Maaf dari Risky

680 28 2
                                    

Yang terlihat kuat di luar, belum tentu mereka benar-benar kuat. Bisa jadi mereka terlihat rapuh di dalam.

-Desriwenii-

_____________

"Kalau misalkan gue pindah sekolah sama pindah rumah aja, gimana Mpel?" Tanya gue sama Iksan.

"Kok gitu?" Tanya Iksan keheranan.

"Gue udah capek Mpel, gue nggak sanggup lagi kalau gini caranya!" Ujar gue lirih.

"Kalau lo pergi, gue jadi sendirian dong disini Ndut. Lo kan tau, gue dengan lo itu sama-sama susah berbaur dengan lingkungan baru." Ujar Iksan dengan sorot kekecewaan.

"Gue lebih baik pergi, jelas disana banyak orang yang sayang sama gue Mpel." Jawab gue. Lagi, air mata yang gue tahan daritadi akhirnya keluar juga.

"Terus gue gimana? Lo tega sama gue!" Ucap Iksan kemudian.

"Gue enggak,,,"

"Jangan lari dari masalah-lah Ndut."

"Lebih baik gue lari dari masalah daripada harus memperbanyak masalah." Jelas gue kemudian.

"Terserah lo!" Ujar Iksan kemudian berlalu.

Gue menghela napas panjang, kemudian mengeluarkannya dengan kasar.

Selalu begitu, selalu jauhin gue kalau lagi ngambek! Kapan sih dewasanya? gimana kalau ntar gue bener-bener pergi buat selamanya?

"Hoi gendut! jelek, item. Kenapa lo ha?" Tanya seseorang sama gue.

Gue melihat orang tersebut yang ternyata dia adalah Sandy dan Risky. Musuh bebuyutan gue.

"Perduli apa lo ha?" Jawab gue ketus.

"Jijay sok jual mahal! jual murah aja nggak laku! obral gih obral. Hahaha." Kata Risky kasar.

"Hahaha. yo'i bro." Sambung Sandy menertawakan gue.

Sakit hati gue! sebegitu rendahnya kah gue dimata mereka berdua? sebegitu burukkah gue dimata mereka berdua? HAHA.

"HAHA. Gitu?" Kata gue mencoba tertawa dengan nada lirih.

Gue pergi dari hadapan mereka berdua. Gue nggak bisa kalau harus lama-lama sama mereka, yang ada gue malah jadi nangis. Masih gue dengar suara mereka dari kejauhan yang tertawa akibat berhasil bikin gue mau nangis lagi.

Seminggu berlalu.

Sudah seminggu berlalu, selama itulah gue nggak ada bertegur sapa sama Iksan. Gue kesepian? jawabannya adalah 'Ya' nggak ada lagi penyemangat gue jika gue lagi ada masalah.

Sepertinya, gue udah di takdirkan untuk selalu ditinggal sama orang-orang yang gue sayang. Hahaha miriskan hidup gue? pikir gue dalam hati.

"Gue nggak mau tau ya, pokoknya ntar kita harus tampil sebagus mungkin!" Ucap Sandy membuka suara. Yang gue jawab dengan sebuah anggukan kecil.

"Sip, amanlah itu." Jawab Risky kemudian.

"Lo, udah hafalkan sama cord gitar lagunya?" Tanya Sandy sama Risky.

"Udah dong." Jawabnya kemudian.

"Lo udah hafalkan jugakan sama lirik lagunya Des?" Tanya Sandy sama gue.

"Udah." Jawab gue singkat.

"Oke." Katanya kemudian.

Saat ini gue lagi dalam persiapan mau tampil untuk ngambil nilai kesenian gue gitu dong. Hari yang gue tunggu-tunggu.

"Oke, kelompok 1 silahkan tampil duluan." Kata Bunda Jumi sama kelompok gue.

Gue, Sandy dan Risky bergegas segera maju kedepan kelas untuk menampilkan lagu yang akan kami bawakan.

Story Of My Life [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang