi, “Mau bagaimana lagi, hatiku dirampok paksa, sih. Mau tidak kukasih sayang, yang merampok manis sekali.”

Sontak mereka yang ada di meja itu bergidik, jijik ingin muntah. Tidak kecuali Yoongi, tapi wajahya bersemu malu.

“Hei. Hei, yang ada kamu itu memaksaku untuk jadi pacarmu. Kamu dulu mirip rentenir yang mengejarku, tahu tidak?”

“Hooo, tapi kamu tidak menolak, ‘kan karena rentenirnya ganteng begini.”

Taehyung menatap jengah, “Iyadeh! Dunia milik dunia. Hukum gravitasi mah gak berlaku. Kita di sini cuma obat nyamuk!”

-tbc-

Let You Go ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang