Setelah perang dunia tiga terjadi, dunia kehilangan keseimbangan-nya. Perang tetap berlangsung setelah itu untuk merampas sumber daya dan memperluas kekuasaan bagi mereka yang haus akan hal itu. Bahkan anak-anak diculik untuk dijadikan objek penelit...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RAVEN: The Song of Death
"Seharusnya kau tidak pergi begitu saja Lisa-ya," ujar Jiyong mengejar Lisa dengan rambut platinum blonde yang mencolok. "Aku belum memperkenalkan dirimu pada orang yang akan menjadi rekan kerjamu."
Lisa mengibaskan tangannya sebal pada Jiyong yang ada di belakangnya. "Aku lelah. Aku mau tidur," balasnya cepat lalu masuk ke mobil Jiyong yang dikemudikan seorang supir.
Jiyong mengambil tempat di samping Lisa lalu membuka tabletnya. "Kau sudah melaporkan keadaanmu pada Sandara?" tanya pria itu sebelum Lisa terlelap.
"Oppa saja yang melakukannya," gumam Lisa lalu memberikan lengan kirinya pada Jiyong dengan kedua mata terpejam.
Tanpa mengatakan apapun Jiyong menerima uluran tangan Lisa lalu mulai mengeluarkan sebuah logam besi berbentuk gelang lalu memasangnya dengan hati-hati di pergelangan tangan Lisa.
"Akh." Lisa merintih kesakitan dengan matanya yang terpejam.
"Maaf," ujar Jiyong ketika mengetahui Lisa kesakitan karena empat jarum di alat bagian dalam alat itu mulai menembus kulit Lisa. "Aku akan menyalakannya," kata Jiyong lalu menyalakan alat itu ketika Lisa bergumam mengiyakan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah itu Lisa membiarkan Jiyong melakukan pekerjaannya dan ia mencoba untuk tidur walaupun ada hal yang mengganjal pikirannya.
Pria di club malam itu, Lisa merasa pernah melihatnya di suatu tempat. Pria yang memiliki rambut sepanjang tengkuknya dan berwarna cokelat. Pria tampan bermata tajam saat menatapnya setelah ia selesai bernyanyi. Apa pria itu juga mengenalnya? Ada sesuatu yang membuncah dalam dirinya ketika ia melihat pria itu dan Lisa tidak tahu apa.
"Lisa, kau ingat apa yang baru saja kau lakukan di club malam?" suara Jiyong kembali membawa kesadarannya yang perlahan menipis. Pria itu membuat pertanyaan yang membuatnya muak. Pertanyaan menyebalkan untuk memastikan apakah saat itu ia dalam keadaan seratus persen sadar atau tidak.
"Hmm," gumam Lisa mengiyakan.
"Bisa kau jelaskan padaku?"
Lisa berdecih dalam hati lalu menjawab, "aku membacakan hukuman mereka."
