Desri Wulan Hamzah

1.5K 61 6
                                    

"Dasar jelek,gendut,item,dekil hidup lagi!" Umpat seseorang terhadap gue.

"Sialan, jangan cari masalah deh lo San." Teriak gue marah sama Sandy.

"Emang kayak gitukan, hahaha." Ucapnya tertawa setelah mengolok-ngolokkan gue.

"Terserah lo deh ya MANTAN SAHABAT!" Teriak gue marah sambil menekankan kata 'mantan sahabat'.

Gue lihat, Sandy sempat terdiam setelah gue mengatakan dua kata laknat itu.

Ciih, gue nggak peduli, dan nggak akan pernah peduli.

Mantan tetaplah mantan, walaupun nantinya dia berusahan untuk minta balikan sama lo, tetap aja terasa ada yang ganjil. Semuanya nggak akan terasa sama lagi seperti dulu.

Haii, kenalin nama gue Desri Wulan Hamzah. Nama gue kepanjangan ya? biarin aja, yang penting gue tetap nyaman aja ini.

Dan yang tadi itu namanya Sandy Akbar. Musuh bebuyutan gue sejak pertama kali gue menginjakkan kaki di sekolah SMA Negri 3 sekolah gue tercinta.

Gue nggak tau apa masalahnya, yang gue tau dia itu benci banget sama gue. Padahal dulu dia itu sempat menjadi sahabat gue.  Hellaw, bahkan gue nggak pernah mengusik ketenangan hidupnya.

Yaudahlah ya, ntar kapan-kapan gue bahas tentang dia.

Oh iya, sekarang ini gue lagi berada di kelas 12 IPA 3 by the way. Udah jadi kakak kelas dong ya, udah punya junior juga dong. Asiik dah.

"Kenapa lo diam? huh, lo menyesal?" Ejek gue tersenyum sinis sama Sandy.

"Najis! gue nggak kenal dengan kata menyesal." Katanya tak kalah sinis.

"Oh ya? lo nyesal! kita lihat aja nanti kebenarannya." Tantang gue sambil melipat tangan di dada.

Desri di lawan, hellow bahkan gue tantang seperti itupun dia tampak ragu. Kita lihat aja nanti siapa yang menang.

"O,,okey! siapa takut." Jawab Sandy kemudian setelah dia terdiam cukup lama.

Gue melirik Sandy acuh. setelah itu, gue kembali ke arah dimana bangku tempat duduk gue berada.

Oiya, disini duduknya itu selang seling gitu, kayak cewek duduk sama cowok gitulah. Dan untung aja gue duduknya sama sahabat dekat gue, namanya Iksan Ramadhan.

Setelah sampai di bangku, gue langsung duduk disana dengan perasaan campur aduk. Antara marah, benci, kesal, sedih, semuanya lah pokoknya.

"Kenapa lagi sih Ndut?" Tanya Iksan sama gue.

Iya, Iksan manggil gue dengan sebutan Ndut, selagi itu panggilan nggak bikin gue sakit hati ya nggak apalah.

"Sebel gue Mpel! tu anak cari masalah mulu sama gue!" Adu gue sama Iksan lebih tepatnya curhat sih. Hahaha

Jangan heran kenapa gue manggil Iksan itu dengan sebutan Mpel, karna dia punya tompel gitu di keningnya. Yaa, nggak jelek-jelek amatlah ya.

"Berantem mulu lo, gue aja bosen lihatnya Ndut." Dengus Iksan dengan muka datar.

"Apalagi gue Mpel! makan ati yang ada!" Ucap gue sambil menahan kekesalan yang mendalam.

"Lagian lo berdua ada masalah apasih?" Tanya Iksan keheranan.

"Gue nggak tau, waktu dia balik dari Jakarta itu, dia udah cari masalah mulu sama gue." Ucap gue sambil mengingat kembali penyebab gue berantem mulu sama dia.

"gitu? lucu banget dah."

"Terserah, geser dong kesana, nempel mulu lo. Gue lagi gerah ni." Ucap gue sambil menggeser tubuh Iksan yang makin lama semakin mendekat ke arah gue.

Story Of My Life [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang