Sandy Akbar

737 25 4
                                    

Gue sayang sama dia, tapi ketika ngeliat dia dekat sama kawannya yang gue tau bernama Iksan itu, gue tiba-tiba jadi benci sama dia.

Gue nggak tau kenapa, yang pasti gue bener-bener nggak suka kalau ngeliat dia sama tuh cowok satu.

Katakanlah gue cowok labil, tapi itulah yang sebenarnya gue rasain saat ini.

Eerrg gue benci pokoknya sama temannya itu! Rasanya gue mau narik dia terus bawa dia jauh-jauh dari temannya itu.

Tapi gue nggak bisa. Semua itu karna kesalahan gue sendiri. Gue menyesal? iya, gue nyesal pake banget.

"Dasar jelek,gendut,item,dekil hidup lagi!" Ejek gue sama dia.

"Sialan, jangan cari masalah deh lo San." Teriak dia marah.

"Emang kayak gitukan, hahaha." Ucap gue tertawa keras.

"Terserah lo deh ya MANTAN SAHABAT!" Teriaknya lagi sama gue.

Deg

Gue mematung ketika mendengarnya. Haa? Mantan sahabat? really? bahkan gue tadi cuma bercanda doang sama dia.

Gue bener-bener nggak nyangka, kalau reaksinya bisa sebegitu parah.

Ya Ampun, siapa sih yang udah ngerubah lo jadi cewek kayak gini sih? Kalau gue tau, mungkin udah gue singkirin tuh setan satu.

"Kenapa lo diam? huh, lo menyesal?" Katanya tersenyum sinis.

"Najis! gue nggak kenal dengan kata menyesal." Kata gue nggak kalah sinis.

"Oh ya? lo nyesal! kita lihat aja nanti kebenarannya." Tantangnya sambil melipat tangan di dada.

"O,,okey! siapa takut." Jawab gue kemudian setelah sekian lama terdiam.

Ooh mulut, kenapa lo nggak bisa gue ajak kompromi dikit sih? Njir, kalau gini caranya mah urusannya makin tambah runyam.

Sialan, gue nggak salah ngambil langkah kan? enggak kan ya? udah sih bilang aja enggak biar gue bisa tenang sedikit aja.

Hai, kenalin nama gue Sandy Akbar. Gue seorang artis muda di ibu kota ini, pemegang sabuk hitam di karate.

Wajah ganteng? udah pasti dong, gue gitu.

Gue dan dia itu dulu sahabatan. Lumayan lama juga sih, cuma dia satu-satunya orang yang bisa ngertiin gue. Tapi semua itu berubah sejak gue pindah ke Jakarta.

Pindah? satu kata yang nggak ingin gue ucapkan, kata yang paling gue benci! gara-gara kata itu, gue sama dia malah jauhan. Dan juga karna kata-kata itu malah membuat gue sama dia malah jadi musuhan.

Jujur aja, sebenarnya dulu gue pindah itu, bukan asli dari kemauan gue sendiri. Serius deh, gue itu pindah karna terpaksa kerja dan juga juga pindah kesana karna gue di jadikan anak angkat bupati sana.

Keren kan gue, tapi percuma! kalau semua itu malah bikin gue sama dia jadi jauhan bahkan musuhan.

Oke, back to topic

Gue lihat dia mengendikkan bahunya acuh, terus berbalik kearah dimana meja dan kursinya berada.

Setelah itu dia ngomong-ngomong gitu sama Iksan. Tapi kayaknya mereka lagi berantem.Sampai tiba-tiba dia meluk Iksan kesenangan.

"Apaan peluk-peluk gitu, disangka ini tempat pacaran kali ya?" Sungut gue dalam hati.

Hati gue seketika jadi panas mament! mungkinkah gue terbakar api cemburu? cemburu karna dia di ambil sama orang lain.

"Ehm, pacarannya nanti bisa kali! ini masih di dalam kelas loh." Dehem gue keras. Dia kaget, lalu menatap gue sinis.

Owh sakitnya, kalau kata anak jaman sekarang sih 'sakitnya tuh disini' terus pake tunjuk-tunjuk dada. Halaah apalah ini.

Story Of My Life [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang